EKONOMI MANAJERIAL

 

BAB I

RUANG LINGKUP EKONOMI MANAJERIAL

A.           PENDAHULUAN

Secara umum materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman kepada mahasiswa tentang gambaran umum ekonomi manajerial, sehingga setelah mempelajari materi  dalam bab I ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami ruang lingkup ekonomi manajerial.

Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:

1)   Menjelaskan pengertian, sifat dan ruang lingkup ekonomi manajerial.

2)   Menjelaskan teori perusahaan.

3)   Menjelaskan sifat dan teori laba

4)   Menjelaskan peranan bisnis dalam masyarakat.

5)   Menjelaskan Analisis yang digunakan.

6)   Menjelaskan Tujuan Perusahaan

 

B.            PENYAJIAN MATERI

1.             Pengertian, Sifat dan Ruang Lingkup Ekonomi Manajerial

Evan J. Douglas (1995) memberi pengertian ekonomi manajerial sebagai berikut: Ekonomi manajerial adalah cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip metodologi ekonomi dalam proses pengambilan keputusan perusahaan atau organisasi.

Dominic Salvatore (1996): Ekonomi manajerial adalah pengetahuan yang menunjukkan adanya aplikasi teori ekonomi dan analisis pengetahuan pengambilan keputusan yang menelaah bagaimana organisasi dapat mencapai tujuan secara efisien. 

Menurut Mc Connel (1993), ekonomi manajerial adalah alat analisis yang sangat berguna bagi manajer dalam pengambilan keputusan bisnis. Sesuai dengan namanya, ekonomi manajerial merupakan hibrid dari ilmu ekonomi dan ilmu manajemen. Ilmu ekonomi adalah studi tentang perilaku manusia dalam memproduksi, mendistribusi dan mengkonsumsi barang dan jasa. Sedangkan sumber daya yang tersedia untuk mewujudkannya.

Sedangkan menurut Ket (2000) Ilmu manajemen dapat diartikan sebagai ilmu dan seni tentang bagaimana mengorganisasikan dan mengalokasikan sumber daya perusahaan yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian ekonomi manajerial adalah aplikasi dari analisis ekonomi dalam  membuat keputusan bisnis agar sumber daya perusahaan yang terbatas dialokasikan pada penggunaannya yang paling baik.  

Ekonomi Mikro Terapan (Applied Microeconomics), bertujuan memberikan suatu kerangka kerja untuk menganalisis keputusan-keputusan manajerial, sehingga dengan pendapat di atas dapat dilihat pada gambar 1.1, yaitu ekonomi manajerial merupakan integrasi dari bidang ilmu manajemen, ilmu ekonomi dan metode kuantitatif.  

Prinsip-prinsip ekonomi manajerial pengambilan keputusan oleh manajer yang berkaitan dengan mengalokasikan sumber-sumber daya yang langka secara efesien, antara lain: Man, Money, Material, Methode.

Ekonomi manajerial (Managerial economics) adalah aplikasi teori ekonomi dan perangkat analisi ilmu keputusan untuk membahas bagaimana suatu organisasi dapat mencapai tujuan atau maksudnya dengan cara yang paling efisien.

Menerapkan teori dan metode ekonomi dalam bisnis dan pengambilan keputusan administrative.  Menggambarkan bagaimana kekuatan-kekuatan ekonomi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan-keputusan manajerial.

Penggunaan ekonomi manajerial :

1)   Menyarankan peraturan-peraturan untuk memperbaiki keputusan manajerial

2)   Memberitahukan pata manajer hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien

3)   Membantu para manajer untuk mengenali  bagiamana kekuatan-kekuatan ekonomi mempengaruhi organisasi dan menjelaskan  konsekuensi ekonomi dari perilaku manajerial

4)   Mengidentifikasikan cara-cara untuk secara efisien mencapai sasaran perusahaan

 

Gambar: Proses Pengambilan Keputusan Ekonomi Manajerial

 

Masalah keputusan manajemen timbul dalam organisasi apa saja – bisa di perusahaan yang mencari laba, organisasi nirlaba (seperti rumah sakit atau universitas), atau lembaga-lembaga pemerintah – pada saat organisasi tersebut berusaha mencapai tujuannya dengan menghadapi berbagai kendala atau batasan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan mungkin berusaha untuk memaksimumkan laba dengan keterbatasan seperti ketersediaan input penting dan kendala-kendala hukum. Rumah sakit mungkin berusaha untuk mengobati pasien sebanyak mungkin dengan standar kesehatan yang ”cukup”  dengan ketrbatasan sumber daya fisik (dokter, teknisi, perawat, peralatan, tempat tidur) dan anggaran. Tujuan sebuah universitas negeri mungkin adalah menyediakan pendidikan yang cukup bagi sebanyak mungkin mahasiswa, dengan kendala fisik dan keuangan yang dihadapi

a)   Keterkaitan dengan Teori Ekonomi

Teori ekonomi (economic theory) mengacu pada ekonomi mikro dan makro. Ekonomi mikro (microeconomics) adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku ekonomis secara individual sebagai unit pengambil keputusan. Ekonomi makro (macroeconomics) adalah ilmu yang mempelajari tentang output di perekonomian yang dilihat secara keseluruhan. Teori ekonomi biasanya dimulai dengan model. Model merupakan abstraksi dari banyak hal kecil yang meliputi suatu kejadian untuk menentukan faktor penentu yang paling penting.

Suatu organisasi dapat memecahkan masalah keputusan manajemennya dengan menerapkan teori ekonomi dan perangkat ilmu keputusan. Teori ekonomi mengacu kepada teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makro. Teori ekonomi mikro adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku ekonomis secara individual sebagai unit pengambil keputusan, seperti konsumen individu, pemilik sumber daya, dan perusahaan bisnis, di dalam sistem perdagangan bebas. Ekonomi makro sebaliknya, adalah ilmu yang membahas tentang output, pendapatan, pekerjaan, konsumsi, investasi, dan harga secara total atau agregat di perekonomian dilihat secara keseluruhan. Meskipun teori (ekonomi mikro) perusahaan merupakan satu-satunya elemen yang sangat penting dalam ekonomi manajerial, kondisi ekonomi makro secara umum (seperti tingkat permintaan agregat, tingkat inflasi,dan tingkat bunga) di mana perusahaan juga beroperasi juga sangat penting.

b)   Keterkaitan dengan Ilmu Keputusan

Ekonomi manajerial juga berhubungan erat dengan ilmu keputusan. Ilmu ini menggunakan perangkat matematika ekonomi dan ekonometri untuk membentuk dan mengestimasi model keputusan yang ditujukan untuk menentukan perilaku optimum perusahaan. Matematika ekonomi digunakan untuk memformalkan model ekonomi yang dipostulatkan oleh teori ekonomi. Ekonometri menerapkan peralatan statistik pada data dunia nyata untuk mengestimasi model yang dipostulatkan oleh teori ekonomi dan untuk peramalan.  

Bila diasumsikan bahwa selera tidak berubah maka kita dapat mempostulatkan model formal sebagai berikut :

Q = f ( P, Y, PC, PS )

Jadi ekonomi manajerial adalah aplikasi teori ekonomi dan perangkat ilmu pengambilan keputusan untuk menemukan solusi optimal pada masalah keputusan manajerial.

c)    Keterkaitan dengan Berbagai Area Fungsional Ilmu Administrasi Bisnis

Hubungan antara ekonomi manajerial dan area fungsional ilmu administrasi bisnis, seperti di ketahui area fungsional tersebut meliputi akuntansi, keuangan, pemasaran, manajemen sumber daya manusia, dan produksi. Berbagai disiplin ilmu ini mempelajari lingkungan bisnis di mana perusahaan beroperasi dan dengan demikian, menyediakan latar belakang bagi pengambilan keputusan manajerial. Jadi, ekonomi manajerial dapat dianggap sebagai palajaran yang ruang lingkupnya luas yang mengintegrasikan teori ekonomi, ilmu pengambilan keputusan, dan area fungsional ilmu administrasi bisnis; dan membahas bagaimana hal tersebut berintegrasi satu sama lain pada saat perusahaan berusaha untuk mencapai tujuannya dengan cara yang paling efisien.

Area fungsional tersebut meliputi akuntansi, keuangan, pemasaran, manajemen sumber daya manusia atau personalia dan produksi. Proses – proses yang berkaitan dengan semua pengambilan keputusan manajerial pada pada dasarnya adalah sama. Proses tersebut antara lain :

·      menetapkan tujuan perusahaan atau organisasi

·      mendefinisikan permasalahan yang dihadapi perusahaan atau organisasi dalam usaha mencapai tujuan tersebut.

·      mengidentifikasikan berbagai solusi

·      memilih solusi terbaik dari solusi yang tersedia

·      mengimplementasikan keputusan

2.             Teori Perusahaan

Teori perusahaan mengakui maksimisasi  nilai yang di harapkan sebagai tujuan sebuah bisnis. Maksimisasi nilai adalah yang di harapkan penekanannya para maksimisasi  laba yang mencakup ketidakpastian dan dimensi waktu

a.    Batasan teori perusahaan

Kebanyakan keputusan manajerial dibuat berdasarkan batasan yang dikenakan oleh teknologi, kelangkaan sumber daya, kewajiban kontrak dan batasan-batasan pemerintah. Untuk mengambil keputusan yang  memaksimumkan nilai, para manajer harus mempertimbangkan baik implikasi  jangka pendek maupun jangka panjang serta bagaiimana berbagai batasan eksternal  tsb mempengaruhi kemampuan mereka untuk mencapai  tujuan organisasi.

Tiga kategori batasan perusahaan adalah :

                        i.          Batasan Sumber Daya

contoh :

-       tenaga terlatih

-       bahan mentah

-       mesin

-       ruang gudang

                      ii.          Batasan Jumlah  Atau Mutu Keluaran

contoh :

-       tingkat keluaran minimum ttt harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan pengiriman

-       persyaratan gizi untuk untuk campuran makanan

-       persyaratan keandalan untuk produk-produk elektronik

-       persyaratan untuk tingkat pelayanan

                    iii.          batasan hukum

contoh :

-       upah minimum

-       standar kesehatan dan keamanan

-       standar emisi polusi

-       persyaratan efisiensi bahan bakar

-       praktek penetapan harga yang wajar

b.   Pembatasan teori perusahaan

Teori perusahaan menyatakan bahwa para manajer meamksimumkan nilai perusahaan dengan di kenakan batasan – batasan yang di tetapkan oleh sumber daya, teknologi, dan masyrakat. Taori tersebut tidak secara ekplisit mengenai sasaran – sasaran lainya, termasuk kemungkinaan bahwa para manajer kemungkinan mengambil tindakan – tindakan yang akan menguntungkan pihak – pihak lain di luar para pemengang saham, kemunkinanmanajer itu sendiri atau masyrakat pada umum nya, tetapi mengurangi kekayaan pemengan saham,jadi model tersebut tampak nya mengabaikan kemungkinaan tindakan yang sekedar memadai, kepentingan diri manajer, dan tanggung jawab social sukarela di pihak bisnis.

Apakah model ekonomi dari perusahaan ini benar-benar  cukup sebagai dasar studi kita tentang pengambilan keputusan  manajerial ?

Jawabannya adalah ‘YA”,  alasannya :

§  riset telah memperlihatkan bahwa persaingan kuat pada umumnya, baik dalam pasar produk maupun pasar modal (u/ memperoleh modal) memaksa para manajer untuk  mengusahakan maksimisasi nilai dalam keputusan-keputusan mereka.

§  Para manajer  harus mempertimbangkan baik biaya  maupun keuntungan dari setiap tindakan sebelum mereka dapat membuat keputusan yang beralasan

§  Model maksimisasi nilai memberikan pendalaman untuk kegiatan-kegiatan tanggung-jawab sosial suka rela perusahaan, walaupun jika dilihat sekilas.

 

 

 

 

3.             Sifat dan Teori Laba

Public dan masyarakat pada umumnya mendifinisikan laba menggunakan konsep akuntansi. Di sini laba merupakan sisa pendapatan penjualan setelah di kurangi biaya ekplisit ( akuntansi ) dalam menjalankan bisnis laba adalah jumlah yang tersedia bagi modal atau posisi kepemilikan setelah pembayaran untuk semua sumber daya lainya yang di pergunakan perusahaan.

Bagi seorang ekonomi, laba merupakan laba bisnis di kurangi biaya modal yang implicit dan masukan – masukan lain yang di sediakan pemilik dan di pergunakan perusahaan, konsep laba ini sering kali di rujuak sebagai laba ekonomi untuk membedakannya dengan konsep laba bisnis.

Konsep laba bisnis dan laba ekonomi membantu mempertajam kita pada mengapa laba ada dan apa perannya dalam perekonomian pasar bebas, konsep laba ekonomi mengenali pembayaran yang di perlukan untuk penggunaan masukan yang di sediakan pemilik.

a.    Teori friksi dari laba Ekonomi

Teori ini menyatakan bahwa pasar sering kali tidak berada dalam ekulibrium karena adanya perubahan yang tidak di antisipasi dalam permintaan  produka atau produksi biaya

b.   Teori Monopoli dari laba ekonomi

Teori ini menyatakan bahwa beberapa perusahaan, karena faktor – faktor seperti skala ekonomi, persyaratan modal yang tinggi, atau perlindungan impor, dapat mengembangkan posisi monopoli yang memungkinkan mereka untuk mempertahankan laba di ats normal untuk periode waktu yang lebih panjang

c.    Teori inovasidari laba ekonomi

Teori ketiga dari laba ekonomi – teori inovasi – juga berkaitan dengan friksi, Dalam teori ini laba yang di atas normal dapat timbul sebagai hasil inovasi yang berhasil.

d.   Teori kompensasi dari laba ekonomi

Menyatakan bahwa tingkat pengembalian yang di atas normal semata – mata merupakan imbalan bagi perusahaan yang sangat berhasil dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, memperthankan operasi yang evisien dan sebagai nya. Teori ini juga mengenali laba ekonomi sebagai imbalan yang penting bagi fungsi kewirausahaan dari para pemilik atau para manajer. Setiap perusahaan dan produk di mulai sebagai sebuah gagasan untuk lebih baik dlam melayani kebutuhan yang ada atau yang di pandang dari pelanggan yang ada atau yang potensial.

4.             Peranan Bisnis dalam Masyarakat

Salah satu pesyaratan terpanting untuk seorang manejar yang berhasil adalah kemampuan membuat keputusan yang baik, dan salah satu alat terpenting  yang di pergunakan oleh para manajer yang berhasil adalah metodologi ekonomi manajerial.

Ekonomi manajerial menerapkan teori dan metode ekonomi dalam bisnis dan pengambilan keputusan administratife, karena menggunakan alat- alat ekonomi untuk memecahkan masalah manajerial, manajerial ekonomi  mengaitkan ekonomi tradisional dengan ilmu keputusan untuk mengembangkan alat penting bagi pengambil keputusan manjerial

a.    Peran Ekonomi Manajerial Dan Pengambilan Keputusan Manajerial

Ekonomi manajerial dapt di perrgunakan untuk megindentifikasi cara cara untuk secara efisian mencapai, pada dasar nya, setiap sasaran perusahaan. Ekonomi manajerial juga membantu para manajer untuk tiba pada sekelompok peraturan operas yang mambantu pemamfaatan sumber daya modal yang langka secara efisien. Ekonomi manajerial menggambarkan bagaima kekuatan – kekuatan ekonomi mempegaruhi  dan di pengaruhi keputusan- keputusan manajerial.

Dengan komponen preskriptif dan deskriptif, ekonomi manajerial menyediakan aplikasi yang menyeluruh dari teori dan metodologi ekonomi  terhadap pengambilan keputusan manajerial, ekonomi manajerial juga relevan bagi manajemen organisasi nirlaba non bisnis seperti, instansi pemerintah, kopersi, sekolah, rumah sakit, museum dan lembaga lambga serupa lain nya, sama dengan relevansinya bagi bisnis yang berorentasi pada lab.

b.   Peran Ekonomi Manajerial dan Pengambilan Keputusan Manajerial    

Masalah Keputusan Manajemen :

·       Harga dan keluaran produk

·       Membuat atau membeli

·       Teknik Produksi

·       Tingkat Persediaan

·       Media dan Instansi Periklanan

·       Penerimaan dan Pelatihan Tenaga Kerja Investasi dan Pendanaan

Pemecahan optimal terhadap masalah-masalah Keputusan Manajerial

Ø Ilmu Keputusan

Alat dan teknik Analisis :

·      Analisis Numerik

·      Estimasi Statistik

·      Peramalan

·      Teori Permainan

·      Optimisasi

Ø Konsep Ekonomi           

Kerangka Kerja untuk Keputusan :

·      Teori Perilaku Konsumen

·      Teori Perusahaan

·      Teori Struktur dan Penetapan Harga Pasar.

Ekonomi manajerial dapat menjelaskan peran penting yang di mainkan perusahaan dalam masyrakat dan menunjukan cara – cara untuk meningkatakan manfaat mereka bagi masyrakat.

Bukti bahwa bisnis di amerika serikat telah berkontribusi secara berati bagi kesejahteraan social adalah jelas dan menyakainkan. Perekonomian telah mendukung tingkat pertumbuhan yang patut di catat dan tidak pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa dasawarsa dan manfaat dari pertumbuhan itu telah di ditribusikan secara meluas. Pemasok modal, tenaga kerja, dan sumber daya lainya semuanaya mmenerima pengembalian yang cukup bagi kontribusi mereka,para konsumen memperoleh maanfaat baik dari jumlah maupun mutu barang dan jasa yang tersedia untuk komsumsi. Pajak atas laba usaha perusahaan, serta pajak atas pembayaran yang di lakukan kepada pemasok untuk tenaga kerja, bahan, modal dan masukan lainya, telah memberikan pendapatan yang di perlukan pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Semua kontribusi untuk kesejahteraan social ini berakar secara langsung pada efisiensi yang melayani perekonomian.

c.    Keadaan Pasti dan Ketidakpastian

Dalam teori mikro ekonomi, para ekonom beranggapan bahwa pelaku ekonomoi menguasai informasi sepenuhnya, atau sudah daalm keadaan yang pasti. Produsen dengan pasti mengetahui permintaan produk yang dihasilkan dan biaya produksinya sehingga ia secara pasti mengetahui berapa jumlah yang diminta pasar sekaligus dengan tingkat harganya.

Dalam dunia usaha, perusahaan-perusahaan bekerja dalam kondisi dimana informasi yang diperlukan tidak semuanya dikuasai, sehingga informasi yang diperoleh perusahaan tidaklah sempurna. Karena informasi yang dimiliki tidak sempurna berarti mereka bekerja dalam kondisi yang tidak pasti. Perusahaan harus memperkirakan jumlah produk yang harus dibuatnya, mengestimasi permintaan pasar, dan juga memperkirakan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Oleh karena itu sekalipun mikro ekonomi merupakan unsur dominan dalam ekonomi manajerial, namun tetap berusaha mengembangkannya agar dapat memberikan petunjuk bagi para pengambil keputusan untuk dapat mengambil keputusan sekalipun dalam kondisi yang tidak pasti.

d.   Ekonomi Manajerial sebagai ilmu Ekonomi Normatif

Ilmu ekonomi dibedakan atas ilmu ekonomi positif dan ilmu ekonomi normative. Ilmu ekonomi positif bersifat deskriptif apa adanya bagaimana pelaku ekonomi atau system ekonomi bekerja. Sebaliknya imlu ekonomi normative bersifat preskriptif. Ia menentukan (prescribe) bagaimana sebaiknya pelaku ekonomi atau system ekonomi bekerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Ekonomi manajerianl merupakan ilmu ekonomi normative karena ekonomi manajerial mencari aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang diterapkan dalam pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

e.    Penggunaan Model Matematika dalam Ekonomi Manajerial

Model adalah penyederhanaan dari kompleksitas system atau institusi. Model merupakan abstraksi dari kenyataan dengan menghilangkan hal-hal yang dipandang kurang esensial terhadap tujuan yang ingin dicapai. Ekonomi manajerial banyak memanfaatkan model matematika, yaitu seperangkat persaman matematika yang menggambarkan hubungan variabel-variabel yang ditelaah  guna menganalisis perilaku dari variabel-variabel tersebut.

f.     Mengevaluasi Model

Model harus dievaluasi sesuai dengan tjuan penyususnan model itu. Apabila model disusun dengan tujuan pengajaran, untuk mengajarkan hubungan variabel-variabel yang sederhana hingga yang kompleks di dalam sistem, maka model harus dinilai atas dasar tujuan tersebut.

5.             Analisis

a.    Analisis Nilai Sekarang (Present Value)

Banyak keputusan yang meliputi aliran kas yang harus dilakukan pada saat sekarang (keputusan diimplementasikan). Dalam hal ini perlu dibedakan antara penerimaan yang segera akan diterima (waktu sekarang) dengan penerimaan waktu yang akan datang.

Ø Nilai sekarang (PV) dan Nilai untuk Masa yang akan Datang (FV)

Nilai untuk masa yang akan datang (FV=Future Value)

FV (Future Value) = nilai masa yang akan datang,

PV (Present Value) = nilai sekarang,

r = tingkat bunga,

n = waktu berapa bulan, tahun.

Ø Opportunity Discount Rate

Tingkat bunga diskonto merupakan opportunity discount rate yang dapat diartikan sebagai tingkat bunga atau hasil yang tersedia apabila suatu dana didepositokan atau dipinjamkan, dengan batasan bahwa investasi alternative yang mempunyai resiko yang sama, atau semuanya tidak berubah (citiris paribus).

Opportunity Discount Rate (ODR) adalah tingkat bunga atau penerimaan yang diterima oleh pengambilan keputusan dari penggunaan dana pada alternative yang palinga baik pada tingkat risiko yang sama.

b.   Analisis Nilai Sekarang (Net Preset Value)

NPV    : Net Present Value

FV       : Future value

C         : biaya awal (investasi)

r           : tingkat bunga

t           :waktu dimana aliran kas diharapkan

Ø Penggunaan Discount Rate Harian

M = adalah jumlah hari.

Ø Perencanaan perusahaan dan Time Horizon

Pengertian periode perencanaan adalah periode waktu dimana perusahaan menentukan biaya dan penerimaan sebagai implikasi keputusan yang telah ditetapkan. Time Horizon suatu perusahaan adalah waktu untuk masa mendatang dimana perusahaan tidak lagi mempertimbangkan penerimaan dan biaya sebagai implikasi keputusan yang telah diambil. Dengan demikina time horizon merupakan akhir dari periode perencanaan.

c.    Analisis Nilai yang Diharapkan

Untuk menganalisis nilai yang diharapkan (expected value), perlu mendapat penjelasan arti dari resiko dan ketidakpastian, karena dua pengertian ini akan mempunyai implikasi pada distribusi dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan.

d.   Hal yang Pasti, Resiko dan Ketidakpastian

Dalam keadaan yang pasti (certainty), pengambilan keputusan hanya dihadapakan pada hasil tunggal yang secara sempurna diketahui. Ketidakpastian (uncertainty) terjadi apabila keputusan yang diambil dihadapkan pada beberapa hasil yang secara pasti tidak diketahui lebih jauh, kecuali hanya aka nada distribusi kemungkinan dari hasil keputusan dimana pengambilan keputusan untuk menginvestasikan.

e.    Distribusi probabilitas dari Hasil yang mungkin 

Probabilitas merupakan rasio antara terjadinya suatu peristiwa dengan banyaknya peristiwa. Kalau ini dikatakan sebagai definisi probabilitas ynag diartikan ‘kemungkinan’, tetapi masih menggunakan istilah “kemungkinan yang mungkin terjadi”. Secara sistematis :

Dimana:   

P= probabilitas   

X=munculnya peristiwa  

N= banyaknya kejadian

Kategori lain dari risiko adalahprobabilitas yang ditentukan atas dasar posteriori atau atas dasar pengalaman yang lalu dalam kondisi yang sama.

f.     Nilai yang Diharapkan (expected value) dari keputusan

Hasil yang diharapkan (expected Value) dari suatu hasil adalah nilai hasil dikalikan kemungkinan terjadinya hasil tersebut. Karena berbagai hasil adaalh mungkin di bawah kondisi yang berisiko dan ketidakpastian maka nilai yang diharapkan merupakan penjumlahan dari semua nilai hasil yang  mungkin terjadi.

R  = penerimaan hasil, yang I

I    = 1,2,3,… n

P   = probabilitas dari hasil

g.    Menentukan Probabilitas dalam praktik

Misalnya sebuah perusahaan mau masuk pasar yang bersaing dengan produk yang telah ada. Perusahaan telah mendesain produk sama dengan produk yang telah ada dan harganya pun sama. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui berapa unit produk yang diharapkan terjual dipasar, untuk menentukan berapa produk yang dihasilkan, berapa bahan, dan tenaga kerja yang diperlukan.

6.             Tujuan Perusahaan

Maksud dan tujuan perusahan adalah memaksimumkan kekayaan atau nilai sekarang dari keuntungan perusahaan di masa akan datang (Present Value Of Profit The Firm). Keuntungan perusahaan dimasa depan harus didiskontokan ke masa sekarang karena nilai satu dollar keuntungan dimasa depan lebih kecil dari nilai satu dollar keuntungan saat ini.

Tujuan perusahaan diasumsikan untuk memperoleh keuntungan jangka pendek yang maksimum. Ada 3 kelompok dalam neraca perusahaan yaitu asset, liabilitas, dan owner’s equity. Asset perusahaan merupakan penjumlahan net worth dan liabilitas. Dengan demikian memaksimumkan net worth adalah memaksimumkan selisih antara asset dan liabilitas, atau memaksimumkan owner’s equity.

a.    Periode Sekarang dan Keadaan yang pasti

Skenario yang sangat sederhana adalah keadaan sekarang dalam keadaan yang pasti, dimana informasi sepenuhnya dikuasai oleh perusahaan. Dengan demikian tidak diperlukan analisis present value maupun analisis expected value. Perusahaan akan memaksimumkan net worth dengan memaksimumkan profit jangka pendek. Perusahaan-perusahaan yang beroperasi dimana time horizon perusahaan dalam periose sekarang dan dalam kondisi keadaan pasti, kriteria keputusan yang diambil untuk memaksimumkan net worth adalah untuk memasimumkan keuntungan jangka pendek.

b.   Periode pada Masa yang Akan Datang Keadaan yang pasti

Apabila perushaan mengetaui informasi secara penuh tentang penerimaan dan biaya tetapi time horizon berada pada masa yang akan datang, perusahaan harus menggunakan analisis present value untuk menilai keputusan-keputusan alternatif secara tepat. Perusahaan yang berkeinginan untuk memaksimumkan net worth dalam arti nilai sekarang akan selalu memilih keputusan alternative yang memungkinkan present value dari keuntungan yang lebih besar. Perusahaan yang beroprasi dalam lingkungan yang pasti dan time horizon pada masa yang akan datang, criteria keputusan yag cocok untuk memaksimumkan net worth perusahaan adalah dengan memaksimumkan present value keuntungan.

c.    Periode sekarang dengan ketidak-pastian

Ketidak-pastian (uncertainty) berarti bahwa keputusan mempunyai lebih dari satu  hasil, dan keputusan harus didasarkan pada distribusi probabilitas hasil (outcome) masa lalu. Analisis expected value diperlukan untuk mengikhtisar distribusi probabilitas dari berbagai hasil keputusan alternative yang memugkinkan untuk melakukan seleksi keputusan yang akan memaksimumkan net worth adalah memaksimumkan expected value keuntungan.

d.   Periode masa yang akan datang dengan ketidak-pastian

Time Horizon berada pada periode masa yang akan datang dan perusahaan tidak mempunyai informasi sepenuhnya tentang biaya dan penerimaan potensial. Kondisi yang demikian merupakan kenyataan yang dihadapi oleh operasi bisnis. Pada umumnya perusahaan-perusahaan melihat bahwa biaya dan penerimaan merupakan implikasi dari keputusan mereka.

Perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang tidak pasti dan time horizon perusahaan berada pada periode masa yang akan datang, kriteria keputusan yang cocok untuk memaksimumkan net worth perusahaan adalah memaksimumkan EPV keuntungan.

 

 

Tabel: Kriteria keputusan untuk Net Worth perusahaan

 

Informasi

Kebenaran Time Horizon Perusahaan

Periode Sekarang

Periode yang akan datang

 

Pasti

Memaksimumkan

Keuntungan

Memaksimumkan PV

Keuntungan

Tidak Pasti

Memaksimumkan EPV

Keuntungan

Memaksimumkan EPV

Keuntungan

 

e.    Kendala - Kendala Dalam Operasi

Kendala membatasi besarnya kemungkinan atau kebebasan tindakan perusahaan dan membatasi nilai perusahaan sampai ke tingkat yang lebih rendah dibanding apabila tidak ada kendala. Beberapa kendala kendala yang dihadapi perusahaan sebagai berikut :

·      Terbatasnya ketersediaan input-input penting, seperti : perekrutan tenaga ahli sebanyak mungkin dalam waktu singkat.

·      Ketidakmampuan untuk memperoleh bahan mentah sebanyak yang diminta.

·      Keterbatasan ruang pabrik, gudang, dan dana modal untuk suatu proyek atau keperluan tertentu.

·      Hukum mengenai upah minimum, standar kesehatan dan keselamatan, standar emisi polusi, hukum dan peraturan yang melarang perusahaan melakukan praktik-praktik bisnis yang tidak jujur (kecurangan).

 

C.           PENUTUP

1.    Kegiatan Perkuliahan

a.    Kegiatan Dosen

1)   Dengan metode ceramah bervariasi menjelaskan topic 1.

2)   Mengarahkan presentase dan diskusi.

3)   Member dan  menagih penugasan individu untuk tugas.

b.    Kegiatan Mahasiswa

1)   Memperhatikan dan mengkaji penjelasan materi topic 1.

2)   Melaksanakan diskusi dan presentase

3)   Menyelesaikan dan menyerahkan tugas kelompok dan  individu 1.

2.    Evaluasi

a.    Jenis Evaluasi:

Pre test dan post test, serta partisipasi kegiatan pembelajaran.

b.    Alat Evaluasi:

Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi pokok bahasan 1

c.    Materi Evaluasi:

1)    Jelaskan pengertian, sifat dan ruang lingkup ekonomi manajerial.

2)    Jelaskan teori perusahaan.

3)    Jelaskan sifat dan teori laba

4)    Jelaskan peranan bisnis dalam masyarakat.

5)    Jelaskan Analisis yang digunakan.

6)    Jelaskan Tujuan Perusahaan

BAB II

OPTIMISASI EKONOMI

 

A.  PENDAHULUAN

Materi pembelajaran pada Bab II ini bertujuan memberikan pemahaman tentang Optimasi Ekonomi kepada mahasiswa tentang gambaran umum ekonomi manajerial, sehingga setelah mempelajari materi  dalam bab II ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Optimasi Ekonomi manajerial.

Secara khusus, setelah mempelajari Bab II ini,  diharapkan mahasiswa dapat:

1)   Menjelaskan proses memaksimalkan nilai perusahaan.

2)   Menjelaskan metode-metode pengekspresian hubungan ekonomi.

3)   Menjelaskan Marginal sebagai derivative fungsi.

4)   Menjelaskan kalkulus diferensial dan kaidah-kaidah penurunan fungsi.

5)   Menjelaskan Memaksimalkan dan  meminimalkan fungsi.

6)   Menjelaskan kendala - kendala optimisasi?

7)   Menjelaskan Peralatan Manajemen Baru Untuk Optimisasi?

 

B.            PENYAJIAN MATERI

Berdasarkan bahasan pada bab I, dapat dinyatakan bahwa ekonomi manajerial sebagai konsep yang terbangun dari berbagai teori, antara lain matematika, statistika, dan teori ekonomi mikro.

1.             Memaksimalkan Nilai Perusahaan

Kompleksitas analisis dalam pengambilan keputusan memerlukan suatu teknik yang dapat dipakai untuk keputusan sehari-hari misalnya teknik optimasi parsial yang sederhana.

Teknik optimasi parsial menyederhanakan kompleksitas persoalan dengan memusatkan pada tujuan-tujuan yang terbatas. Misalnya persoalan dalam departemen pemasaran yaitu penetapan biaya periklanan minimum yang bisa mencapai tujuan penjualan tertentu, sesuatu dengan lini produk dan kendala-kendala harga pasar contoh lain yang terjadi didepartemen produksi yaitu meminimalisasi biaya produksi dengan kualitas tertentu dan sebagainya.

Untuk proses pengambilan keputusan maka masalah optimasi harus dapat disajikan dalam bentuk hubungan analitas (persamaan tabel dan grafik) serta menerapkan teknik untuk menentukan penyelesaian optimal.

Dalam ekonomi manajerial, tujuan utama manajemen dianggap untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Tujuan ini diekspresikan dalam suatu persamaan sebagai berikut:

Value =   =  

Dimana:

TRt = Total Revenue (total pendapatan) pada periode t

TCt = Total Cost (total biaya) pada periode t

TR = P x Q.

Faktor-faktor berpengaruh terhadap pendapatan (P*Q) adalah Demand dan Supply:

·      Disain produk

·      Strategi periklanan

·      kebijakan harga jual produk

·      Kondisi ekonomi secara umum; dan

·      Tingkat persaingan yang terjadi.

Proses keputusan memerlukan 2 langkah:

·      Hub ekonomi harus diekspresikan dlm bentuk yang tepat agar dapat dianalisis.

·      Apl berbagai teknik eval berbagai alt untuk memperoleh solusi optimal

2.             Metode Dalam Menggambarkan Hubungan Ekonomi.

Menggambarkan hubungan ekonomi dalam bentuk persamaan juga berguna karena kita dapat mempergunakan teknik yang kuat dari kalkulus diferensial dalam menentukan solusi optimum dari suatu masalah.

Guna menjelaskan hubungan antar variabel dalam ekonomi dapat dilakukan baik dengan berbagai metode baik tabel, persamaan maupun  grafik. Tabel dan grafik dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan yang cukup sederhana, namun manakala hubungan tersebut nampak rumit maka diperlukan metoda persamaan.

Bentuk persamaan ini juga sangat bermanfaat dalam penentuan solusi optimal, karena memungkinkan digunakan teknik kalkulus diferensial. Persamaan (Fungsi) merupakan suatu metode untuk menggambarkan hubungan dalam ekonomi.

Misalkan hubungan antara penerimaan total ( total revenue – TR ) perusahaan dan kuantitas ( quantity – Q ) barang atau jasa yang dijual perusahaan pada waktu tertentu.

 

         Contoh: TR = PQ. Q

                       

 

= 200Q – 2       0Q2. (Persamaan)

          Total Revenue over of period time

          (misal 1 tahun)

 

 

Kuantitas dari barang/jasa yang dijual dalam  suatu waktu tertentu (misal 1 tahun)

 

Tabel Total Penerimaan

Q

100Q – 10Q2

TR

0

100*0 – 10*02

0

1

100*1 – 10*12

90

2

100*2 – 10*22

160

3

100*3 – 10*32

210

4

100*3 – 10*42

240

5

100*3 – 10*52

250

6

100*3 – 10*62

240

 

(Grafik)          

                    TR

              

                   250

    

         TRmax

 

                                                     

                                                             5                     Q

Studi Kasus

Fungsi biaya PT FRITZ  dirumuskan sebagai berikut

TC = 182 + 56Q

Tabel, Biaya total, biaya rata-rata dan biaya Marginal

Q

TC=190 + 50Q

AC= TC/Q

MC=dTC/dQ

0

190

#DIV/0!

-

1

240

240

50

2

290

145

169

3

340

113

241

4

390

98

302

5

440

88

358

6

490

82

412

Ø Hubungan Biaya Total, Rata – rata, dan Marginal .

Hubungan antara total, rata-rata dan marginal merupakan konsep serta ukuran yang sangat penting dalam optimasi. Pada dasarnya hubungan antara total, rata-rata dan marginal adalah sama, baik untuk biaya, penerimaan, produksi maupun laba. 

 

Tabel: Hubungan Total, Rata-rata dan biaya Marginal Perusahaan

Q

TC

AC=TC/Q

MC=dTC/dQ

0

20

-

-

1

140

140

120

2

160

80

20

3

180

60

20

4

240

60

60

5

480

96

240

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

·         TC = FC + VC; 

·         TC= Total Cost,

·         FC = Fixed Cost,

·         VC = Variable Cost.

·         AC = AFC + AVC;   

·         AC = Average Cost,

·         AFC =  Average Fixed  Cost,

·         AVC =  Average Variable Cost

·         MC = DTC/DQ

Dalam analisis optimasi, hubungan total, average dan marginal menjadi sangat penting. Pendapatan marginal adalah perubahan pada total pendapatan sebagai akibat dari perubahan satu unit output. Berikut ini disajikan hubungan antara total, marginal dan average dalam suatu fungsi keuntungan hipotetis.

Tabel 2 Hubungan Total, Marginal dan Average dalam suatu fungsi keuntungan hipotetis

Unit Output

Total keuntungan

Keuntungan marginal

Keuntungan Average

0

$ 0

$ 0

-

1

19

19

$ 19

2

52

33

26

3

93

41

31

4

136

43

34

5

175

39

35

6

210

35

35

7

217

7

31

8

208

- 9

26

 

Pengetahuan mengenai hubungan geometrik antara total, marginal dan average dapat juga menjadi bukti untuk penggunaan dalam pengambilan keputusan manajerial. Gambar dibawah ini (a) menyajikan hubungan keuntungan dengan output. Dan gambar (b)  menunjukkan hubungan antara keuntungan marginal, keuntungan average dan unit output.

 

Text Box: KeuntunganText Box: Keuntungan Average & Text Box: Marginal

Keuntungan average =  

Secara geometrik, hubungan ini ditujukkan dengan slop garis dari titik 0 sampai titik tertentu pada kurva keuntungan total. 

Slop adalah perubahan marjinal Y sebagai akibat dari perubahan 1 unti X

Slop = =    

Oleh karena Y1 dan X1 terletak pada titik 0, maka keduanya bernilai (0 , 0), sehingga slopnya menjadi = 

Jadi slop OB adalah = 93

Beberapa hal penting berkenaan dengan hubungan total, marginal dan average sebagai berikut:

a.    Slop kurva keuntungan total meningkat dari titil 0 sampai titik C

b.    Antara titik C dan E, keuntungan total terus meningkat,  karena keuntungan marginal masih positif, tapi terus menurun.

c.    Pada titik E slop kurva keuntungan total adalah 0, dimana keuntungan marginalnya sama dengan 0 dan keuntungan totalnya menjadi maksimal

d.    Dibawah titik E kurva keuntungan total mempunyai slop negatif yang menunjukkan keuntungan marginalnya negatif.

3.             Analisis Optimisasi

Laba total (MP) adalah selisih antara penerimaan total dan biaya total.

Jadi,  MP = TR – TC

Analisis marginal merupakan salah satu konsep terpenting dalam ekonomi manajerial secara umum dalam analisis optimisasi khususnya. Menurut analisis marginal, perusahaan memaksimumkan laba bila pendapatan marginal sama dengan biaya marginal. Biaya marginal (marginal cost – MC) telah didefinisikan sebagai perubahan biaya total per unit perubahan output dan ditunjukkan oleh kemiringan kurva TC. Pendapatan marginal (marginal revenue – MR) yaitu perubahan penerimaan total per unit perubahan output atau penjualan merupakan kemiringan kurva TR.

Menurut analisis marginal (marginal analysis) selama manfaat marginal dari suatu aktivitas maka akan bermanfaat bagi organisasi. Manfaat bersih total (laba) mencapai maksimum pada saat manfaat marginal sama dengan biaya marginal.

 

 

 




 

 

 

 

 

 

 

Pendekatan Marginal.

Perusahaan memaksimimkan keuntungan pada saat penerimaan marginal (MR) sama dengan biaya marginal (MC)

Biaya Marginal (MC) adalah perubahan biaya total perunit perubahan output.  Secara matematis dirumuskan:

Penerimaan Marginal (MR) adalah perubahan penerimaan total per unit output atau penjualan.

4.             Optimisasi Dengan Kalkulus

Optimisasi sering diperlukan untuk menentukan nilai maksimal atau nilai minimal suatu fungsi. Turunan dari fungsi adalah nol baik pada titik minimum maupun maksimum. Untuk membedakan antara titik minimum maupun maksimum kita menggunakan turunan kedua. Aturannya adalah bila turunan kedua positif maka kita mempunyai minimum, dan jika turunan kedua negatif maka kita mempunyai maksimum.

a.    Kalkulus Diferensial : Turunan dan Aturan Diferensial

·      Konsep Turunan

Konsep turunan berhubungan erat dengan konsep margin.pendapatan marginal atau kemiringan kurva penerimaan bervariasi pada setiap titik dikurva penerimaan total. Bila kita terapkan TR = Y dan Q = X, turunan dari Y terhadap X adalah merupakan perubahan Y terhadap X, pada saat perubahan X mendekati nol. 

b.   Aturan – aturan Deferensial

Diferensiasi (differentiation) adalah proses menentukan turunan suatu fungsi yang maksudnya menemukan perubahan Y untuk perubahan X, pada saat perubahan X mendekati nol.

·    Aturan untuk fungsi pangkat

Turunan dari fungsi pangkat, Y = aXb, dimana a dan b konstan, sama dengan eksponen b dikali variabel X pangkat b – 1. jadi, untuk fungsi

·    Aturan untuk Penjumlahan dan Pengurangan

Turunan dari penjumlahan (pengurangan) adalah sama dengan penjumlahan (pengurangan) dari setiap turunan individu. Jadi bila,

U = g (X) dan V = h (X)

Dimana U adalah fungsi yang tidak spesifik, g dari X, sedangkan V adalah fungsi lain yang tidak spesifik, h dari X4, maka untuk fungsi

·    Aturan untuk Perkalian

Turunan dari perkalian dua fungsi adalah sama dengan fungsi pertama dikalikan dengan turunan fungsi kedua, ditambah fungsi kedua dikali dengan turunan yang pertama. Jadi, untuk fungsi

Dimana U = g (X) dan V = h(X),

·    Aturan untuk Pembagian

Turunan dari pembagian dua fungsi adalah sama dengan penyebut dikali dengan turunan dari pembilang, dikurangi pembilang dikali dengan turunan penyebut, semua kemudian dibagi dengan penyebut kuadrat. Jadi, untuk fungsi

Dimana U = g(X) dan V = h(X),

·    Aturan untuk fungsi dari fungsi (Rantai)

Jika Y = f(U) dan U = g(X), maka turunan dari Y terhadap X adalah sama dengan turunan dari Y terhadap X dikali dengan turunan U terhadap X. Jadi

5.             Optimisasi Multivariat

 Dampak marginal diukur dengan turunan parsial (partial derivative) yang ditunjukkan dengan simbol . Untuk memaksimumkan dan meminimumkan suatu fungsi dengan banyak variabel, kita harus membuat setiap turunan parsial sama dengan nol dan memecahkan beberapa persamaan secara bersamaan untuk memperoleh nilai optimum dari variabel disisi sebelah kanan.

Tujuaan: memnentukan titik optimum dari suatu fungsi yang mempunyai lebih dari dua variable.

  • Penting untuk menentukan dampak marjinal pada variable terikat (dengan turunan parsial), symbol d.

Turunan  parsial p terhadap X:

Turunan  parsial p terhadap Y

6.             Optimisasi Terkendala

Perusahaan juga akan menghadapi kendala hukum atau lingkungan. Kita mempunyai masalah optimisasi terkendala (constrained optimization), yaitu maksimisasi atau minimisasi fungsi tujuan dengan berbagai kendala. Adanya kendala tersebut mengurangi kebebasan tindakan perusahaan dan biasanya menghalangi pencapaian optimisasi tanpa kendala. Masalah optimisasi terkendala dapat dipecahkan mula – mula dengan memecahkan persamaan kendala untuk satu variabel keputusan, dan kemudian mensubsitusikan nilai variabel ini kedalam fungsi tujuan yang dicari perusahaan untuk dimaksimumkan atau diminimumkan.

Bila persamaan kendala terlalu rumit atau tidak dapat dipecahkan dengan mempergunakan satu variabel keputusan sebagai fungsi eksplisit variabel yang lain, teknik substitusi untuk memecahkan masalah optimisasi kendala dapat menyulitkan atau tidak mungkin.maka kita dapat menggunakan metode pengali langrange.

7.             Peralatan Manajemen Baru Untuk Optimisasi

Alat yang paling penting adalah perbandingan (benchmarking), manajemen kualitas total (total quality management – TQM), rekayasa ulang (reengineering), dan organisasi pembelajar (learning organization).

·      Perbandingan
Perbandingan berarti menentukan dengan cara terbuka dan jujur. Perbandingan membutuhkan :

-     Memilih suatu proses yang spesifik

-     Mengirim utusan pembanding

·      Manajemen Kualitas Total

TQM menerapkan metode perbaikan kualitas pada semua proses perusahaan dari mulai produksi sampai ke pelayanan pelanggan, penjualan dan pemasaran dan bahkan keuangan. 

Lima aturan untuk menentukan suksesnya suatu program TQM :

-       Pejabat eksekutif perusahaan harus secara tegas dan nyata mendukung tersebut

-       Program TQM harus secara tegas menunjukkan bagaimana program tersebut menguntungkan pelanggan.

-       Program TQM harus mempunyai tujuan strategis

-       Program TQM harus memberikan hasil keuangan dan kompensasi dalam waktu singkat

-       Program TQM harus dibuat khusus untuk perusahaan tertentu

·      Rekayasa Ulang

Rekayasa ulang adalah kecenderungan manajemen yang paling terkenal. Rekayasa ulang berusaha mengorganisasikan perusahaan secara keseluruhan.

Ada dua alasan utama untuk melakukan rekayasa ulang :

-       Takut pesaing muncul dengan produk, pelayanan dan cara baru

-       Ketamakan

·      Organisasi Pembelajar

Organisasi Pembelajar menghargai pembelajaran berkelanjutan. Organisasi Pembelajar didasarkan pada lima komponen dasar, yaitu :

-       Model mental

-       Kemahiran personal

-       Pemikiran system

-       Visi bersama

-       Pembelajaran tim

Peralatan Manajemen Yang Lain:

-       Perluasan pembatasan

-       Model bisnis langsung (direct business model)

-       Membuat jaringan kerja (networking)

-       Kekuatan menentukan harga (pricing power)

-       Manajemen proses (process management)

-       Model dunia kecil (small-world model)

-       Integrasi maya (virtual integration)

-       Manajemen maya (virtual management)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C.           PENUTUP

 

1)      Kegiatan Perkuliahan

a.    Kegiatan Dosen

1)        Dengan metode ceramah bervariasi menjelaskan topic 2.

2)        Mengarahkan presentase dan diskusi.

3)        Member dan  menagih penugasan individu untuk tugas.

b.    Kegiatan Mahasiswa

1)        Memperhatikan dan mengkaji penjelasan materi topic 2.

2)        Melaksanakan diskusi dan presentase

3)        Menyelesaikan dan menyerahkan tugas kelompok dan  individu 1.

3.    Evaluasi

a.    Jenis Evaluasi:

Pre test dan post test, serta partisipasi kegiatan pembelajaran.

b.    Alat Evaluasi:

Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi pokok bahasan 2

c.    Materi Evaluasi:

1)   Jelaskan proses memaksimalkan nilai perusahaan?

2)   Jelaskan metode-metode pengekspresian hubungan ekonomi?

3)   Jelaskan Marginal sebagai derivative fungsi?

4)   Jelaskan kalkulus diferensial dan kaidah-kaidah penurunan fungsi?

5)   Jelaskan Memaksimalkan dan  meminimalkan fungsi?

6)   Jelaskan kendala-kendala optimisasi?

7)   Jelaskan Peralatan Manajemen Baru Untuk Optimisasi?

 

BAB III

FUNGSI PERMINTAAN, PENAWARAN

DAN

HARGA KESEIMBANGAN PASAR

A.           PENDAHULUAN

Secara umum  materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman kepada mahasiswa tentang fungsi permintaan, penawaran dan keseimbangan ekonomi manajerial, sehingga setelah mempelajari materi  dalam bab III ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami fungsi permintaan, penawaran dan keseimbangan ekonomi manajerial.

Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:

1)   Menjelaskan sisi permintaan pasar dalam bentuk kurva .

2)   Menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan macam-macam permintaan.

3)   Menjelaskan sisi penawaran pasar dalam bentuk kurva.

4)   Menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan macam-macam penawaran.

5)   Menjelaskan kurva harga keseimbangan pasar.

 

B.            PENYAJIAN MATERI

Dalam ekonomi manajerial kita sangat tertarik pada permintaan terhadap suatu komoditas yang dihadapi oleh suatu perusahaan. masih bergantung pada ukuran dari total permintaan pasar atau industri terhadap komoditas tersehut, yang lebih lanjut merupakan jumlah dan seluruh permintaan konsumen individual terhadap komoditas tersebut di dalam suatu pasar.

Teori permintaan konsumen (consumer demand theory) mempostulatkan bahwa jumlah komoditas yang dirninta merupakan suatu fungsi dari atau bergantung pada harga komoditas tersebut, pendapatan konsumen, harga komoditas yang berhubungan (komplementer atau substitusi), dan selera konsumen.

Karena analisis tentang suatu perusahaan merupakan pokok dari ekonomi manajerial, ketertarik kepada permintaan yang dihadapi oleh suatu perusahaan. Permintaan terhadap komoditas yang dihadapi perusahaan bergantung kepada ukuran permintaan pasar atau industri terhadap komoditas tersebut, bentuk organisasi industrinya, dan jumlah perusahaan yang dalam industri tersebut

     Kurva permintaan  pasar (market demand curve) untuk suatu komoditas secara sederhana merupakan penjumlahan secara horizontal dari kurva kurva permintaan semua konsumen dalam suatu pasar

1.            Sisi Permintaan Pasar

Sisi permintaan dapat disajikan dengan kurva permintaan pasar, yang menunjukkan jumlah komoditas yang ingin dibeli oleh para pembeli pada harga yang berbeda. Kurva permintaan digambar dengan menggunakan asumsi bahwa selera, pendapatan pembeli, jumlah konsumen dalam pasar, dan harga komoditas yang berkaitan tidak berubah. Perubahan yang terjadi pada setiap faktor tersebut akan mengakibatkan kurva permintaan bergeser.

Permintaan adalah bergai jumlah (kuantitas) suatu barang dimana konsumeb bersedia membayar pada bergai alternative harga atas barang itu (Dr. Soeharno).

Pada saat konsumen menyusun daftar permintaan, apakah hanya mempertimbangkan harga saja? Tentunya tidak, bukan? Konsumen juga harus mempertimbangkan uang yang dimilikinya. Jika uang yang tersedia dapat digunakan untuk memenuhi keinginan konsumen untuk membeli maka permintaan suatu barang atau jasa tidak dapat terjadi. Lalu apakah yang dimaksud permintaan? Apabila dalam merumuskan pengertian permintaan hanya memerhatikan faktor harga barang dan jumlah barang yang diminta, serta menganggap faktor-faktor selain harga tidak berubah, maka permintaan adalah keseluruhan jumlah barang atau jasa yang bersedia diminta pada berbagai tingkat harga, waktu, dan tempat tertentu.

a)   Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa selain faktor harga masih ada faktor-faktor lain yang memengaruhi permintaan. Namun, faktor-faktor selain harga pengaruhnya tidak sekuat faktor harga. Berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi permintaan.

a.    Harga Barang itu Sendiri

Harga barang akan memengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika harga naik jumlah permintaan barang tersebut akan meningkat, sedangkan jika harga turun maka jumlah permintaan barang akan menurun.

Dalam gambar diatas Nampak bahwa permintaan kurva permintaan mula-mula adalah DD, kemudian berubah menjadi D1D1 dan D2D2. Perubahan ini disebut sebagai perubahan permintaan (menurun) ditunjukkan oleh D2D2.  Kenaikan permintaan mungkin disebabkan meningkatnya pendapatan dan sebaliknya menurunnya permintaan karena menurunnya pendapatan. Ini berarti ada hubungan positif antara pendapatan dengan permintaan.

Berbagai factor yang mempengaruhi perubahan permintaan yaitu pendapatan riil, selera, dan preferensi, harga barang lain yang berkaitan (substitusi atau komplementer), pendapatan akan pengharapan harga relative dimasa depan dan jumlah penduduk.

b.   Harga Barang Subtitusi (Pengganti)

Harga barang dan jasa pengganti (substitusi) ikut memengaruhi jumlah barang dan jasa yang diminta. Apabila harga dari barang substitusi lebih murah maka orang akan beralih pada barang substitusi tersebut. Akan tetapi jika harga barang substitusi naik maka orang akan tetap menggunakan barang yang semula. Contohnya kaos adalah pengganti kemeja. Jika di pasar harga kaos lebih murah dibandingkan kemeja, maka permintaan akan kaos lebih banyak bila dibandingkan permintaan terhadap kemeja.

c.    Harga Barang Komplementer (Pelengkap)

Barang pelengkap juga dapat memengaruhi permintaan barang/jasa. Misalnya sepeda motor, barang komplementernya bensin. Apabila harga bensin naik, maka kecenderungan orang untuk membeli sepeda motor akan turun, begitu juga sebaliknya.

d.   Pendapatan

Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh seseorang turut menentukan besarnya permintaan akan barang dan jasa. Apabila pendapatan yang diperoleh tinggi maka permintaan akan barang dan jasa juga semakin tinggi. Sebaliknya jika pendapatannya turun, maka kemampuan untuk membeli barang juga akan turun. Akibatnya jumlah barang akan semakin turun. Misalnya pendapatan Ibu Tia dari hasil dagang minggu pertama Rp200.000,00 hanya dapat untuk membeli kopi 20 kg. Tetapi ketika hasil dagang minggu kedua Rp400.000,00, Ibu Tia dapat membeli kopi sebanyak 40 kg.

e.    Selera Konsumen

Selera konsumen terhadap barang dan jasa dapat memengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika selera konsumen terhadap barang tertentu meningkat maka permintaan terhadap barang tersebut akan meningkat pula. Misalnya, sekarang ini banyak orang yang mencari hand phone yang dilengkapi fasilitas musik dan game, karena selera konsumen akan barang tersebut tinggi maka permintaan akan hand phone yang dilengkapi musik dan game akan meningkat.

f.     Intensitas Kebutuhan Konsumen

Intensitas kebutuhan konsumen berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta. Kebutuhan terhadap suatu barang atau jasa yang tidak mendesak, akan menyebabkan permintaan masyarakat terhadap barang atau jasa tersebut rendah. Sebaliknya jika kebutuhan terhadap barang atau jasa sangat mendesak maka permintaan masyarakat terhadap barang atau jasa tersebut menjadi meningkat, misalnya dengan meningkatnya curah hujan maka intensitas kebutuhan akan jas hujan semakin meningkat. Konsumen akan bersedia membeli jas hujan hingga Rp25.000,00 walaupun kenyataannya harga jas hujan Rp15.000,00.

g.    Perkiraan Harga di Masa Depan

Apabila konsumen memperkirakan bahwa harga akan naik maka konsumen cenderung menambah jumlah barang yang dibeli karena ada kekhawatiran harga akan semakin mahal. Sebaliknya apabila konsumen memperkirakan bahwa harga akan turun, maka konsumen cenderung mengurangi jumlah barang yang dibeli. Misalnya ada dugaan kenaikan harga bahan bakar minyak mengakibatkan banyak konsumen antri di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) untuk mendapatkan bensin atau solar yang lebih banyak.

h.   Jumlah Penduduk

Pertambahan penduduk akan memengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika jumlah penduduk dalam suatu wilayah bertambah banyak, maka barang yang diminta akan meningkat.

b)   Macam-Macam Permintaan

a.    Permintaan Menurut Daya Beli

Berdasarkan daya belinya, permintaan dibagi menjadi tiga macam, yaitu :

1)   Permintaan efektif adalah permintaan masyarakat terhadap suatu barang atau jasa yang disertai dengan daya beli atau kemampuan membayar. Pada permintaan jenis ini, seorang konsumen memang membutuhkan barang itu dan ia mampu membayarnya.

2)   Permintaan potensial adalah permintaan masyarakat terhadap suatu barang dan jasa yang sebenarnya memiliki kemampuan untuk membeli, tetapi belum melaksanakan pembelian barang atau jasa tersebut. Contohnya Pak Luki sebenarnya mempunyai uang yang cukup untuk membeli kulkas, namun ia belum mempunyai keinginan untuk membeli kulkas.

3)   Permintaan absolut adalah permintaan konsumen terhadap suatu barang atau jasa yang tidak disertai dengan daya beli. Pada permintaan absolut konsumen tidak mempunyai kemampuan (uang) untuk membeli barang yang diinginkan. Contohnya Hendra ingin membeli sepatu olahraga. Akan tetapi uang yang dimiliki Hendra tidak cukup untuk membeli sepatu olahraga. Oleh karena itu keinginan Hendra untuk membeli sepatu olahraga tidak bisa terpenuhi.

b.   Permintaan Menurut Jumlah Subjek Pendukungnya

Berdasarkan jumlah subjek pendukungnya, permintaan terdiri atas :

1)   Permintaan individu adalah permintaan yang dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Contoh bentuk permintaan individu seperti pada Tabel 3.1 mengenai daftar permintaan konsumen

2)   Permintaan kolektif atau permintaan pasar adalah kumpulan dari permintaan-permintaan perorangan/individu atau permintaan secara keseluruhan para konsumen di pasar.

c)    Hukum Permintaan

Semakin tinggi harga suatu barang, permintaan akan turun. Kondisi tersebut menggambarkan bunyi hukum permintaan. Hukum permintaan adalah hukum yang menjelaskan tentang adanya hubungan yang bersifat negatif antara tingkat harga dengan jumlah barang yang diminta. Apabila harga naik jumlah barang yang diminta sedikit dan apabila harga rendah jumlah barang yang diminta meningkat. Dengan demikian hukum permintaan berbunyi:

Rectangle: Rounded Corners: “Semakin turun tingkat harga, maka semakin banyak jumlah barang yang bersedia diminta, dan sebaliknya semakin naik tingkat harga semakin sedikit jumlah barang yang bersedia diminta”
 

 

 

 

 


Pada hukum permintaan berlaku asumsi ceteris paribus. Artinya hukum permintaan tersebut berlaku jika keadaan atau faktor-faktor selain harga tidak berubah (dianggap tetap).

·      Kurva Permintaan

Hukum permintaan yang telah di pelajari di atas dapat digambarkan menggunakan suatu grafik yang disebut kurva permintaan.

http://www.crayonpedia.org/wiki/images/7/7c/Harga_Pasar_7.jpg

Bentuk kurva permintaan di atas memiliki kemiringan (slope) negatif atau bergerak dari kiri atas ke kanan bawah. Artinya apabila harga jeruk turun, jumlah barang yang diminta bertambah atau sebaliknya (ceteris paribus). Perlu disadari, bahwa ketika menganalisis permintaan, terdapat dua istilah yang berbeda, yaitu permintaan dan jumlah barang yang bersedia diminta.

Apakah perbedaan dari kedua istilah tersebut? Menurut para ahli ekonomi, permintaan adalah keseluruhan dari kurva permintaan atau keseluruhan dari titik yang ada pada kurva (A + B + C + D + E + F + G). Dengan demikian permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan daripada hubungan antara harga dan jumlah permintaan. Adapun jumlah barang yang bersedia diminta adalah banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu. Misalnya titik A, menggambarkan bahwa pada harga Rp4.500,00 jumlah yang diminta adalah 140 kg. Dengan demikian, setiap titik yang ada pada kurva menggambarkan jumlah barang yang diminta.

·      Pergeseran Kurva Permintaan

Pergeseran kurva permintaan menunjukkan adanya perubahan permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor selain harga. Pergeseran kurva permintaan ditunjukkan dengan bergeraknya kurva ke kanan atau ke kiri. Berubahnya jumlah barang yang diminta konsumen akibat dari perubahan harga barang itu sendiri. Bagaimana jika faktor lainnya seperti pendapatan konsumen memengaruhi jumlah jeruk yang diminta? Apabila pendapatan konsumen mengalami peningkatan, maka jumlah barang yang diminta pun juga akan meningkat. Namun ketika pendapatan konsumen mengalami penurunan maka jumlah barang yang diminta akan turun.

http://www.crayonpedia.org/wiki/images/9/99/Harga_Pasar_9.jpg

Perhatikan kurva permintaan di atas. Kurva permintaan mengalami pergeseran ke kanan dari D ke D1 dan bergeser ke kiri dari D ke D2. Pergeseran ke kanan dari kurva permintaan menunjukkan pertambahan jumlah permintaan karena adanya peningkatan pendapatan. Sedangkan kurva bergeser ke kiri menunjukkan penurunan jumlah permintaan karena penurunan pendapatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan pendapatan dapat mengubah jumlah permintaan akan barang serta dapat menggeser kurva permintaan.

·      Perbedaan antara “permintaan” dan “kuantitas yang diminta”

Permintaan adalah suatu kurava atau skedul sedangkan kuantitas yang diminta adalah jumlah yang diminta pada suatu tingkat harga. Perubahan permintaan berarti bahwa kurva permintaan bergeser secara keseluruhan karena perubahan salah satu atau lebih varibel yang dianggap konstan.

Rumus matematis untuk permintaan :

Q = a - bp

2.            Sisi Penawaran Pasar

Sisi permintaan dapat disajikan dengan kurva penawaran pasar. Kurva penawaran digambar dengan asumsi bahwa teknologi konstan dan harga input atau sumber daya juga konstan.

Penawaran adalah keseluruhan jumlah barang yang bersedia ditawarkan pada berbagai tingkat harga tertentu dan waktu tertentu. Jika harga naik, jumlah barang yang ditawarkan bertambah. Begitu juga ketika harga turun, maka jumlah barang yang ditawarkan juga turun atau semakin sedikit.

Seperti halnya pembeli, apakah penjual juga hanya memperhitungkan faktor harga saja dalam menyusun daftar penawaran? Tentu saja tidak. Pada kenyataannya banyak faktor yang memengaruhi penawaran penjual. Namun ketika merumuskan penawaran, cukup dengan menghubungkan harga dan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Faktor-faktor selain harga dianggap tidak berubah (ceteris paribus).

a)   Faktor-faktor yang Memengaruhi Penawaran

Penawaran dan produksi mempunyai hubungan yang sangat erat. Hal-hal yang mendorong dan menghambat kegiatan produksi berpengaruh terhadap jumlah penawaran. Berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi penawaran.

a.    Harga Barang itu Sendiri

Apabila harga barang yang ditawarkan mengalami kenaikan, maka jumlah barang yang ditawarkan juga akan meningkat. Sebaliknya jika barang yang ditawarkan turun jumlah barang yang ditawarkan penjual juga akan turun. Misalnya jika harga sabun mandi meningkat dari Rp1.500,00 menjadi Rp2.000,00, maka jumlah sabun mandi yang penjual tawarkan akan meningkat pula.

b.   Harga Barang Pengganti

Apabila harga barang pengganti meningkat maka penjual akan meningkatkan jumlah barang yang ditawarkan. Penjual berharap, konsumen akan beralih dari barang pengganti ke barang lain yang ditawarkan, karena harganya lebih rendah. Contohnya harga kopi meningkat menyebabkan harga barang penggantinya yaitu teh lebih rendah, sehingga penjual lebih banyak menjual teh.

c.    Biaya Produksi

Biaya produksi berkaitan dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi, seperti biaya untuk membeli bahan baku, biaya untuk gaji pegawai, biaya untuk bahan-bahan penolong, dan sebagainya. Apabila biaya-biaya produksi meningkat, maka harga barang-barang diproduksi akan tinggi. Akibatnya produsen akan menawarkan barang produksinya dalam jumlah yang sedikit. Hal ini disebabkan karena produsen tidak mau rugi. Sebaliknya jika biaya produksi turun, maka produsen akan meningkatkan produksinya. Dengan demikian penawaran juga akan meningkat.

d.   Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya barang yang ditawarkan. Adanya teknologi yang lebih modern akan memudahkan produsen dalam menghasilkan barang dan jasa. Selain itu dengan menggunakan mesin-mesin modern akan menurunkan biaya produksi dan akan memudahkan produsen untuk menjual barang dengan jumlah yang banyak. Misalnya untuk menghasilkan 1 kg gula pasir biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan Manis sebesar Rp4.000,00. Harga jualnya sebesar Rp7.500,00/kg. Namun dengan menggunakan mesin yang lebih modern, perusahaan Manis mampu menekan biaya produksi menjadi Rp3.000,00. Harga jual untuk setiap 1 kilogramnya tetap yaitu Rp7.500,00/kg. Dengan demikian perusahaan Manis dapat memproduksi gula pasir lebih banyak.

e.    Pajak

Pajak yang merupakan ketetapan pemerintah terhadap suatu produk sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya harga. Jika suatu barang tersebut menjadi tinggi, akibatnya permintaan akan berkurang, sehingga penawaran juga akan berkurang.

f.      Perkiraan Harga di Masa Depan

Perkiraan harga di masa datang sangat memengaruhi besar kecilnya jumlah penawaran. Jika perusahaan memperkirakan harga barang dan jasa naik, sedangkan penghasilan masyarakat tetap, maka perusahaan akan menurunkan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Misalnya pada saat krisis ekonomi, harga-harga barang dan jasa naik, sementara penghasilan relatif tetap. Akibatnya perusahaan akan mengurangi jumlah produksi barang dan jasa, karena takut tidak laku.

b)   Macam-Macam Penawaran

Apabila ditinjau dari jumlah barang yang ditawarkan, penawaran dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penawaran perorangan dan penawaran kolektif.

Ø Penawaran Individu

Penawaran individu adalah jumlah barang yang akan dijual oleh seorang penjual.

Ø  Penawaran Kolektif

Penawaran kolektif disebut juga penawaran pasar. Penawaran kolektif adalah keseluruhan jumlah suatu barang yang ditawarkan oleh penjual di pasar. Penawaran pasar merupakan penjumlahan dari keseluruhan penawaran perorangan.

c)    Hukum Penawaran

Semakin tinggi harga, jumlah barang yang ditawarkan semakin banyak. Sebaliknya semakin rendah harga barang, jumlah barang yang ditawarkan semakin sedikit. Inilah yang disebut hukum penawaran. Hukum penawaran menunjukkan keterkaitan antara jumlah barang yang ditawarkan dengan tingkat harga.

Dengan demikian bunyi hukum penawaran berbunyi:

 

 

 

Rectangle: Rounded Corners: “Semakin tinggi harga, semakin banyak jumlah barang yang bersedia dtawarkan, dan sebaliknya semakin rendah  tingkat harga semakin sedikit jumlah barang yang bersedia ditawarkan”
 

 

 

 

 


Hukum penawaran akan berlaku apabila faktor-faktor lain yang memengaruhi penawaran tidak berubah (ceteris paribus).

a.    Kurva Penawaran

Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan antara harga barang dengan jumlah barang yang ditawarkan. Kurva penawaran dapat dibuat berdasarkan tabel tersebut.

 

http://www.crayonpedia.org/wiki/images/7/73/Harga_Pasar_14.jpg

 

Perhatikan kurva di atas. Kurva bergerak dari kiri bawah ke kanan atas. Dengan demikian kurva penawaran mempunyai slope positif. Artinya jumlah barang yang ditawarkan berbanding lurus dengan harga barang. Semakin tinggi harga, semakin banyak jumlah barang yang ditawarkan.

b.   Pergeseran Kurva Penawaran

Sama halnya pada pergeseran kurva permintaan, kurva penawaran juga dapat mengalami pergeseran karena adanya perubahan faktor-faktor yang memengaruhi penawaran selain faktor harga. Bergesernya kurva penawaran ditandai dengan bergeraknya kurva ke kanan atau ke kiri. Kurva penawaran bergeser ke kiri, artinya jumlah penawarannya mengalami kenaikan. Namun, ketika kurva penawaran barang bergeser ke kiri, berarti terjadi penurunan penawaran barang.

 

http://www.crayonpedia.org/wiki/images/f/f0/Harga_Pasar_16.jpg

 

Perhatikan kurva penawaran di atas. Kurva penawaran S bergeser ke kiri menjadi S1. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penawaran akan jeruk mengalami penurunan. Jadi dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan dari salah satu atau lebih faktor-faktor yang dulu dianggap tetap, akan mengubah jumlah penawaran sekaligus menggeser kurva penawaran.

c.    Perbedaan antara “penawaran” dan “jumlah yang ditawarkan”

Penawaran adalah skedul atau kurva secara keseluruhan. Sedangkan kuantitasa yang ditawarkan pada suatu tingkat harga. Perubahan penawaran ditunjukkan oleh pergeseran kurava penawaran karena perubahan satu atau lebih variabel-variabel yang dianggap konstan

Rumus matematis untuk penawaran :

Q = a - bp

3.            Harga Keseimbangan

Harga keseimbangan komoditas ditentukan oleh perpotongan kurva penawaran pasar dan kurva permintaan pasar komoditas tersebut. Kekuatan pasar selalu mendorong harga menuju level keseimbangan. Pasar akan mengalami keseimbangan jika kuantitas yang ditawarkan sama dengan kuantitas yang diminta. Keseimbangan terjadi pada saat kurva penawara berpotongan dengan kurva permintaan yaitu pada saat keinginan para konsumen bertemu dengan keinginan para produsen.

Grafik: Harga Keseimbangan Permintaan dan Penawaran

 

 

 

 

 

C.           PENUTUP

 

1.      Kegiatan Perkuliahan

a.    Kegiatan Dosen

1)        Dengan metode ceramah bervariasi menjelaskan topic 3.

2)        Mengarahkan presentase dan diskusi.

3)        Member dan  menagih penugasan individu untuk tugas.

b.    Kegiatan Mahasiswa

a.         Memperhatikan dan mengkaji penjelasan materi topic 3.

b.        Melaksanakan diskusi dan presentase

c.         Menyelesaikan dan menyerahkan tugas kelompok dan  individu 1.

2)      Evaluasi

a.    Jenis Evaluasi:

Pre test dan post test, serta partisipasi kegiatan pembelajaran.

b.    Alat Evaluasi:

Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi pokok bahasan 3

c.    Materi Evaluasi:

1)   Menjelaskan sisi permintaan pasar dalam bentuk kurva .

2)   Menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan macam-macam permintaan.

3)   Menjelaskan sisi penawaran pasar dalam bentuk kurva.

4)   Menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan macam-macam penawaran.

5)   Menjelaskan kurva harga keseimbangan pasar.

 

 

 

 

BAB IV

ANALISIS SENSITIVITAS/ ELASTISITAS

PERMINTAAN

A.           PENDAHULUAN

Secara umum  materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang analisis sensitivitas/elastisitas permintaan ekonomi manajerial, sehingga setelah mempelajari materi  dalam bab IV ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami analisis sensitivitas/elastisitas permintaan ekonomi manajerial.

Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:

1)   Menjelaskan Kurva elastisitas permintaan.

2)   Menjelaskan elastisitas harga permintaan.

3)   Menjelaskan elastisitas pendapatan

4)   Menjelaskan elastisitas silang

5)   Menjelaskan permintan yang elastisitas unitary dan inelastisitas.

6)   Menjelaskan penggunaan elastisitas dalam pengambilan keputusan.

 

B.            PENYAJIAN MATERI

1.             ELASTISITAS PERMINTAAN

Kurva permintaan adalah kurva yang menghubungkan antara harga dan jumlah produk yang diminta oleh pasar. Jika harga produk tersebut tinggi maka hanya sedikit permintaan terhadap produk tersebut. Tetapi, jika harganya semakin menurun maka permintaan terhadap produk tersebut akan semakin tinggi. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

 

                   

Salah satu ukuran derajat kepekaan yang paling sering digunakan dalam analisis permintaan adalah elastisitas, yang didefinisikan sebagai persentase perubahan kuantitas yang diminta sebagai akibat dari perubahan nilai salah satu variable yang menentukan permintaan sebesar 1 persen.

Dalam rangka pengambilan keputusan manajerial, maka pihak manajemen harus mengetahui besarnya respon perubahan permintaan konsumen akibat adanya perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap suatu barang dapat dibedakan menjadi:

-      Faktor-faktor yang dapat dikontrol oleh perusahaan seperti harga barang itu sendiri dan biaya iklan. Faktor-faktor ini disebut variable endogen.

-      Faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan seperti pendapatan konsumen, harga barang pesaing. Faktor-faktor ini disebut variable eksogen

Elastisitas harga permintaan mengukur seberapa banyak permintaan barang dan jasa (konsumsi) berubah ketika harganya berubah. Elastisitas permintaan ditunjukkan dalam bentuk prosentase perubahan atas kuantitas yang diminta sebagai akibat dari satu persen perubahan harga.

·      Koefisien Elastisitas Permintaan

Perhitungan koefisien elastisitas permintaan dengan menggunakan metode mid point adalah sebagai berikut :

Ed = % perubahan kuantitas diminta / % perubahan harga,

http://yasinta.files.wordpress.com/2008/08/elasticity-11.jpg?w=251

Keterangan :

E       = Elastisitas permintaan
Q2     = Kuantitas permintaan setelah perubahan
Q1     = Kuantitas permintaan awal
P2     = Harga setelah perubahan
P1     = Harga awal

Dalam perhitungan koefisien elastisitas ini, angka minus tidak perlu ditulis karena kita telah mengetahui bahwa antara harga dan permintaan berslope negatif. Artinya, kenaikan harga akan menurunkan permintaan, dan sebaliknya (hukum permintaan).

Contoh : Apabila harga es krim naik dari $2 menjadi $2,2 dan jumlah pembelian turun dari 10 batang menjadi 8 batang, maka elastsitas permintaan dihitung sebagai berikut :

 http://yasinta.files.wordpress.com/2008/08/elasticity-2.jpg?w=251

Koefisien sebesar 2,32 menunjukkan bahwa perubahan harga sebesar 1 persen akan menimbulkan perubahan permintaan sebesar 2,32 %. Elastisitas permintaan memiliki hubungan negatif (arahnya berbalikan), yaitu ketika harga naik permintaan akan turun, vice versa.

·      Jenis-jenis Elastisitas Permintaan

Ada lima jenis elastisitas permintaan :

1.    Permintaan tidak elastis sempurna :

Elastisitas = 0.

Perubahan harga tidak mempengaruhi jumlah yang diminta. Dengan demikian, kurvanya berbentuk vertikal. Kurva berbentuk vertikal ini berarti bahwa berapapun harga yang ditawarkan, kuantitas barang/jasa tetap tidak berubah. Contoh barang yang permintaannya tidak elastis sempurna adalah tanah (meskipun harganya naik terus, kuantitas yang tersedia tetap terbatas), lukisan milik pelukis yang telah meninggal (berapapun harga yang ditawar atas lukisan, pelukis tersebut tidak akan mampu menambah kuantitas lukisannya), dan contoh lainnya yang sejenis.

2.    Permintaan tidak elastis :

Elastisitas < 1.

Prosentase perubahan kuantitas permintaan < dari prosentase perubahan harga. Contoh permintaan tidak elastis ini dapat dilihat diantaranya pada produk kebutuhan. Misalnya beras, meskipun harganya naik, orang akan tetap membutuhkan konsumsi beras sebagai makanan pokok. Karenanya, meskipun mungkin dapat dihemat penggunaannya, namun cenderung tidakakan sebesar kenaikan harga yang terjadi. Sebaliknya pula, jika harga beras turun konsumen tidak akan menambah konsumsinya sebesar penurunan harga. Ini karena konsumsi beras memiliki keterbatasan (misalnya rasa kenyang). Contoh lainnya yang sejenis adalah bensin. Jika harga bensin naik, tingkat penurunan penggunaannya biasanya tidak sebesar tingkat kenaikan harganya. Ini karena kita tetap membutuhkan bensin untuk bepergian. Sama halnya, ketika harganya turun, kita juga tidak mungkin bepergian terus menerus demi menikmati penurunan harga tersebut. Karakteristik produk yang seperti ini mengakibatkan permintaan menjadi tidak elastis.

3.    Permintaan uniter elastis :

Elastisitas = 1.

Prosentase perubahan kuantitas permintaan = prosentase perubahan harga. Contoh produk yang elastisitasnya uniter tidak dapat disebutkan secara spesifik. Jenis permintaan ini sebenarnya lebih sebagai pembatas antara permintaan elastis dan tidak elastis, sehingga belum tentu ada produk yang dapat dikatakan memiliki permintaan uniter elastis.

4.    Permintaan elastis :

Elastisitas > 1.

Prosentase perubahan kuantitas permintaan > prosentase perubahan harga. Ini sering terjadi pada produk yang mudah dicari substitusinya. Misalnya saja pakaian, makanan ringan, dan lain sebagainya. Ketika harganya naik, konsumen akan dengan mudah menemukan barang penggantinya.

5.    Permintaan elastis sempurna :

Elastisitas tak terhingga.

Dimana pada suatu harga tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang ada di pasar. Namun, kenaikan harga sedikit saja akan menjatuhkan permintaan menjadi 0. Dengan demikian, kurvanya berbentuk horisontal. Contoh produk yang permintaannya bersifat tidak elastis sempurna diantaranya barang/jasa yang bersifat komoditi, yaitu barang/jasa yang memiliki karakteristik dan fungsi sama meskipun dijual di tempat yang berbeda atau diproduksi oleh produsen yang berbeda. Dengan demikian, secara nalar barang/jasa tersebut seharusnya memiliki harga yang sama pula. Misalnya saja paperclip dan pen tinta biasa (seperti pen merek S dan P yang rata-rata berharga 1000-1500). Jika kita pergi ke supermarket untuk membeli paperclip, misalnya, kita cenderung tidak akan memperhatikan perbedaan merek. Satu-satunya yang sering kita jadikan bahan perbandingan adalah harga, dimana kita akan membeli paperclip yang harganya paling murah (atau pada harga rata-rata yang diterima pasar). Akibatnya, bagi perusahaan yang menjual paperclip diatas harga rata-rata, permintaan akan barangnya akan turun ke nol. Ini karena semua paperclip, meskipun harganya berbeda-beda, memberikan fungsi yang sama.

·      Faktor Penentu Elastisitas Permintaan

Ada empat faktor utama dalam menentukan elastisitas permintaan :

a.    Produk substitusi.

Semakin banyak produk pengganti (substitusi), permintaan akan semakin elastis. Hal ini dikarenakan konsumen dapat dengan mudah berpindah ke produk substitusi jika terjadi kenaikan harga, sehingga permintaan akan produk akan sangat sensitif terhadap perubahan harga.

b.    Prosentase pendapatan yang dibelanjakan.

Semakin tinggi bagian pendapatan yang digunakan untuk membelanjakan produk tersebut, maka permintaan semakin elastis. Produk yang harganya mahal akan membebani konsumen ketika harganya naik, sehingga konsumen akan mengurangi permintaannya. Sebaliknya pada produk yang harganya murah.

c.    Produk mewah versus kebutuhan.

Permintaan akan produk kebutuhan cenderung tidak elastis, dimana konsumen sangat membutuhkan produk tersebut dan mungkin sulit mencari substitusinya. Akibatnya, kenaikan harga cenderung tidak menurunkan permintaan. Sebaliknya, permintaan akan produk mewah cenderung elastis, dimana barang mewah bukanlah sebuah kebutuhan dan substitusinya lebih mudah dicari. Akibatnya, kenaikan harga akan menurunkan permintaan.

d.      Jangka waktu permintaan dianalisis.

Semakin lama jangka waktu permintaan dianalisis, semakin elastis permintaan akan suatu produk. Dalam jangka pendek, kenaikan harga yang terjadi di pasar mungkin belum disadari oleh konsumen, sehingga mereka tetap membeli produk yang biasa dikonsumsi. Dalam jangka panjang, konsumen telah menyadari kenaikan harga, sehingga mereka akan pindah ke produk substitusi yang tersedia. Selain itu, dalam jangka panjang kualitas dan desain produk juga berubah, sehingga lebih mudah menyebabkan konsumen pindah ke produk lain.

2.             ELASTISITAS HARGA

Kepekaan respons dari kuantitas komoditas yang diminta terhadap perubahan harganya merupakan factor yang sangat penting bagi perusahaan. Pada subbab ini, kita akan membahas tentang elastisitas permintaan terhadap harga.

Elastisitas permintaan terhadap harga (EP) – price elasticity of demand, merupakan persentase perubahan kuantitas komoditas yang diminta dibagi dengan persentase perubahan harganya, dengan menjaga semua variable yang lainnya dalam fungsi permintaan konstan.

Ø Elastisitas permintaan titik terhadap harga – point price elasticity of demand, atau elastisitas pada titik tertentu dari suatu kurva permintaan. Dengan menggunakan rumus elastisitas titik, elastisitas harga dapat diperoleh dengan rumus berikut:

Dimana ∆Q/∆P merupakan turunan parsial dari fungsi permintaan pada P; P dan Q adalah harga dan kuantitas pada sebuah titik pada kurva permintaan. Penggunaan dari elastisitas titik hanya terbatas untuk menganalisis perubahan variable yang sangat kecil.

Ø Elastisitas permintaan busur terhadap harga – aarc price elasticity of demand atau elastisitas permintaan terhadap harga antara dua titik dalam suatu kurva permintaan. Berikut rumus dari elastisitas permintaan busur terhadap harga:

 

                                                 

Elastisitas busur merupakan konsep yang lebih baik dalam mengukur elastisitas rata-rata sepanjang suatu kisaran yang lebih luas. Rumus dari elastisitas permintaan busur terhadap harga ini, sangat berguna dalam menganalisis derajat kepekaan rata-rata permintaan terhadap perubahan harga pada suatu kisaran yang cukup besar.

Ada dua factor yang menjadi penentu elastisitas terhadap harga, yaitu: permintaan industry dan permintaan perusahaan.

 

3.             ELASTISITAS PENDAPATAN

Tingkat pendapatan konsumen juga merupakan determinanyang penting dalam permintaan. Kita dapat mengukur kepekaan perubahan dari permintaan akan suatu komoditas terhadap perubahan pendapatan konsumen dengan menggunakan elastisitas permintaan terhadap pendapatan (EI) – income elasticity of demand. Ini diberikan oleh persentase perubahan permintaan suatu komoditas dibagi dengan persentase perubahan pendapatan, dengan memegang variable lain dalam persamaan permintaan konstan, termasuk harga.

Sama seperti elastisitas terhadap harga, dalam elastisitas terhadap pendapatan, juga memiliki elastisitas titik dan elastisitas busur.

Ø Elastisitas titik terhadap pendapatan (point income elasticity of demand) ditunjukkan oleh:

Dimana ∆Q dan ∆I mengacu secara berturut-turut kepada perubahan dalam kuantitas dan pendapatan.

Sama seperti elastisitas permintaan titik terhadap harga, elastisitas permintaan titik terhadap pendapatan juga memberikan hasil yang berbeda-beda, tergantung kepada apakah pendapatan meningkat atau menurun. Untuk menghindari hal tersebut, biasanya digunakan elastisitas permintaan busur terhadap pendapatan.

Ø Elastisitas busur terhadap pendapatan – arc income elasticity of demand. Ini menggunakan rata-ratadari pendaatan awal dan baru, dan juga rata-rata dari kuantitas awal dan baru. Dengan menggunakan hal tersebut, kita akan mendapatkan hasil yang sama pada saat pendapatan meningkat atau menurun. Sehingga, rumusnya dapat dituliskan sebagai berikut:

Dimana angka subscript 1 dan 2 mengacu kepada tingkat pendapatan dan kuantitas barang yang awal dan yang baru. Maka, elastisitas permintaan busur terhadap pendapatan mengukur rata-rata kepekaan relative dalam permintaan suatu komoditas terhadap perubahan pendapatan dalam jarak antara I1 dan I2.

Elastisitas permintaan terhadap pendapatan lebih rumit daripada elastisitas permintaan terhadap harga. Karena perbedaan konsep mengenai pendapatan bisa digunakan dalam pengukuran pendapatan nasional, GNP, dll. Konsep ini sangat berguna bagi perusahaan untuk mengestimasi dan memperkirakan permintaan keseluruhan atas produk yang dijual dalam pasar tertentu dan untuk pendapatan konsumen pada tingkat tertentu.

4.             ELASTISITAS SILANG

Permintaan akan suatu komoditas juga bertgantung pada harga dari komoditas yang berhubungan (substitusi dan komplemeter). Sebagai contoh, jika harga teh meningkat, permintaan akan kopi meningkat karena konsumen menukar teh dengan kopi untuk dikonsumsinya. Pada saat lain, jika harga gula meningkat, maka permintaan kopi akn menurun, karena harga secangkir kopi dengan gula pasti aan menjadi lebih tinggi.

Kita dapat mengukur kepekaan perubahan dari permintaan akan komoditas X terhadap perubahan harga (EXY) – Cross price elasticity of demand. Ini diberikan oleh presentase perubahan dalam permintaan komoditas X. sama seperti elastisitas terhadap pendapatan dan elastisitas terhadap harga, kita juga mempunyai elastisitas permintaan silang terhadap harga secara titik busur.

Ø Elastisitas permintaan silang titik terhadap harga (Point cross-price elasticity of demand) dirumuskan sebagai

Dimana ∆QX dan ∆P­­­y secara berturut-turut merupakan perubahan dalam kuantitas yang diminta dari komoditas X dan perubahan dalam harga komoditas Y.

Sama halnya dengan elastisitas permintaan titik terhadap harga dan pendapatan, elastisitas permintaan silang titik dari harga juga memberikan hasil yang berbeda tergantung dari apakah harga dari komoditas yang berhubungan (Py) naik turun. Untuk menghindari hal ini, kita biasanya mengukur elastisitas permintaan silang busur terhadap harga(arc cross-price elasticity of demand).

Konsep elastisitas silang ini digunakan untuk dua tujuan utama.

·      Pertama, konsep ini sangat penting bagi suatu perusahaan untuk mengetahui bagaimana kemungkinan permintaan akan produknya dalam respon perubahan harga barang lain. Informasi ini diperlukan untuk merumuskan strategi penetapan harga perusahaan tersebut dan untuk menganalisis resiko yang disebabkan oleh produk yang bermacam-macam. Ini penting sekali terutama bagi perusahaan yang mempunyai lini produk (product lines) yang luas, dimana hubungan substitusi dan komplementer terjadi antaraberbagai macam produk tersebut.

·      Kedua, elastisitas silang ini digunakan dalam sector industry untuk mengukur keterkaitan antar industry. Misalnya suatu perusahaan mungkin muncul untuk menguasai suatu pasar tertentu, ia merupakan satu-satunya pemasok atau supplier sesuatu barang di pasar tersebut. Namun demikian, jika nilai elastisitas silag antara produk perusahaan tersebut dengan produk-produk industry lainnya yang berhubungan adalah besar dan positif, maka walaupun perusahaan tersebut tampaknya seperti monopolis, perusahaan tersebut tidak akan bisa menaikkan harganya tanpa mengalami penurunan jumlah penjualannya. Penurunan jumlah penjualan perusahaan tersebut akan di pasok oleh perusahaan-perusahaan lainnya yang memproduksi produk-produk substitutnya.

5.             PERMINTAAN YANG ELASTIS UNITARY DAN INELASTIS

Untuk tujuan pembuatan keputusan, elastisitas harga dibedakan menjadi 3 kisaran. Dengan menggunakan ϵp untuk menggambar nilai mutlak dan elastisitas harga, ketiga kisaran elastisitas tersebut adalah:

1)      I e I> 1, didefinisikan sebagai permintaan yang elastis
Misalnya: | ϵp | = -3,2 dan | ϵp | = 3,2

2)      I = 1, didefinisikan sebagai elastisitas uniter (unitary elasticity)
Misalnya: | ϵp | = -3,2 dan | ϵp | = 1

3)      I e I < 1, didefinisikan sebagai permintaan yang inelastis
Misalnya: | ϵp | = -0,5 dan | ϵp | = 0,5

Jika permintaan bersifat elastis (yakni | ϵp |  > 1), yang menunjukkan persentase perubahan kuantjtas Iebih besardaripada persentase perubahan harga, maka suatu persentase kenaikan harga akan menyebabkan persentase penurunan kuantitas lebih besar, dan akhirnya menurunkan TR.

Jadi ,jika permintaan bersifat elastis, suatu kenaikan harga akan menurunkan TR dan penurunan harga akan menaikkan TR.

Elastisitas uniter (unitary elasticity) yaitu suatu keadaan yang menunjukkan persentase perubahan kuantitas dibagi dengan persentase perubahan harga = -1. OIeh karena harga dan kuantitas berhubungan terbalik, maka elastisitas harga =1, dan ini berarti bahwa pengaruh perubahan harga secara tepat ditutup (offset) oleh perubahan kuantitas yang diminta, sehingga TR (harga produk dikalikan kuantitas) tidak berubah. Akhirnya,jika permintaan bersifat inelastis, yang berarti suatu kenaikan harga akan menyebabkan penurunan kuantitas yang diminta Iebih kecil daripada perubahan harga tersebut, maka TR akan naik. Hubunganhubungan tersebut diringkas sebagai berikut:

1)      Permintaan yang elastis | ϵp |  > 1. TR turun jika harga naik; TR naik jika harga turun.

 

 

 

2)      ELASTIS UNITER.jpgElastis uniter | ϵp |  = 1. TR tidak terpengaruh oleh perubahan harga.

3)      Permintaan yang inelastis | ϵp | < 1. TR naik jika harga naik; TR turun jika harga turun.

 

 

Contoh kasus:

         Diketahui apabila harga barang X Rp 500, maka permintaan sebanyak 100 unit. Turunnya harga barang X tersebut menjadi Rp 400, menyebabkan naiknya jumlah barang yang diminta menjadi 150 unit. Berapakan besarnya koefisien elastisitas permintaan barang X tersebut?

 

150 – 100               50               

      100                  100          0,5

     Ed = ----------------   =---------  = --------  = - 2,5

               400 – 500            - 100        - 0,2

                    500                  500

 

Ed = - 2,5 (tanda minus hanya menunjukan arah perubahan yang negatif yaitu sifat hubungan antara harga dan kuantitas berlawanan arah) Maka Ed = 2,5 > 1 yang berarti ELASTIS

 

 

6.             PENGGUNAAN ELASTISITAS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJERIAL

Analisis dan kekuatan atau variabel-variabel yang memengaruhi permintaan dan estimasi yang dapat dipercaya terhadap dampaknya secara kuantitas terhadap penjualan adalah sangat penting bagi perusahaan untuk membuat keputusan produksi yang terbaik dan rencananya untuk pertumbuhan. Beberapa kekuatan yang memengaruhi permintaan dapat dikontrol oleh perusahaan, tetapi yang lainnya tidak dapat. Sebuah perusahaan biasanya dapat menentukan harga dan komoditas yang mereka jual dan menentukan tingkat pengeluarannya dalam ikian, kualitas produk, dan pelayanan pelanggan, tetapi mereka tidak mempunyai kontrol terhadap tingkat dan pertumbuhan pendapatan konsumen, harapan harga kepada konsumen, keputusan harga para pesaing, dan keputusan pesaing dalam pengeluaran untuk iklan, kualitas produk, dan pelayanan pelanggan.

Perusahaan dapat memperkirakan elastisitas permintaan terhadap semua kekuatan yang memengaruhi permintaan komoditas yang mereka jual. Perusahaan memerlukan estimasi terhadap berbagai elastisitas untuk menentukan kebijakan optimal bagi proses operasionalnya dan jalan yang paling positif untuk merespons berbagai kebijakan perusahaan pesaing.

Sebagai contoh, jika permintaan untuk produknya inelastis terhadap harga, perusahaan tidak akan menurunican harganya karena akan mengakibatkan penurunan penerimaan total, dan meningkatkan biaya totalnya (berhubungan dengan bertambah banyaknya komoditas yang dijual pada harga yang lebih rendah) dan, karenanya memberikan laba yang lebih rendah. Sama halnya jika elastisitas penjualan perusahaanterhadap iklannya positif dan tinggi daripada terhadap pengeluaran untuk kualitas dan pelayanan pelanggan, maka perusahaan akan berkonsentrasj dalam usaha penjualannya lewat perikianan dan tidak terhadap kualitas produk dan pelayanan pelanggan.

Elastisitas dan penjualan perusahaan terhadap variabel-variabel yang berada di luar kontrol perusahaan juga sangat penting bagi perusahaan agar dapat merespons kebijakan perusahaan pesaing secara efektif dan merencanakan strategi perkembangan yang terbaik.

Sebagaj contoh, jika perusahaan sudah menduga bahwa tingkat elastisitas silang antara permintaan dan produbiya terhadap harga dan barang pesaing sangat tinggi, maka hams cepat bertindak terhadap penurunan harga dan pesaing, atau perusahaan akan mengalami kerugian yang cukup besar dalam penjualannya. Tetapi, perusahaan akan berpikir dua kali lebih dahulu sebelum menurunkan harganya, karena dapat berakibat terhadap terjadinya perang harga.

 

Contoh:

Sebuah perusahaan memasarkan kopi merek x dan mengestimasi regresi dari permintaan produknya sebagai berikut:

Qx = 1,5 -3,0Px + 0,8 I +2,0 PY – 0,6 Ps + 1,2A

Dimana:

Qx       = penjualan produk (jutaan pon per tahun)

Px      = harga produk ($2)

I         = pendapatan personal disposable ($2,5)

PY      = harga produk pesaing ($1,80)

Ps      = harga gula ($0,50)

A       = pengeluaran iklan ($1)

Maka akan menghasilkan persamaan :

Qx = 1,5 -3,0(2)+ 0,8(2,5)+2,0 (1,80) – 0,6 (0,50) + 1,2(1)  =2

Maka pada tahun ini perusahaan akan menjual 2 juta pon kopi merek x.

Perusahaan dapat menggunakan informasi diatas untuk menemukan elatisitas permintaan kopi terhadap harga, pendapatan, hatga pesaing, haga gula dan iklan. sehingga:

Misalkan Jika perusahaan ingin menaikan harganya sebesar 5%, pengeluaran iklan 12%, pendapatan personal disposable 4%, PY 7%, dan Ps menurun 8%. Peruahaan dapat menentukan penjualannya ditahun depan (Q’X) sebesar :

= 2+2(5%)(-3) + 2(4%)(1) + 2(7%)(1,8) + 2(-8%)(-0,15) +  2(12%)(0,6)

= 2+2(0,05)(-3) + 2(0,04)(1) + 2(0,07)(1,8) + 2(-0,08%)(-0,15)+2(0,12)(0,6)

 = 2(1 - 0,15 + 0,04 + 0,126 + 0,012 + 0,072)

 = 2(1 + 0,1)

 = 2(1,1)

 = 2,2 atau 2.200.000 pon

Perusahaan juga dapat menggunakan informasi tersebut untuk menentukan bahwa ia bisa menjual kopinya tahun depan dengan jumlah yang sama dengan tahun ini dengan meningkatkan harga sebesar 8,33% jika yang lain tetap sama

 

 

 

 

 

 

 

 

C.           PENUTUP

1.    Kegiatan Perkuliahan

a. Kegiatan Dosen

1)        Dengan metode ceramah bervariasi menjelaskan topic 4.

2)        Mengarahkan presentase dan diskusi.

3)        Member dan  menagih penugasan individu untuk tugas.

b.Kegiatan Mahasiswa

1)        Memperhatikan dan mengkaji penjelasan materi topic 4.

2)        Melaksanakan diskusi dan presentase

3)        Menyelesaikan dan menyerahkan tugas kelompok dan  individu 1.

2.Evaluasi

a.    Jenis Evaluasi:

Pre test dan post test, serta partisipasi kegiatan pembelajaran.

b.    Alat Evaluasi:

Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi pokok bahasan 4

c.    Materi Evaluasi:

1)        Jelaskan Kurva elastisitas permintaan.

2)        Jelaskan elastisitas harga permintaan.

3)        Jelaskan elastisitas pendapatan

4)        Jelaskan elastisitas silang

5)        Jelaskan permintan yang elastisitas unitary dan inelastisitas.

6)        Jelaskan penggunaan elastisitas dalam pengambilan keputusan.

 

 

 

BAB V

PENAFSIRAN FUNGSI PERMINTAAN

 

A.           PENDAHULUAN

Secara umum  materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang penafsiran fungsi permintaan pada  ekonomi manajerial, sehingga setelah mempelajari materi  dalam bab V ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penafsiran fungsi permintaan ekonomi manajerial.

Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:

1)   Menjelaskan fungsi permintaan pasar.

2)   Menguraikan daftar permintaan pasar yang ada.

3)   Menjelaskan Hubungan Antara Permintaan dengan Keputusan Manajerial.

4)   Menjelaskan Metode Estimasi Permintaan.

5)   Menguraikan metode langsung dan tak langsung estimasi fungsi permintaan.

6)   Menjelaskan Masalah- Masalah Dalam Analisa Regresi

 

B.            PENYAJIAN MATERI

 

1.             Fungsi Permintaan Pasar

Untuk memecahkan masalah keputusan dalam suatu bidang bisnis, salah satu data yang diperlukan adalah data permintaan. Permintaan konsumen terhadap suatu produk/barang dapat dinyatakan dengan suatu fungsi yang merupakan hubungan antara variabel dependen dengan variable independen. Variabel-variabel inilah yang nantinya akan dicari nilai koefisiennya dan akhirnya dengan suatu teknik tertentu dapat diketahui hubungan antara kedua variabel tersebut. Fungsi permintaan pasar akan sebuah produk akan menunjukkan hubungan antara jumlah produk yang akan diminta dengan semua factor yang mempengaruhinya.

Variabel penentu permintaan digolongkan menjadi :

·      Variable strategis.

Adalah harga barang yang bersangkutan, advertensi, kualitas dan desain barang, serta saluran distribusi.

·      Variabel konsumen,

Adalah tingkat pendapatan, selera konsumen,dan harapan konsumen terhadap harga dimasa yang akan datang.

·      Variabel pesaing

Adalah harga barang substitusi atau komplementer, advertensi, dan promosi barang lain, saluran distribusi barang lain, serta kualitas dan desain barang jadi.

·      Variabel lain

Adalah kebijakan pemerintah, jumlah penduduk, dan cuaca. Variable strategis dapat dikendalikan langsung oleh perusahaan (controllable variables), sedangkan variable-variabel di luar merupakan variable yang tidak dapat dikendalikan.

2.             Daftar Permintaan

Daftar permintaan ialah suatu table yang member gambaran dalam angka-angka tentang hubungan antara harga dengan jumlah yang diminta masyarakat. Dengan menggambarkan besarnya permintaan yang ada pada berbagai tingkat harga.

Fungsi permintaan bias ditentukan baik untuk industry secara keseluruhan maupun untuk perusahaan secara individual. Namun demikian, variable-variabel independen yang digunakan dalam fungsi permintaan industry sedikit agak berbeda dengan yang digunakan dalam suatu perusahaan.

Fungsi permintaan perusahaan lebih menekankan pada variable independen yang menunjukkan perilaku para pesaing. Misalnya fungsi permintaan perusahaan akan memasukkan harga dan biaya iklan dari perusahaan pesaingnya. Permintaan akan produk suatu perusahaan berhubungan negative dengan harganya sendiri tetapi berhubungan positif dengan harga yang ditetapkan oleh harga perusahaan saingannya. Oleh karena fungsi permintaan perusahaan dan industry berbeda, maka analisis kita harus berbeda pula untuk kedua macam permintaan tersebut.

3.             Hubungan Antara Permintaan dengan Keputusan Manajerial

Perusahaan harus mempunyai informasi yang baik dan layak tentang fungsi permintaan akan produknya agar dapat membuat keputusan operasional  yang efektif, baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Dalam perencanaan jangka panjang, penafsiran derajat kepekaan ( sensitivity ) permintaan secara tepatakan membuat perusahaan mampu untuk meramalkan potensi di masa yang akan datang , dan oleh karena itu perusahaan tersebut akan mampu  pula untuk menentukan program jangka panjangnya secara lebih efektif.

Untuk memecahkan masalah keputusan dalam suatu bidang bisnis, salah satu data yang diperlukan adalah data permintaan. Permintaan konsumen terhadap suatu produk/barang dapat dinyatakan dengan suatu fungsi yang merupakan hubungan antara variabel dependen dengan variable independen. Variabel-variabel inilah yang nantinya akan dicari nilai koefisiennya dan akhirnya dengan suatu teknik tertentu dapat deiketahui hubungan antara kedua variabel tersebut.

4.             Metode Estimasi Permintaan.

Metode estimasi nilai koefisien beta dalam fungsi permintaan bisa digolongkan baik sebagai yang langsung maupun tidak langsung. Estimasi permintaan dengan metode langsung diperoleh melalui wawancara, survay dan eksperimen paper, dalam mana pembeli potensial diberi pertanyaan tentang reaksi yang mungkin muncul sebagai akibat adanya perubahan harga maupun perubahan variabel lainnya. Metode tidak langsung estimasi permintaan merupakan bentuk analisis statistika dengan tujuan untuk mengetahui perubahan permintaan sebagai akibat adanya perubahan dalam variabel penting bebasnya, analisis ini dikenal dengan metode regresi.

5.             Metode Langsung

Metode langsung estimasi permintaan, secara sederhana dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada pembeli maupun pembeli potensial tentang reaksi-reaksi petensial terhadap perubahan dalam harga ataupun determinan lain atas keputusan mereka untuk membeli produk.

a.    Interview dan Survey

Pappas (Terjem. 1995:200), teknik ini dapat diterapkan secara naip dengan semata-mata mencegat orang-orang yang berbelanja dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang jumlah produkyang akan mereka beli di berbagai tingkat harga.

Dalam ekstrim lainnya, para pewawancara terlatih mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang canggih ke sebuah sampel pelanggan yang dipilih secara seksama untuk menghasilkan informasi yang diinginkan. Walaupun kelihatannya sederhana, dalam pelaksanaannya pendekatan ini menghadapi banyak kesulitan, yaitu :

o  Keacakan random

Individu yang disurvey harus mewakili pasar secara keseluruhan sehingga hasilnya tidak bisa. Oleh sebab itu sampel harus cukun besar dan menggunakan metode random sehingga informasi pasar yang layak untuk mengadakan rencana perubahan.

o  Bias pewawancara.

Dalam hal ini kehadiran pewawancara dapat mempengaruhi perasaan responden menjadi agak bodoh sehingga responden dapat memberikan jawaban-jawaban yang tidak benar. Biasa pewawancara sering terjadi baik dalam personal interview, dan bahkan koesioner yang diposkan sekalipun (sebab ada orang lain yang membacanya).

o  Adanya kesenjangan antara niat dan tindakan.

Arsyad (1993:169), masalah ini sering disebut juga sebagai masalah akurasi jawaban (response accuracy). Konsumen benar-benar berniat membeli suatu produk ketika di wawancarai, tetapi ketika dipasarkan mungkin sesuatu hal telah mengubah niat dan pikiran konsumen tersebut. Akhirnya jawaban-jawaban responden juga tidak dapat dipercaya bila pertanyaan yang diajukan membingungkan atau ditafsir salah atau mengandung hal-hal di luar dunia imajinasi konsumen.

Secara ringkas bisa dikatakan bahwa dalam membuat koesioner, harus dipikirkan masak-masak dan hati-hati dan harus disertai analisis dalam menginterprestasikan hasil surpey. Berikut diberikan contoh hasil survey pasar.

b.   Situasi Pasar Simulasi

Alat lain untuk melihat respon konsumen terhadap perubahan harga dan usaha promosi adalah pembuatan pasar simulasi. Pasar simulasi dimaksudkan untuk mempertimbangkan prilaku konsumen, dimana konsumen yang dipilih diberi uang mainan dan disuruh berbelanja dipasar simulasi/buatan untuk kelompok partisipan yang berbeda ditetapkan harga dan promosi yang berbeda pula. Bila partisipan dipilih dengan tepat, maka respon mereka terhadap perubahan harga dan usaha promosi dapat disimpulkan sama. Hasil dari uji pasar simulasi ini harus diamati dengan jeli. Cara partisipan membelanjakan uang orang lain mungkin berbeda dengan cara mereka membelanjakan uang sendiri. Kemungkinan lain adalah mereka akan memilih produk tertentu bila harga diturunkan, ini hanya agar mereka Nampak sebagai pembelanja yang hemat dan bertanggung jawab. Metode ini mahal, karena biayanya relatif tinggi seharga pembuatan pasar simulasi ini dipilih hanya sejumlah kecil sampel yang hasilnya kemungkinan tak representatif.

c.    Eksperimen Pasar Secara Langsung

Eksperimen pasar secara langsung ini melibatkan orang-orang yang benar-benar berada di situasi pasar sebenarnya yang membelanjakan uangnya untuk barang dan jasa yang mereka inginkan. Perusahaan memilih satu kota atau lebih, pasar regional, atau negara dan melakukan eksperimen pada “pasar-pasar uji” ini dirancang untuk mencari tahu “penerimaan” konsumen atas produk dan mengidentifikasi dampak perubahan dari satu variabel yang dapat dikendalikan atau lebih terhadap jumlah yang diminta. Sebagai contoh, pada sebuah pasar regional perusahaan dapat memotong harga produknya sebesar 10% dan membandingkan reaksi penjualan pada pasar tersebut dengan pasar regional serupa lainnya. Kemungkinan lain, perusahaan tersebut dapat meningkatkan promosi di pasar tertentu untuk “menilai” dampak dari suatu perubahan sebelum menanggung biaya dan resiko yang lebih besar untuk melakukan perubahan tersebut di seluruh wilayah negara.

6.             Metode Tidak Langsung

Ø Analisis Regresi Permintaan Konsumen.

Adalah sebuah teknik statistik yang digunakan untuk menemukan ketergantungan dari suatu variabel terhadap satu atau lebih variabel lain. Jadi teknik ini dapat diterapkan untuk mencari nilai dari koefisien-koefisien tersebut menunjukkan pengaruh dari variabel yang menentukan permintaan sebuah produk. Untuk analisis regresi, kita membutuhkan sejumlah observasi, masing-masing terdiri dari variabel dependen Y dan nilai variabel independen X yang berhubungan. Analisa regresi ini memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan dari pola hubungan yang ditunjukan oleh hasil opservasi. Dalam analisis ini dapat digunakan data runtut waktu (time series) maupun data seksi-silang (cross-section).

Ø Analisa Runtut Waktu Versus Waktu Seksi-Silang.

Analisa runtut waktu menggunakan observasi yang telah dicatat selama waktu tertentu dalam situasi tertentu. Misalnya tingkat harga dan penjualan bulanan suatu produk dari sebuah perusaan yang telah dikumpulkan selama enam atau dua belas bulan. Satu malsalah dalam analisis ini adalah bahwa beberapa faktor yang dapat dikendalikan yang mempengaruhi penjualan cendrung untuk berubah selama periode waktu tersebut, sehingga beberapa perbedaan dalam ebservasi penjualan merupakan akibat dari pengaruh-pengaruh ini, dan bukan karena pengaruh tingkat harga. Jika perubahan variabel-variabel tak terkendali tersebut dapat diamati dan diukur, kita dapat memasukan variabel-variabel ini sebagai variabel indevenden dalam analisis regresi. Misalnya, tindakan para pesaing dan perubahan tingkat pendapatan konsumen sebaiknya dikuantifikasikan (secara langsung atau dengan variabel proksi yang tepat) dan dimasukan kedalam analisis.

Sebaiknya, perubahan selera dan pola preferensi konsumen sulit diukur dan diamati, walaupun kedua hal tersebut berubah sepanjang waktu. Kita dapat memasukkan pengaruh selera dan faktor-faktor lain yang cendrung berubah sepanjang waktu tersebut dengan cara memasukan variabel waktu sebagai variable independen dalam analisis regresi.

Analisis seksi silang menggunakan obsevasi-observasi dari perusahaan yang berbeda dalam lingkungan bisnis yang sama. Dengan demikian, analisis ini bisa mengurangi masalah yang ditimbulkan oleh perubahan variabel-variabel tak terkendali sepanjang waktu, tetapi timbul faktor-faktor seperti efektifitas tenaga penjualan, posisi aliran kas, tingkat kegiatan promosi, dan tujuan manajemen berbeda-beda antar perusahaan, maka kesemua hal tersebut akan mempunyai dampak yang berbeda pula terhadap tingkat penjualan. Sekali lagi, jika faktor-faktor ini dapat dikuantifikasikan dan datanya dapat dimasukan kedalam analisis regresi untuk mengetahui dampaknya terhadap variabel dependen.

Ø Linieritas Persamaan Regresi.

Dengan hipotesis bahwa Y adalah suatu fungsi dari X atau beberapa variable X, maka dapat ditentukan bentuk ketergantungan variabel Y terhadap variabelvariabel X. dalam analisis regresi menurut "ketergantungan" dinyatakan dalam bentuk yang linier. Dengan formulasi umum sebagai berikut :

Y = a+b1 X1 +b2X2 + …….+ bnXn +e

dimana: 

Y              = nilai yang diprediksi

a               = konstanta

b1,b2,b3  = parameter

              = nilai residu/galat

Sebagai tambahan, bahwa apabila fungsi permintaan itu berbentuk hubungannon linier seperti:

Y =a. X1b1. X2c2=1

 

dimana variabel-variabel independen dalam kasus ini X1 dan X2 mempunyai pengaruh multiplikasif terhadap variabel dependen Y, maka hubungan garis lengkung ini dapat dinyatakan sebagai suatu hubungan garis lurus dengan transformasi logaritma. Sehingga menjadi :

log Y = log a +β1 logX1 + β2 logX2

Ø Pengestimasian Parameter-Parameter Regresi

Metode kuadrat terkecil sering disebut ordinary least squares (OLS), adalah proses matematis untuk memilih intersep dan slope garis yang paling tepat diminumkan. Jadi persamaan regresi menyatakan garis yang paling tepat. Garis tersebut dipilih dengan prosedur matematis yang menempatkan garis tersebut sedemikian rupa sehingga jumlah selisih/kesalahan kuadrat (residu/galat = e2 ) dapat diminimumkan. Kesalahan-kesalahan dikuadratkan untuk menghindari penghilangan deviasi-deviasi negarif, dan untuk lebih meratakan deviasi-deviasi yang lebih besar. Perhitungan persamaan regresi secara mendalam tidak dijelaskan dalam makalah ini sebab telah tersedia program-program komputer, tetapi disini secara sederhan disajikan bagaimana cara mendapatkan dan tanpa pembuktian melalui formula sebagai berikut :

 

 

 a = Y – bX

 

Dimana adalah rata-rata aritmatika untuk nilai-nilai Y ; X adalah rata-rata aritmatika untuk nilai X; Σ (sigma) melambangkan jumlah dan hal-hal yang dimaksud/ditujukan; dan n adalah jumlah observasi atau titik data.

Ø Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi, biasanya dinyatakan dengan R2, adalah angka yang menunjukan proporsi variasi variabel dependen yang dijelaskan oleh variasi variable independen. Pengaruhnya R²=0,98. Ini menunjukan bahwa perubahan-perubahan pada variabel-variabel independen menyebabkan 98% perubahan pada variabel dependen. Nilai R2 = 1 menunjukan bahwa semua variabel y dijelaskan oleh variasi variabel X, dan akibatnya, semua titik data akan terletak pada garis yang paling tepat. Sebaliknya, nilai R2 = 0,32 misalnya, akan menunjukan betapa lebar titik-titik data terpencar dengan variasi yang relatif besar terhadap garis yang paling tepat dan adanya hubungan yang relatif lemah antara variabel-variabel dependen dan independen.

Koefisien determinasi dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

 

 

Ø Standar Error Estimasi

Standar error estimasi adalah ukuran penyebaran (dispersi) data dari garis yang paling tepat. Dengan standar error estimasi (Se)., kita dapat menghitung interval konfidensi (sekitar nilai estimasi untuk variabel independen) untuk tingkat-tingkat konfidensi yang berbeda. Interval konfindensi adalah kisaran nilai-nilai dimana observasi aktual diharapkan terletak dalam prosentase tertentu pada waktu tertentu.

Standar error estimasi dapat dihitung dengan rumus berikut :

 

Ø Daya Prediksi Persamaan Regresi

Standar error koefisien dalah ukuran atau ketetapan nlai β yang telah dihitung, yang merupakan koefisien yang mengestimasi hubungan marjinal antara variabel Y dan variabel X. Standar error koefisien (Sβbila relatif kecil, memungkinkan kita untuk menyatakan keyakinan bahwa hasil perhitungan nilai β sangat mendekati nilai yang “benar”. Nilai β yang besar dapat diverifikasi bila dipunyai populasi observasi yang menyeluruh yang meliputi variabel-variabel Ydan X, tidak sekedar sebuah sampel. Singkatnya, Sβ adalah standar deviasi dari distribusi sampling βSemakin kecil standar error koefisien, semakin besar keyakinan akan koefisien regresi yang diperoleh dari data nilai-nilai Xi dan nilai Y. Standar error koefisien dapat dirumuskan sebagai berikut :

 

7.             Masalah- Masalah Dalam Analisa Regresi

Ada enam masalah utama yang harus diperhatikan dalam analisis regresi, yaitu antara lain :

a.    Kesalahan Spesifikasi.

Yang menyebabkan hasil regresi kurang dapat dipercaya antara lain disebabkan oleh kekeliruan dalam menentukan hubungan antara variabel tidak bebas dengan variabel bebas. Ada dua kemungkinan kesalahan tersebut, yang pertama adalah kesalahan dalam menggunakan bentuk hubungan fungsi antar variabel. Misalnya bentuk hubungan yang sesungguhnya tidak linier tetapi cetakan regresi yang dipakai menunjukan hubungan linier. Sebenarnya dalam batas-batas tertentu landasan teori memberikan petunjuk mengenai bentuk hubungan tersebut. Akan tetapi dalam menemukan bentuk yang tepat, kita dapat menggunakan cara dengan mencoba berbagai bentuk persamaan. Bentuk persamaan yang nilai R2 paling tinggi kita anggap paling tepat. Sedangkan yang kedua kesalahan yang lain adalah kesalahandalam bentuk tidak memasukan variabel penjelasan yang relevan. Masalah ini diminimumkan melalui pengkajian teoritik yang cukup memadai. Mamang disamping itu dengan cara merubah komposisi variabel-variabel penjelas, kita dapat mengatasi masalah ini.

b.    Kesalahan Pengukuran

Kesalahan pengukuran dapat timbul dari berbagai sebab. Daftar pertanyaan atau kuisioner yang kurang baik, wawancara yang kurang memadai, pendefinisian variabel yang tidak betul, dan sebagainya dapat berakhir pada kurang dapat dipercayainya hasil estimasi fungsi permintaan melalui besaran-besaran statistik R2 yang terlalu kecil, statistik yang terlalu kecil, statistik yang terlalu kecil dan seterusnya.

c.    Hubungan Persamaan Simultan

Dalam merancang sebuah fungsi regresi tidak dibenarkan adanya hubungan timbal balik antara variabel tidak bebas dengan salah satu atau lebih variabel bebas. Bila ketentuan ini dilanggar maka timbul apa yang disebut bias persamaan (equation bias). Contoh yang sangat puler adalah penggunaan metode OLS untuk mengestimasi kurva permintaan pasar, dimana terdapat hubungan timbal balik antara harga dan kuantitas yang diminta. Kita dapat memperlakukan baik harta ataupun jumlah yang diminta sebagai variabel bebas atau sebagai variabel tidak bebas. Hal ini disebabkan oleh baik darisegi teori maupun dalam kenyataan keduanya ditentukan secara simultan (besamaan) oleh kedua variabel itu sendiri.

d.    Multikolinieritas

Multikolinieritas timbul sebagai akibat adanya hubungan kausal antara dua variabel penjelas (variabel bebas) atau lebih, atau sebagai akibat adanya kenyatan bahwa dua variabel penjelas atau lebih secara bersama-sama dipengaruhi oleh variabel ketiga yang berada diluar sistem persamaan regresi. Keberadaan multikolinieritas dapat ditemukan melalui tes korelasi antar variabel penjelas. Kalau diketemukan korelasi yang tinggi, maka salah satu variable penjelas dilepas. Dengan adanya multikolinieritas maka hasil estimasi koefisien regresi bersifat bias. Analisa regresi tidak mampu menemukan hubungan yang benar dan kemampuan prediksinya menjadi lemah. Namun demikian masalah adanya multikolinieritas dalam fungsi regresi dapat ditoleransi apabila persamaan itu dimaksudkan untuk tujuan prediksi, karena kita ingin mengetahui pengaruh seluruh variabel bebas bersama-sama dan bkan untuk menjelaskan kekuatan-kekuatan hubungan masing-masing variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Tetapi bila regresi digunakan untuk keperluan sebagai modal penjelas, maka harus tidak ada multikolinieritas.

e.    Heteroskedastisitas

Keadaan unsur ini dapat dilihat dari grafik distribusi nilai “residuals”. Kalau grafiknya secara teratur membengkok atau mengecil dengan bertambah besarnya nilai variabel penjelas, maka kita harus waspada dalam menginterprestasikan besaran statistik dan R2 karena kurang dapat dipercaya dengan kecendrungan terlalu tinggi diatas nilai yang sebenarnya. Nilai kesalahan standar koefisien regresi memberikan indikasi yang keliru. Masalah ini dapat diatasi dengan meninjau kembali komposisi variavel-variabel penjelas dan merubah bentuk persamaan hubungan fungsional.

f.      Otokorelasi atau serialkolerasi

Otokorelasi adalah masalah lain yang timbul bila kesalahan tidak sesuai dengan batasan yang disyaratkan oleh analisis regresi. Otokorelasi atau serialkorelasi hanyaterjadi kalau kita menggunakan data kurun waktu (times sries) dan ditandai oleh pola kesalahan yang beruntun. Yakni besarnya kesalahan kian besar atau kecil. Yang menunjukan pola siklus atau lainnya, karena observasiobservasi disusun secara kronologis, pola ini menandakan bahwa beberapa variabel lain berubah secara sistematis dan mempengaruhi variabel dependen. Otokorelasi dapat ditemukan secara visual melalui grafik times series residuals atau uji statistik “Durbin Waston”. Otokorelasi dapat dihilangkan dengan menambahkan variabel yang dapat menjelaskan perubahan yang sangat sistematis tersebut kedalam persamaan regresi. Sebagai contoh, bila residu nampak mengikuti pola siklus, variabel “dummy” dibutuhkan bagi perhitungan variasi musiman.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C.           PENUTUP

1. Kegiatan Perkuliahan

a. Kegiatan Dosen

1)   Dengan metode ceramah bervariasi menjelaskan topic 5.

2)   Mengarahkan presentase dan diskusi.

3)   Member dan  menagih penugasan individu untuk tugas.

b. Kegiatan Mahasiswa

1)   Memperhatikan dan mengkaji penjelasan materi topic 5.

2)   Melaksanakan diskusi dan presentase

3)   Menyelesaikan dan menyerahkan tugas kelompok dan  individu 1.

2.    Evaluasi

a.    Jenis Evaluasi:

Pre test dan post test, serta partisipasi kegiatan pembelajaran.

b.    Alat Evaluasi:

Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi pokok bahasan 5

c.    Materi Evaluasi:

1)        Jelaskan fungsi permintaan pasar.

2)        Uraikan daftar permintaan pasar yang ada.

3)        Jelaskan Hubungan Antara Permintaan dengan Keputusan Manajerial.

4)        Jelaskan Metode Estimasi Permintaan.

5)        Uraikan metode langsung dan tak langsung estimasi fungsi permintaan.

6)        Jelaskan Masalah- Masalah Dalam Analisa Regresi

 

 

 

BAB VI

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN

 

A.           PENDAHULUAN

Secara umum  materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman kepada mahasiswa tentang analisis perilaku konsumen pada ekonomi manajerial, sehingga setelah mempelajari materi  dalam bab VI ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami analisis perilaku konsumen pada ekonomi manajerial.

Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:

1)   Menjelaskan Pengertian Perilaku Konsumen.

2)   Menguraikan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen.

3)   Menjelaskan Pendekatan Teori Tingkah Laku Konsumen.

4)   Menjelaskan Efek-Efek Perubahan Harga, Pendapatan, dan Substitusi Terhadap      Perilaku  Konsumen

 

B.            PENYAJIAN MATERI

1.            Pengertian Perilaku Konsumen

Konsumsi adalah pengeluaran oleh rumah tangga atas barang dan jasa. Elemen-elemen pokok dari konsumsi di antara yang paling penting adalah perumhan, kendaraan bermotor, makanan, dan perawatan medis. Ilmu statistik menunjukkan bahwa ada keteraturan yang dapat diramalkan dalam cara orang-orang mengalokasikan pengeluaran mereka antara makanan, pakaian dan hal-hal pokok lainnya.

Sejumlah pertanyaan muncul saat kita berbicara tentang kegiatan konsumen untuk membeli, kita tidak tahu mengapa orang-orang membeli suatu produk baru, keinginan apa yang mereka penuhi dan penjelasan-penjelasan yang mungkin ada secara psikologis dan sosiologi mengenai mengapa konsumen membeli satu produk dan bukan produk lainya. Hal inilah yang membuat kita perlu untuk mengetahui dan mempelajari segala hal tentang perilaku konsumen dalam kegiatan konsumsi. Teori tingkah laku konsumen menerangkan tentang perilaku konsumen di pasaran, yaitu menerangkan sikap konsumen dalam membeli dan memilih barang yang akan dibelinya. Teori ini dikembangkan dalam dua bentuk: teori utility dan analisis kepuasan sama.

Perilaku konsumen timbul karena adanya kendala dalam keterbatasan pendapatan di satu sisi dan di sisi lain adanya keinginan untuk mengkonsumsi barang dan jasa sebanyak-banyaknya. Pada intinya yang akan dijelaskan dalam teori perilaku konsumen adalah bagaimana fungsi permintaan konsumen itu berbentuk dan lebih jelasnya kapan kepuasan konsumen itu tercapai. Teori perilaku konsumen pada dasarnya menjelaskan bagaimana konsumen itu mendayagunakan sumber daya yang ada (uang) dalam rangka memuaskan kebutuhan/keinginan dari satu atau lebih produk. Penilaian kepuasan umumnya bersifat subjektif baik bagi pemakai langsung maupun bagi penilai.

Jadi, Perilaku konsumen adalah studi dari proses keputusan mengapa konsumen dapat membeli dan mengkonsumsi produk-produk  (RW.Griffin & RJ. Ebert, 2003:366).

2.            Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut judul salah satu studi klasik, kita termasuk ke dalam “social animals”. Jadi, untuk memahami perilaku konsumen bergantung pada psikologi dan sosiologi. Hasilnya berfokus pada empat bidang yang menjadi pengaruh utama terhadap perilaku konsumen: psikologis, pribadi, sosial, dan budaya (RW.Griffin & RJ. Ebert, 2003:366)

a.    Pengaruh psikologis mencakup motivasi, presepsi, kemampuan belajar, dan sikap perseorangan.

b.    Pengaruh pribadi mencakup gaya hidup, kepribadian, dan status ekonomi.

c.    Pengaruh sosial mencakup keluarga, pendapat pemimpin (orang yang pendapatnya diterima oleh orang lain), dan kelompok referensi lainya seperti teman, rekan sekerja, dan rekan seprofesi.

d.    Pengaruh budaya mencakup budaya (“cara hidup” yang membedakan satu kelompok besar dengan kelompok lainya), subkultur (kelompok yang lebih kecil, seperti kelompok etnis yang memilliki nilai-nilai bersama), dan kelas sosial (kelompok-kelompok berdasarkan peringkat budaya menurut kriteria seperti latar belakang, pekerjaan, dan pendapatan.

Walaupun seluruh faktor itu dapat berdampak besar pada pilihan konsumen, dampk faktor-faktor itu terhadap pembelian aktual beberapa produk menjadi sangat  lemah atau dapat diabaikan. Beberpa konsumen, misalnya, memperlihatkan loyalitas terhadap merek (Brand Loyalty) tertentu, yang berarti mereka secara rutin membeli produk-produk karena mereka puas atas kinerja merek produk itu.

Setelah konsumen dipengaruhi dengan adanya factor-faktor pembelian tersebut pastinya konsumen akan malakukan pembelian terhadap produk tersebut. Adapun perilaku-perilaku yang akan muncul pada saat konsumen tersebut melakukan pembelian.

a)    Perilaku pembelian konsumen

·      Perilaku pembelian yang rumit, konsumen dihadapkan pada perbedaan yang tipis pada merek dan kualitas, produk yang mahal, jarang dibeli,dan beresiko

·      Perilaku pembelian pengurangan disonasi (ketidaknyamanan), konsumen munkin mengalami disonasi yang muncul dari pengamatan terhadap hal-hal yang mengganggu pendiriannya

·      Perilaku pembelian karena kebiasaan, konsumen yang mengkonsumsi barang karena kebiasaan

·      Perilaku pembelian yang mencari variasi. Perusahaan akan mendorong pencari variasi dengan menawarkan harga yang lebih rendah, penawaran khusus, kupon , dan lain-lain.

b)   Peran pembelian

·      Pencetus (inisiator), seorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli produk atau jasa

·      Pemberi pengaruh (influencer), seorang dengan pandangan atau saran yang mempengaruhi keputusan

·      Pengambil keputusan (decider), seorang yang memutuskan setiap komponen dari suatu keputusan pembelian;apakah membeli, tidak membeli, bagaimana membeli dan dimana akan membeli

·      Pembeli (buyer), orang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya

·      Pemakai (user), seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa yang bersangkutan

c)    Proses pengambilan keputusan

·      Pengenalan kebutuhan; tahap dimana konsumen mengenali permasalahan atau kebutuhan

·      Pencari informasi; tahap dimana konsumen tergerak untuk mencari informasi tambahan, konsumen mungkin sekedar meningkatkan perhatian atau mungkin pula mencari informasi secara aktif

·      Pengevaluasi alternatif; tahapdimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasiberbagai merek alternatif didalam serangkaian pilihan

·      Keputusan pembelian; tahap dimana konsumen secara actual melakukan pembelian produk

·      Perilaku setelah pembelian;tahap dimana konsumen melakukan tindakan lebih lanjut setelah pembelian berdasarkan pada kaputusan atau ketidakpuasan mereka.

d)   Perilaku setelah pembelian

Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami konflik dikarenakan melihat fitur mengkhawatirkan tertentu atau mendengar hal-hal menyenangkan tentang merek lain dan waspada terhadap informasi yang mendukung keputusannya. Komunikasi pemasaran seharusnya memasok keyakinan dan evaluasi yang memperkuat pilihan konsumen dan membantunya merasa nyaman tentang merek tersebut.

Karena itu, tugas pemasar tidak berakhir dengan pembelian. Pemasar harus mengamati kepuasan pasca pembelian dan tindakan pasca pembelian.

·      Kepuasan pasca pembelian

Kepuasan merupakan fungsi kedekatan antara harapan dan kinerja produk. Jika kinerja tidak memenuhi harapan, konsumen kecewa; jika memenuhi harapan, konsumen puas; jika melebihi harapan, konsumen sangat puas. Perasaan ini menentukan apakah pelanggan membeli produk kembali dan membicarakan hal-hal menyenangkan atau tidak menyenangkan tentang produk itu kepada orang lain.

·      Tindakan pasca pembelian

Jika konsumen puas. Ia mungkin ingin membeli produk itu kembali. Pelanggan yang puas juga cenderung mengatakan hal-hal baik tentang merek kepada orang lain. Dipihak lain, konsumen yang kecewa mungkin mengabaikan atau mengembalikan produk. Mereka mungkin mencari informasi yang memastikan nilai produk yang tinggi. Mereka mungkin mengajukan tuntutan umum dengan melayangkan keluhan ke kelompok lain. Tindakan pribadi mencakup keputusan untuk berhenti membeli produk (opsi keluar) atau memperingatkan teman (opsi suara).

3.            Pendekatan Teori Tingkah Laku Konsumen

Terdapat dua pendekatan terkait dengan perilaku konsumen, yaitu pendekatan nilai guna (utility) kardinal dan pendekatan niali guna ordinal. Dalam pendekatan niali guna kardinal dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kualitatif. Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejulah barang tertentu. Sedangkan nilai guna marginal berarti penambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat dan pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu unit barang tertentu.

a.    Pendekatan Kardinal

Pendekatan kardinal memberikan penilaian bersifat subyektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu barang, artinya tinggi rendahnya suatu barang tergantung sudut pandang subyek yang memberikan penilaian tersebut, yang biasanya berbeda penilaian dengan orang lain.

Pendekatan ini merupakan gabungan dari beberapa pendapat para ahli ekonomi aliran subyektif dari Austria seperti: Karl Menger, Hendrik Gossen, Yeavon, dan Leon Walras. Menurut pendekatan ini daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau util, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna bergantung kepada subyek yang menilai.

Dalam pendekatan ini akan banyak didasari oleh suatu hukum dari tokoh terkenal, Gossen, yaitu hokum Gossen.

-    Hukum Gossen I menyatakan bahwa jika kebutuhan seseorang dipenuhi terus-menerus maka kepuasanya akan semakin menurun.

-    Hukum Gossen II menyatakan bahwa orang akan memenuhi berbagai kebutuhanya sampai mencapai intensitas yang sama. Intensitas yang sama itu ditunjukkan oleh rasio antara marginal utility  dengan harga dari barang yang satu dengan rasio marginal utility dengan harga barang yang lain.

Hipotesis utama teori nilai guna atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marginal yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan satu barang  akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus-menerus menambah konsumsinya pada barang tersebut.

Gambar 6.1

Grafik Nilai Guna Total Dan Marginal

                                                                                                                                                                                                                                                                                          

Dalam hal pemaksimuman nilai guna total, syarat pemaksimuman nilai guna adalah jika konsumen berada dalam keadaan sebagai berikut: (Sadono Sukirno, 2005:130)

1.    Seseorang akan memaksimumkan niali guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila perbandingan nilai guna marginal berbagai barang tersebut adalah sama dengan perbandingan harga-harga barang tersebut.

2.    Seseorang akan memaksimumkan niali guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila nialu guna marginal untuk setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsikan.

Dalam pendekatan teori tingkah laku konsumen melelui pendekatan kardinal terdapat  sejumlah asumsi yang mesti berlaku. Berikut beberapa asumsi dari pendekatan ini yang harus terpenuhi adalah: (Dr. Eeng Ahman M.S dan Yana Rohmana S.pd, 2007: XX )

a.    Daya guna diukur dalam satuan uang/util.

b.    Konsumen bersifat rasioanal, artinya konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasan dengan batasan pendapatanya.

c.    Diminishing marginal utility, artinya tambahan utilitas yang diperoleh konsumen makin menurun dengan bertambahnya konsumsi dari komoditas tersebut.

d.    Pendapatan konsumen tetap.

e.    Constan marginal utility of money (daya guna marginal dari uang tetap)

f.     Total utility adalah additive (melengkapi) dan independent (sendiri atau tidak terikat)

g.    Barang normal dan periode konsumsi berdekatan

Walaupun pendekatan ini telah berhasil menyusun formulasi fungsi permintaan secara baik tetapi pendekatan ini masih dianggap mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan dan kritik terhadap pendekatan ini antara lain: (Tati Joerson & M.Fathorrozi, 2003:50)

1.    Sifat subyektif dari daya guna dan tidak adanya alat ukur yang tepat dan sesuai.

2.    Constan marginal utility of money, semakin banyak memiliki uang maka penilaian terhadap uang itu semakin rendah.

3.    Diminishing marginal utility sangat sulit diterima sebagai aksioma, sebab penilaian dari segi psikologis yang sangat sukar.

b.   Pendekatan Ordinal

Dalam pendekatan Ordinal daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Dasar dari pemikiran dari pendekatan ini adalah semakin banyak barang yang dikonsumsi semakin memberikan kepuasaan terhadap konsumen. Dalam menganalisa tingkat kepuasan dalam pendekatan ini digunakan kurva Indifferen (indifferent Curve) yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama dan garis anggaran (Budget line) yang menunjukkan berbagai kombinasi dari dua macam barang yang berbeda yang dapat dibeli oleh konsumen dengan pendapatan yang terbatas.

Gambar 6.2 Garis Anggaran Pengeluaran

 

Dengan menggunakan kedua kurva ini akan ditunjukkan bahwa konsumen akan mencapai kepuasan yang maksimum apabila garis  anggaran pengeluaran disinggung oleh kurva kepuasan yang peling tinggi. Di mana persinggungan antara Budget Line dan Indefferent Curve ini akan menggambarkan kombinasi barang yang diinginkan konsumen, beararti konsumen akan mencapai kepuasan yang maksimum, keadaan ini terkenal dengan sebutan garis keseimbangan konsumen. Dengan demikian, pemaksimuman kepuasan yang digambarkan adalah tingkat kepuasan maksimum dari mengkonsumsi dua barang dengan menggunakan sejumlah pendapatan tertentu.

Seperti halnya pendekatan tingkah laku konsumen melalui pendekatan kardinal, pendekatan teori tingkah laku konsumen melalui pendekatan ordinal juga memiliki sejumlah asumsi yang mesti berlaku. Beberapa asumsi yang harus ada pada pendekatan ordinal ini  adalah: (Dr. Eeng Ahman M.S dan  Yana Rohmana S.pd, 2007: XX )

1.    Konsumen Rasional

2.    Konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang yang disusun berdasarkan urutan besar kecilnya daya guna.

3.    Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu

4.    Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum

5.    Konsumen konsisten

6.    Berlaku hukum transitif

4.             Efek-Efek Perubahan Harga, Pendapatan, dan Substitusi Terhadap      Perilaku  Konsumen

Perilaku konsumen dalam kegiatan pembelian sering dipengarugi oleh beberapa faktor ekonomi dari segi mikro ekonomi, misalnya perubahan harga, perubahan pendapatan dan substitusi. Oleh karena, ketika faktor-faktor tersebut berubah maka relatif pola perilaku konsumen dalam proses kegiatan konsumsi juga mengalai perubahan.

Tabel Efek-Efek Terhadap dan dari Perubahan Pendapatan, Substitusi,  dan harga

Jenis Efek

Pendapatan Uang

Harga

Pendaptan Riel

Efek pendapatan

Efek harga

Efek substitusi

 

Berubah

Konstan

Berubah

 

Konstan

Berubah

Berubah

Berubah

Berubah Konstan

 

·      Efek Perubahan Harga

Konsekuensi yang paling menarik dari suatu perubahan yang dihadapi oleh konsumen adalah efek harga. Di sini, harga-harga barang yang kita bicarakan relatif berubah tetapi tidak ada variasi kompensasi pendapatan. Oleh karena itu, pendapatan nyata konsumen bisa naik atau turun. Pendapatanya dalam bentuk uang memberikan kepuasan yang lebih besar atau lebih kecil daripada sebelumnya karena harga-harga telah berubah.

Kita telah melihat bagaimana seorang konsumen dengan keinginan-keinginan tertentu dan penghasilan yang tetap menentukan barang-barang apa yang harus dibeli dan berapa banyak. Berdasarkan asumsi pokok tentang rasionalitas konsumen akan berusaha mencapai posisi ekuilibrium baru sehingga ia bisa mencapai kepuasan yang maksimal. Berbagai macam cara konsumen menghadapi suatu perubahan situasi. Ada tiga perubahan penting yang mempengaruhi ekuilibrium pada suatu kurva indiferensi, yaitu:

a.    Ada kemungkinan keadaan konsumen menjadi lebih baik atau lebih buruk karena pendapatanya berubah tetapi harga-harga tetap konstan. Kebutuhan-kebutuhan konsumen bisa bertambah atau berkurang sesuai dengan pendapatanya semakin besar atau kecil untuk dibelanjakan. Akibat-akibat perubahan semacam ini dinamakan efek-efek pendapatan.

b.    Ada kemungkinan harga-harga berubah tetapi pendapatan konsumen dalam bentuk uang juga berubah sedemikian rupa dalam waktu yang bersamaan sehingga akibatnya ia tidak menjadi lebih baik dan juga tidak menjadi lebih buruk. Namun sementara itu, ia akan merasa lebih baik membeli baranag-barang yang harganya relatif murah lebih banyak lagi. Ia akan mengganti barang-barang yang harganya relatif mahal dengan barang-barang yang harganya relatif lebih murah. Akibat perubahan semacam ini disebut efek-efek substitusi.

c.    Kemungkinan harga dari suatu barang bisa naik atau turun, sedangkan   pendapatan konstan, sehingga konsumen bisa menjadi lebih buruk atau bisa menjadi lebih baik. Dalam situasi seperti ini, konsumen tidak hanya harus mengatur kembali pembelianya berdasarkan efek substitusi. Pendapatan riel-nya, penghasilanya dalam bentuk barang-barang yang dibelinya, juga harus berubah.

Grafik.  Efek Perubahan Harga Terhadap Perilaku Konsumsi

·      Efek Perubahan Pendapatan

Kalau pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga menyebabkan pendaptan riil menjadi semakin sedikit. Dengan perkataan lain, kemampuan pendapatan yang diterima untuk membeli barang-barang menjadi bertambah kecil dari sebelumnya. Maka kenaikan harga menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang dibelinya, termasuk barang yang mengalami kenaikan harga. Penurunan harga suatu barang menyebabkan pendapatan riil bertambah, dan ini akan mendorong konsumen menambah jumlah barang yang dibelinya. Akibat perubahan harga terhadap pendapatan ini, yang disebut efek pendapatan, lebih memperkuat lagi efek penggantian di dalam mewujudkan kurva permintaan yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah.

Ketika menjelaskan perkaitan antara teori nilai guna dan teori permintaan telah diuraikan bahwa hukum permintaan yang menyatakan bahwa ceteris paribus kalau harga naik permintaan berkurang atau sebaliknya kalau harga turun permintaan bertambah, dapat diterangkan dengan menganilisis dua faktor: faktor efek penggantian dan efek pendapatan. Dalam uraian itu pada hakikatnya bahwa penurunan harga akan menambah permintaan karena: (Sadono Sukirno, 2005:130)

-    Konsumen lebih banyak mengkonsumsi barang itu dan mengurangi konsumsi barang lain.

-    Penurunan harga menambah p-endapatan riil konsumen dan kenaikan pendapatan riil ini akan menambah konsumsi berbagai barang (efek pendapatan).

Survei  membuktikan arti penting pendapatan setelah pajak sebagai penentu pengeluaran konsumsi. Konsumsi pada makanan mengalami penurunan sebagai presentase pendapatan saat pendapatan meningkat. Baik observasi maupun kajian statistik menunjukkan bahwa tingkat pendapatan setelah pajak saat ini merupakan faktor sentral yang menentukan konsumsi suatu negara.

Keluaraga-keluarga makin harus membelanjakan pendapatan mereka terutama pada kebutuhan hidup: makanan dan perumahan. Karena pendapatan meningkat, pengeluaran atas banyak barang makanan naik. Orang makan lebih banyak dan lebih baik. Akan tetapi, ada batasan terhadap uang ekstra yang akan dibelanjakan orang pada makanan ketika pendapatan  mereka naik. Akibatnya, proposi total pengeluaran yang diberikan untuk makanan menurun saat pendapatan meningkat.

Pengeluaran untuk pakaian, rekreasi, dan kendaraan meningkat lebih banyak dari yang sebanding untuk pendapatan stelah pajak, sampai pendapatan yang tinggi dicapai. Pengeluaran untuk barang-barang mewah meningkat dalam proporsi yang lebih besar daripada pendapatan.

 

 

 

Grafik Efek Perubahan Pendapatan Terhadap Perilaku Konsumsi

 

Penelitian yang seksama menunjukkan bahwa para konsumen biasanya memilih tingkat konsumsi mereka dengan teliti baik untuk pendapatan saat ini maupun prospek pendapatan jangka-panjang. Agar dapat memahami bagaiman konsumsi bergantung pada kecenderungan pendapatan jangka-panjang. Para ekonom telah mengembangkan teori pendapatan-permanen dan hipotesis siklus-hidup.

Pendapatan permanen merupakan tingkat kecenderungan pendapatan; yakni, pendaptan setelah menghilangkan pengaruh-pengaruh temporer atau sementara. Teori pendapatan-permanen mengimplikasikan bahwa para konsumen tidak merespon secara sama kepada semua kejutan pendapatan. Jika perubahan dalan pendapatan nampaknya permanen, orang mungkin mengkonsumsi bagian yang besar dari peningkatan dalam pendapatan. Di sisi lain jika perubahan pendapatan jelas bersifat sementara maka suatu bagian yang signifikan dari pendapatan tambahan mungkin ditabung.

Hipotesis siklus-kehidupan berasumsi bahwa orang menabung pada dasarnya untuk memuluskan atau melancarkan kegiatan konsumsi mereka selam hidup. Satu tujuan pentingnya adalah untuk mendapat pendapatan masa pensiun yang mencukupi. Satu implikasi dari hipotesis siklus-kehidupan adalah bahwa suatu program seperti jaminan sosial yang memberikan tambahan pendapatan yang dermawan untuk masa pensiun akan mengurangi tabungan dari para pekerja setengah baya karena mereka tidak lagi perlu menabung sebanyak untuk masa pensiun.

Ribuan investigasi anggaran dari pola pengeluaran rumah tangga menunjukkan kesamaan yang luar biasa pada pola perilaku yang umum dan kualitatif.

·      Efek Pengganti (Substitusi)

     Dalam penurunan harga suau barang akan menyebabkan permintaan pada barang tersebut semakin bertambah banyak. Penurunan harga barang tersebut  mewujudkan nilai guna marginal per rupiah yang lebih tinggi daripada nilai guna marginal marginal per rupiah dari barang-barang lainya yang tidak berubah harganya. Maka, karena membeli barang tersebut akan memaksimumkan nilai guna, permintaan pada barang tersebut menjadi bertambah banyak apabila haragnya bertambah rendah. Dengan kata lain bahwa efek penggantian akan menyebabkan konsumsi barang yang telah menjadi lebih murah dan mengurangi konsumsi barang lain.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C.           PENUTUP

1.    Kegiatan Perkuliahan

a. Kegiatan Dosen

1)      Dengan metode ceramah bervariasi menjelaskan topic 6.

2)      Mengarahkan presentase dan diskusi.

3)      Member dan  menagih penugasan individu untuk tugas.

b.Kegiatan Mahasiswa

1)      Memperhatikan dan mengkaji penjelasan materi topic 6.

2)      Melaksanakan diskusi dan presentase

3)      Menyelesaikan dan menyerahkan tugas kelompok dan  individu 1.

2.    Evaluasi

a. Jenis Evaluasi:

Pre test dan post test, serta partisipasi kegiatan pembelajaran.

b.Alat Evaluasi:

Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi pokok bahasan 6

c.Materi Evaluasi:

1)      Menjelaskan Pengertian Perilaku Konsumen.

2)      Menguraikan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen.

3)      Menjelaskan Pendekatan Teori Tingkah Laku Konsumen.

4)      Menjelaskan Efek-Efek Perubahan Harga, Pendapatan, dan Substitusi Terhadap      Perilaku  Konsumen

 

 

 

 

BAB VII

FUNGSI PRODUKSI

 

A.           PENDAHULUAN

Secara umum  materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman kepada mahasiswa tentang fungsi produksi pada ekonomi manajerial, sehingga setelah mempelajari materi  dalam bab VII ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami fungsi produksi pada ekonomi manajerial.

Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:

1)   Menjelaskan Konsep dan Kurva Fungsi Produksi

2)   Menjelaskan Fungsi Produksi Dengan Satu Input Variabel

3)   Menjelaskan Penggunaan Input Variabel Secara Optimum

4)   Menjelaskan Fungsi Produksi Dengan Dua Input Variabel

5)   Menjelaskan Fungsi Produksi Dengan Satu Faktor Produksi Variabel

6)   Menjelaskan Fungsi Produksi Dengan Dua Faktor Produksi Variabel

 

B.            PENYAJIAN MATERI

1.             Konsep dan Kurva Fungsi Produksi

Menurut Ferguson and Gould. (1976), fungsi produksi dapat didefinisikan sebagai berikut:

Fungsi produksi adalah sebuah jadwal (atau tabel, atau persamaan matematika) yang menunjukkan jumlah total suatu output yang diproduksi dari beberapa input, yang dihasilkan dari teknologi yang ada.

Fungsi produksi adalah suatu hubungan matematis yang menggambarkan suatu cara, dengan jumlah dari hasil produksi tertentu berdasarkan jumlah input tertntu yang digunakan. Suatu fungsi produksi memberikan keterangan mengenai hasil yang diharapkan apabila faktor – faktor produksi dikombinasikan.

Secara matematis fungsi produksi menggambarkan, Hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksinya dapat diberi ciri khusus berupa suatu fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu hubungan matematis yang menggambarkan jumlah hasil produksi tertentu ditentukan oleh jumlah faktor produksi yang digunakan. Jumlah hasil produksi merupakan “dependent variabel” dan jumlah faktor produksinya sebagai “independent variabel”. Secara matematis fungsi produksinya ditulis sebagai berikut :

Y = f (X1, X2, X3, ...........Xn)

Dimana :

Y : hasil produksi fisik (matrik)

X1.......Xn : faktor-faktor produksi

Bentuk hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksinya yang sering digunakan adalah sebagai berikut :

o   Yt = a + bXt + Et (Fungsi linier sederhana)

o   Yt = a + b1X1t + b2X2t +...... bnXnt + Et (Fungsi linier berganda).

o   Yt = a + b1X1t + b2X1t2 + Et (Fungsi kuadratik).

o   Yt = a X1tbi 10Et   (Fungsi Cobb-Douglas sederhana).

o   Yt = a X1tb1 X2tb2 ..... Xntbn 10Et  (Fungsi Cobb-Douglas berganda)

Suatu hal yang harus diperhatikan adalah ada banyak sekali bentuk persamaan aljabar yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu fungsi produksi. Tidak ada suatu bentuk yang dapat dipakai untuk menggambarkan produksi di setiap daerah dan pada suatu keadaan. Tetapi jika bentuk fungsi produksi telah ditemukan, maka keterangan itu sangat berguna bagi produsen untuk mengambil keputusan optimasi. Oleh karena itu, penelitilah yang mempunyai tugas untuk menemukan fungsi produksi di setiap keadaan usaha.

Bentuk persamaan aljabar yang menyatakan fungsi produksi seperti diatas perlu disempurnakan dengan menentukan konstanta dari a dan b secara statistik dihitung dengan metode “Least Sguare” dari sekumpulan data produk dan faktor produksinya. Prinsip “Least Sguare” adalah membuat suatu garis dari sekumpulan titik dalam suatu ruang dimana letak garis tersebut mempunyai simpangan yang paling kecil dari letak titik-titik yang ada. Cara yang lebih rinci dapat dipelajari dalam statistika.

Pada bentuk persamaan yang melibatkan lebih dari dua variabel (satu variabel Y dan lebih dari satu variabel X), maka hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksinya tidak perlu digambar karena disamping sukar juga menyulitkan tafsirannya.

Tetapi jika hanya melibatkan dua variabel saja, maka sebaliknya hubungan antara factor produksi dengan hasil produksinya digambarkan untuk menjadikan jelas dalam tafsiran maknanya.

Dicontohkan dalam soal pada Gambar fungsi linier Ŷ = 25 + 0,5X adalah sebagai berikut :

  

Keterangan :

Fungsi linier itu menyatkan bahwa setiap tambahan satu unit X (=25) akan mengakibatkan tambhan setengan unit Y (=12,5). Gambar ini memperlihatkan gerak yang menaik lurus. Jika persamaan fungsi produksi menjadi sebaliknya yaitu : Y = 100 –0,5X, maka gerak garis menjadi menurun lurus dari titik awal 100 dan memperlihatkan berlakunya hukum “Decreasing return”.  

Gambar fungsi produksi yang memperlihatkan berlakunya hukum “Diminishing Return” seperti yang terlihat pada gambar yang ada. Gambar diatas  dibuat berdasarkan persamaan fungsi Cobb-Douglas sederhana Ŷ = 5X0,50. Pada gambar 3 terlihat gerak garis lengkung (cembung dari sumbu datarnya) yang naik dengan tambahan yang semakin berkurang.

Gambar ini memperlihatkan fenomena (gejala) yang terdapat di alam yang dicoba diungkapkan melalui model matematika dan statistika. Tentu saja satu model pendekatan tersebut belum cukup mengungkap kejadian yang bersifat menyeluruh dari perilaku produksi juka input di tambah terus menerus. Jadi, satu model fungsi produksi hanya berlaku untuk menggambarkan satu tahapan proses produksi.

 

 

 

 

 

 

 


Gambar : Perilaku Produksi dengan satu variabel input.

 

Gambar tersebut merupakan “Kurva Produksi” yang berlaku umum dan banyak ditulis dalam buku-buku teori ekonomi yang membahas perilaku produksi. Kurva produksi itu memperlihatkan bahwa ada tiga proses perilaku dalam produksi jika input X2 ditambahkan secara terus menerus (kontinue) pada suatu input yang tetap (misalnya X1). Pada proses pertama, setiap tambahan input akan memberikan tambahan produk  Ŷ = 5X0,5, yang semakin bertambah atau “Increasing Return”. Proses ke dua ditandai dengan tambahan produk yang semakin berkurang pada setiap tambahan input atau “Diminishing Return”. Pada proses ke tiga, setiap tambahan input justru akan menurunkan hasil produksi atau “Decreasing Return”.

Suatu contoh perilaku produksi tersebut adalah pemberian obat-obatan dalam pakan ayam untuk menaikkan produksi bobot telurnya. Pemberian dosis tahap pertama yang relatif dari dosis nol sampai dosis agak tinggi menyebabkan adanya tambahan bobot telur yang semakin bertambah. Jika dosis ditingkatkan lagi maka sifat obat akan menjadi racun mulai tampak dengan ditandai tambahan bobot telur menjadi semakin

berkurang. Pada proses akhir, jika dosis obat menjadi sangat berlebihan maka sifat racun obat berpengaruh kuat dan menyebabkan tidak ada tambahan bobot telur tetapi justru ada penurunan bobot telur tersebut.

Kurva produksi total seperti gambar 4 tersebut perlu dilengkapi kurva produksi per satuan/unit untuk keperluan analisis optimasi. Kurva produksi persatuan meliputi kurva “Produk Rata-rata” (PR) atau Average Product (AP) dan “Produk Marginal” (PM) atau Marginal Product (MP). Produk Rata-rata adalah hasil bagi antara Produk Total dengan input total dalam satuan fisik. Produk Marginal adalah hasil bagi antara tambahan produk total dengan tambahan input dalam sutuan fisik. Sifat-sifat gerak dari PR dan PM mempunyai hubungan dengan gerak dari kurva produksinya, seperti yang diperlihatkan dalam gambar di atas.

 

Fungsi produksi dapat dipakai untuk studi market economy, seperti di China yang sekarang menerapkan sistem tersebut. Beberapa contoh fungsi produksi adalah fungsi produksi Cobb Douglass. Fungsi produksi dalam jangka panjang akan  mereduksi pada fungsi produksi Cobb Douglass. (Jones, 2005) Bentuk fungsional Cobb- Douglass dari fungsi produksi secara umum digunakan untuk mempresentasikan hubungan dari input ke output. Hal tersebut dikemukakan oleh  Wicjsell (1851 – 1926) dan dikaji ulang secara statistik oleh Charles Cobb dan Paul Douglas pada tahun 1928. Fungsi produksi Lucas merupakan pengembangan dari fungsi Cobb Douglas yang menitikberatkan human capital dan kapital sebagai penentu pertumbuhan.  Produksi (production) merujuk pada perubahan bentuk berbagai input atau sumber-sumber daya menjadi output berupa barang dan jasa.

Seperti halnya teori permintaan yang berfokus pada konsep fungsi permintaan, teori produksi juga bergerak pada sekitar konsep fungsi produksi. suatu fungsi produksi (productios function) ada persamaan, tabel, atau grafik yang menunjukkan output komoditas maksimum perusahaan yang bisa diproduksi pada setiap periode waktu dengan kombinasi input.

     Periode waktu dimana paling tidak ada satu input yang tetap disebut : periode jangka pendek (short run), sedangkan apabila periode waktu dimana seluruh input adalah variabel disebut jangka panjang (long run)

     Dalam Industri Modern aktivitas produksi bukan sekedar transformasi Input  ®  Ouput, tetapi dipandang sebagai penciptaan nilai tambah. Proses transformasi nilai tambah dari input menjadi output melibatkan komponen struktural dan fungsional.

·      Komponen Struktural : bahan (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi, tanah, dll.

·      Komponen Fungsional : supervisi, perencanaan, pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan yang berkaitan dengan manajemen dan organisasi.

Sistem produksi selalu berada dalam lingkungan, sehingga aspek-aspek lingkungan seperti : perkembangan teknologi, sosial dan ekonomi, serta kebijakan pemerintah akan mempengaruhi keberadaan sistem produksi.

Secara sistematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut :

Q = f (K, L, R, T)

Dimana :

Q = Output

K = Kapital/modal

L = Labour/tenaga kerja

R = Resources/sumber daya

T = Teknologi

Dalam suatu perekonoian, terdapat fungsi-fungsi produksi yang berbeda-beda, minimal satu macam fungsi untuk satu perusahaan atau jenis barang. Kita dapat melihat bahwa fungsi produksi suatu perusahaan amerupakan dasar kurva biaya perushaan tersebut. Selanjutnya kita dapat melihat bagaimana fungsi produksi mendasari permintaan perusahaan akan tanah, tenaga kerja, modal dan input produksi lain yang dibutuhkannya.

 

2.             Fungsi Produksi Dengan Satu Input Variabel

Teori produksi sederhana yang menggambarkan tentang hubungan antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan tingkat produksi barang. (Faktor produksi lain : tetap).

Hukum Hasil Lebih yang Semakin Berkurang (The Law of Diminshing Return) menyatakan bahwa:

Apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif dan ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya mencapai tingkat yang maksimum kemudian menurun.

·      Produk Total, Rata-rata, dan Marginal

Dengan menjaga kuantitas salah satu input konstan dan mengubah kuantitas input lain yang digunakan, kita akan dapat menurunkan produk total (total product) dan input variabel.

·      Produksi Marginal


Tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan.

MP  : produksi marginal

DTP : pertambahan produksi total

DL   : pertambahan tenaga kerja

·      Produksi Rata-rata


Produksi yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja.

AP : produksi rata-rata

TP : produksi total

L   : tenaga kerja

3.             Penggunaan Input Variabel Secara Optimum

Berapa banyak tenaga kerja (input variabel dalam diskusi terdahulu) yang harus digunakan oleh perusahaan untuk mendapatkan laba atau keuntungan maksimum? Jawabannya adalah bahwa perusahaan harus mempekerjakan tambahan satu unit tenaga kerja sepanjang tambahan penerimaan yang dihasilkan dari penjualan output yang diproduksi melebihi tambahan biaya karena mempekenjakan tenaga kerja tersebut .

Syarat :

Perusahaan menambah satu unit tenaga kerja apabila tambahan penerimaan yang dihasilkan dari penjualan output diproduksi melebihi tambahan biaya karena mempekerjakan tambahan  kerja tersebut

Produk penerimaan marjinal (marginal revenue product) adalah Tambahan penerimaan yang dihasilkan oleh penggunaan tambahan unit tenaga kerja

Biaya marjinal sumberdaya (marginal resources cost/MRCL) adalah Tambahan biaya karena menambah unit tenaga kerja

MRPL  > MRCL sampai MRPL  = MRCL

4.             Fungsi Produksi Dengan Dua Input Variabel

Fungsi ini bisa ditunjukkan secara grafis dengan isokuan, untuk mengembangkan kondisi yang efisien bagi kombinasi input dalam produksi.

ü Kurva Produksi Sama (Isokuan)  : 

Kombinasi dari dua input (mis,  L dan K) berproduksi pada tingkat output tertentu.

ü Wilayah  ekonomis produksi

Perusahaan tidak akan beroperasi pada kemiringan isokuan yang positip, karena pada tingkat output yang sama perusahaan dapat  berproduksi dengan menggunakan modal dan tenaga kerja yang lebih sedikit. Bagian isokuan dengan kemiringan negatip mencerminkan wilayah ekonomis yang relevan  dari produksi  = tahapan II (MPL dan MPK positip tetapi menurun).

Isokuan memiliki kemiringan negatif dalam daerah yang secara ekonomis relevan.   jika perusahaan ingin mengurangi kuantitas modal, perusahaan harus meningkatkan kuantitas tenaga kerja untuk tetap berada pada isokuan yang sama.

Nilai absolut dari kemiringan isokuan :

  

Gabungan Tenaga Kerja dan Modal. Untuk menghasilkan 1000 unit produksi

 

 

 

 

 

Kurva Produksi Total, Produksi Marginal Dan Produksi Rata-Rata

 

 

·         Tahap I :

Menunjukkan tenaga kerja yang masih sedikit, apabila ditambah akan meningkatkan total produksi, produksi rata-rata dan produksi marginal.

·         Tahap II :

Produksi total terus meningkat sampai produksi optimum sedang produksi rata-rata menurun dan produksi marginal menurun sampai titik nol.

·         Tahap III :

Penambahan tenaga kerja menurunkan total produksi, dan produksi rata-rata, sedangkan produksi marginal negatif.

Garis Biaya Sama (Isocost) yaitu: garis yang menggambarkan gabungan faktor produksi yang dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah biaya tertentu. Sarana visual untuk mencari metode produksi yang biasanya termurah adalah dengan menggambarkan garis biaya sama (izocost).

Setiap titik pada garis biaya tertentu menggambarkan total biaya yang sama. Garis ini berbentuk lurus karena sifat konstan harga-harga faktor produksi  dan semuanya memiliki kemiringan yang negatif, setara dengan rasio harga tenaga kerja terhadap harga faktor produksi.

5.             Fungsi Produksi Dengan Satu Faktor Produksi Variabel

Fungsi produksi dengan satu faktor produksi adalah hubungan antara tingkat produksi dengan satu macam faktor produksi yang digunakan , sedangkan faktor-faktor produksi yang lain dianggap penggunaannya tetap pada tingkat tertentu (ceteris paribus).

Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan :

Y = f (X1/ X2, X3, ….., Xn)

Fungsi ini dibaca : produk Y adalah fungsi dari faktor produksi X1, jika faktor-faktor produksi X2, X3, ……, Xn ditetapkan penggunaannya pada suatu tingkat tertentu. Jadi, satusatunya faktor produksi yang dapat diubah jumlah penggunaannya adalah faktor produksi X1.    

Di dalam mempelajari fungsi produksi terdapat tiga ukuran penting yang perlu diperhatikan, yaitu (1) Produk Total (PT), (2) Produk Rata-Rata (PR), dan (3) Produk Marjinal (PM). Produk Total adalah tingkat produksi total ( = Y , dalam fungsi produksi diatas). Produk Rata-Rata adalah hasil rata-rata per unit input variabel ( = Y/X). Produk Marjinal adalah tambahan output yang dihasilkan dari tambahan satu unit input variabel (ðY/ðX atau DY /DX). Untuk menganalisis fungsi produksi tersebut perlu dipahami kurve-kurve yang berkaitan dengan ketiga ukuran di atas, yaitu:

1)       Kurve Produk Total (KPT) atau Total Physical Product Curve (TPP) yaitu kurve yang menunjukkan tingkat produksi total (=Y) pada berbagai tingkat penggunaan  input variabel.

2)       Kurve Produk Rata-Rata (KPR) atau Average Physical Product Curve (APP), yaitu kurve yang menunjukkan hasil rata-rata per unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut.

3)       Kurve Produk Marginal (KPM) atau Marginal Physical Product Curve (MPP), yaitu kurve yang menunjukkan tambahan output (Y) yang disebabkan oleh penggunaan tambahan satu unit input variabel.

Ø Efisiensi dan Produksi Optimum

Konsep efisiensi dapat dipandang dari dua aspek, yaitu dari aspek teknis dan dari aspek ekonomis. Konsep efisiensi dari aspek teknis dinamakan konsep efisiensi teknis.

Efisiensi teknis maksimum dicapai pada saat dicapai produk rata-rata maksimum. Tingkat pemakaian faktor produksi yang menghasilkan produk rata-rata maksimum, secara teknis dipandang sebagai tingkat produksi optimum. Untuk menentukan tingkat efisiensi dan produksi optimum secara teknis ini cukup dengan diketahuinya fungsi produksi.

Konsep efisiensi dari aspek ekonomis dinamakan konsep efisiensi ekonomis atau efisiensi harga. Dalam teori ekonomi produksi, pada umumnya menggunakan konsep ini.

Dipandang dari konsep efisiensi ekonomis, pemakaian faktor produksi dikatakan efisien apabila ia dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Untuk menentukan tingkat produksi optimum menurut konsep efisiensi ekonomis, tidak cukup hanya dengan mengetahui fungsi produksi. Ada syarat lagi yang harus diketahui, yaitu rasio harga harga input-output.

Secara matematis, syarat tersebut adalah sebagai berikut. Keuntungan (p) dapat ditulis : p = PY.Y - Px.X, di mana Y = jumlah produk; PY = harga produk; X = faktor produksi; Px = harga factor produksi. Agar supaya p mencapai maksimum maka turunan pertama fungsi tersebut harus sama dengan nol atau dapat ditulis sebagai berikut:

Atau;

Atau;

 

NPM adalah nilai produk marginal. Ingat, dY/dX = produk marginal.

Jadi jelaslah bahwa untuk menentukan tingkat produksi optimum menurut konsep efisiensi ekonomis diperlukan dua syarat , yaitu:

(1)    Syarat keharusan (necessary condition) :  hubungan teknis antara produk dan factor produksi atau fungsi produksi;

(2)    Syarat kecukupan ( sufficiency condition) : nilai produk marginal dari faktor produksi yang dipakai harus sama dengan harga satuan faktor produksi itu.

Berikut ini diberikan contoh menentukan tingkat produksi optimum. Misalnya, diketahui fungsi produksi seperti yang tertera pada tabel diatas. Harga satuan faktor produksi (Px) adalah Rp. 2000,- dan harga satuan produk (PY) adalah Rp. 100,-.

Pertanyaan :

1)        Berapa satuankah faktor produksi yang harus digunakan agar dicapai keuntungan maksimum?

2)        Berapa produksi optimumnya?

3)        Berapa tingkat keuntungan maksimumnya?

Jawaban:

1)        NPM yang terdekat dengan Px adalah Rp. 2.200,-, yaitu Rp.100,- x 22 (PM). Nilai ini diperoleh dari pemakaian faktor produksi antara 6 dan 7. Jadi, pemakaian faktor produksi yang memberikan keuntungan maksimum adalah antara 6 dan 7. Jika faktor produksi tidak dapat dipecah-pecah maka penggunaan faktor produksi dapat ditetapkan 7 satuan.

2)        Berdasarkan jawaban no. 1) diatas, produksi  optimumnya adalah antara 210 dan 232 atau 232 jika digunakan faktor produksi 7 satuan.

3)        Keuntungan maksimumnya : ( Rp.100) (232) – (Rp.2000,-) (7) = Rp.9.200,-.

Selain melalui pendekatan tabel seperti di atas, untuk menentukan tingkat produksi optimum dapat pula melalui pendekatan grafis sebagai berikut. Dari tabel diatas dapat  diperoleh tabel dibawah ini sebagai dasar menentukan tingkat produksi optimal secara grafis.

Tabel keuntungan

 

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa keuntungan paling besar adalah Rp. 6.200,-, dengan total output 232, pada penggunaan input 7 satuan. Secara grafis perhitungan tersebut dapat digambarkan seperti pada gambar dibawh ini. Kurve TVP ( Total Value Product) menunjukkan hubungan antara input X dan TR ( Total Revenue). Kurve TFC (Total Factor Cost) atau TIC (Total Input Cost) menunjukkan hubungan antara input X dengan TC ( Total Cost).

Keuntungan maksimum dicapai jika jarak vertikal antara TVP dan TFC adalah terbesar. Posisi ini ditemukan pada tingkat penggunaan input di mana garis singgung dari TVP sejajar dengan TFC. Pada Gambar terlihat bahwa keuntungan maksimum diperoleh pada penggunaan input 7 satuan.

 

Apabila kita mempunyai fungsi yang kontinyu, kita dapat menentukan keuntungan maksimum secara matematis. Misalnya kita mempunyai fungsi produksi sebagai berikut:

Y = 400 X1/2

Jika harga satu satuan faktor produksi X atau PX adalah Rp. 2000,- dan harga satu satuan produk Y atau PY adalah Rp. 100,-, tentukan pada penggunaan X berapa akan dicapai keuntungan maksimum? Soal ini dapat dipecahkan sebagai berikut. Untuk mencapai keuntungan maksimum atau tingkat produksi optimum, nilai produk marjinal harus sama dengan harga satuan faktor produksi.

                    PY

NPM = PY ----- = PX ;

                    PX

 

(100) (200 X-1/2) = 2000

                   

20000

-------- = 2000 ; 2000 X1/2 = 20000; X1/2 = 20 ;

X1/2

X = 400

 

Jadi, untuk memperoleh keuntungan maksimum maka pengusaha harus menggunakan 400 satuan faktor produksi.  

                                                                     

6.             Fungsi Produksi Dengan Dua Faktor Produksi Variabel

Dalam analisis ini dimisalkan hanya ada dua faktor produksi yang dapat diubah-ubah penggunaannya di dalam proses produksi. Dimisalkan pula bahwa kedua faktor produksi tersebut dapat saling menggantikan. Misalnya, faktor produksi X1 dapat menggantikan factor produksi X2, demikian pula sebaliknya X2 dapat menggantikan X1.

Masalah yang dihadapi produsen atau pengusaha dalam kasus ini adalah kombinasi mana dari penggunaan dua faktor produksi itu yang memerlukan biaya tertendah untuk menghasilkan suatu jumlah produk tertentu ( least cost combination).

Untuk menjawab masalah tersebut perlu pemahaman beberapa konsep;

(1)   isoquant atau isoproduct atau kurve produksi sama;

(2)   daya substitusi marginal atau marginal rate of technical substitution (MRTS); dan

(3)   isocost atau price line atau garis harga.

 

Ø Isoquant/Isoproduct/Kurve Produk sama

Isoquant adalah kurve yang menunjukkan berbagai kemungkinan kombinasi dua input variabel untuk menghasilkan tingkat output tertentu.

Contoh : Dalam tabel berikut disajikan contoh kemungkinan kombinasi penggunaan input X1 dan X2 untuk menghasilkan 100 unit output (Y) dan 150 unit output (Y).

 

Tabel Kemungkinan kombinasi X1 dan X2 untuk menghasilkan 100 unit output dan 150 unit output.

 

 

Dari tabel di atas dapat digambarkan dua isoquant untuk dua output, yaitu untuk 100 unit dan 150 unit . Isoquant mempunyai sifat-sifat yang serupa dengan Indifference Curves. Cembung kearah origin, menurun dari kiri atas ke kanan bawah, kurve yang terletak lebih kanan atas menunjukkan tingkat output yang lebih tinggi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C.           PENUTUP

1.    Kegiatan Perkuliahan

a.Kegiatan Dosen

1)      Dengan metode ceramah bervariasi menjelaskan topic 7.

2)      Mengarahkan presentase dan diskusi.

3)      Member dan  menagih penugasan individu untuk tugas.

b.Kegiatan Mahasiswa

1)      Memperhatikan dan mengkaji penjelasan materi topic 7.

2)      Melaksanakan diskusi dan presentase

3)      Menyelesaikan dan menyerahkan tugas kelompok dan  individu .

2.    Evaluasi

a.Jenis Evaluasi:

Pre test dan post test, serta partisipasi kegiatan pembelajaran.

b.Alat Evaluasi:

Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi pokok bahasan 6

c.Materi Evaluasi:

1)      Jelaskan Konsep dan Kurva Fungsi Produksi

2)      Jelaskan Fungsi Produksi Dengan Satu Input Variabel

3)      Jelaskan Penggunaan Input Variabel Secara Optimum

4)      Jelaskan Fungsi Produksi Dengan Dua Input Variabel

5)      Jelaskan Fungsi Produksi Dengan Satu Faktor Produksi Variabel

6)      Menjelaskan Fungsi Produksi Dengan Dua Faktor Produksi Variabel

 

 

BAB VIII

TEORI BIAYA

 

A.           PENDAHULUAN

Secara umum  materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman kepada mahasiswa tentang teori-toeri biaya pada ekonomi manajerial, sehingga setelah mempelajari materi  dalam bab VIII ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami teori-toeri biaya pada ekonomi manajerial.

Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:

1)      Menjelaskan konsep biaya-biaya.

2)      Menjelaskan fungsi biaya jangka pendek.

3)      Menjelaskan fungsi biaya jangka panjang.

4)      Menjelaskan kurva pembelajaran

5)      Menjelaskan manajemen logistic atau penawaran berantai

6)      Menjelaskan pola perilaku dan fungsi biaya.

 

B.            PENYAJIAN MATERI

1.            Konsep Biaya

Teori Biaya memegang peranan penting dalam analisa prilaku konsumen, karena prinsip biaya yang seminimum mungkin untuk mencapai hasil yang maksimal.

o  Biaya Rata-rata, Biaya Marjinal dan Biaya Total Rata-rata

Fungsi biaya rata-rata atau unit-1 kadang-kadang lebih berguna dari fungsi biaya total dalam pengambilan keputusan suatu usaha di sektor pertanian. Fungsi biaya rata-rata dapat diperoleh dengan membagi fungsi biaya total yang relevan dengan output. Biaya marjinal adalah perubahan biaya total yang berkaitan dengan perubahan output (output). Fungsi biaya marjinal berpotongan dengan fungsi biaya total rata-rata dan fungsi biaya variabel rata-rata di titik minimum ke dua fungsi tersebut.

o  Fungsi biaya rata-rata jangka panjang akan:

1.    Menurun, apabila skala pengembalian dalam produksi adalah meningkat,

2.    Konstan, apabila skala pengembalian dalam produksi adalah konstan, dan Meningkat, apabila skala pengembalian dalam produksi adalah menurun. 

3.    Fungsi biaya rata-rata jangka panjang adalah merupakan kurva amplop dari sejumlah kurva biaya rata-rata jangka pendek.

Pada tingkat output yang hasilnya di spesifikasi tingkat keuntungan ekonomi diperoleh dengan membagi keuntungan ditambah biaya tetap total dengan kontribusi keuntungan. Analisis titik impas adalah spesial pada kasus analisis keuntungan di mana keuntungan diharuskan sama dengan nol. Suatu usaha dapat dikatakan tinggi tingkat pengungkitannya apabila biaya tetap adalah relatif lebih besar (tinggi) dari pada biaya variabel.

Pada umumnya, penggunaan analisis pengungkitan operasi menyatakan secara tidak langsung tingginya tingkat risiko keuntungan sepanjang waktu. Dalam arti kata, peningkatan nilai pengungkitan operasi menyatakan lebih bervariasinya keuntungan sepanjang waktu, oleh karena itu tinggi tingkat risikonya.

Pengungkitan operasi dapat diukur dengan elastisitas keuntungan, yang didefinisikan sebagai persentase perubahan keuntungan yang berkaitan dengan satu persen perubahan output.

Secara matematis elastisitas keuntungan dapat diformulasikan menjadi:   

·      Biaya Total (TC)

Keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan dinamakan biaya total. Biaya produksi total atau biaya total (total costs) didapatkan darai menjumlahkan biaya tetap total  (TFC “Total Fixed Cost”) dan biaya berubah total (TVC “Total Variable Cost)
TC = FC + VC

·      Biaya Tetap Total (TFC)

Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh factor produksi yang tidak dapat dubah jumlahnya dinamakan biaya tetap total, contoh : membeli mesin, mendirikan pabrik.

·      Biaya Berubah Total (TVC)

Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh factor produksi yang dapat diubah jumlahnya dinamakan biaya berubah total. 

·      Biaya Tetap Rata-Rata (AFC)

Didapatkan dari biaya tetap total (TFC) untuk memproduksi barang dalam jumlah tertentu dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya tetap rata-rata.

AFC = TFC / Q

·      Biaya Berubah Rata-Rata (AVC)

Biaya berubah total (TVC) untuk memproduksi sejumlah barang (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya berubah rata-rata.

AVC = TVC / Q

·      Biaya Total Rata-Rata (AC)

Apabila biaya total (TC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya total rata-rata.

AC = TC / Q  atau AC = AFC + AVC

·      Biaya Marginal (MC)

Biaya marginal ada karena adanya kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah produksi sebanyak satu unit.

MC n = TC n – TC n1    atau MC n = ∆ TC / ∆ Q

Ada tiga konsep tentang ongkos, yaitu :

1.    Ongkos Alternatif (Opportunity cost); biasa disebut juga dengan “ongkos sosial”

Ongkos ini relatif paling penting bagi para ekonom, karena timbulnya ongkos ini berkaitan dengan adanya kelangkaan dan keterbatasan sumber daya. Misalnya, bila produsen memutuskan untuk membuat yang telah ditentukan maka inputnya sebetulnya bisa untuk barang lainnya, sehingga ada yang dikorbankan.

2.    Ongkos Akuntansi (Account Cost)

Ongkos-ongkos yang besar dikeluarkan oleh produsen untuk sebuah produksi. Misalnya, ongkos depresiasi, ongkos historis, dan lain sebagainya.

3.    Ongkos Ekonomi (Economic Cost).

Ongkos yang menunjukkan berapa biaya yang harus dikeluarkan agar sumber daya dapat digunakan pada suatu proses produksi.

a.    Biaya Eksplisit  (explicit cost) dan Biaya Implisit (implicit cost)

Dalam Analisis Biaya harus dibedakan antara biaya eksplisit dengan biaya implisit. Biaya Eksplisit  (explicit cost) yaitu pengeluaran aktual perusahaan untuk memperkerjakan tenaga kerja, menyewa atau membeli input yang dibutuhkan dalam produksi., sebagai contohnya : upah tenaga kerja, harga sewa modal, perlengkapan, gedung, dan harga pembelian bahan mentah serta barang setengah jadi. Biaya Implisit (implicit cost) yaitu nilai input yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan dalam aktivitas produksinya sendiri. Dalam ilmu ekonomi masih ada konsep biaya seperti :  biaya alternatif atau oportunitas (alternative or opportunity cost) ; biaya ekonomis (economic cost) ; biaya akuntansi (accounting cost); biaya relevan (relevant cost); biaya tambahan (incremental cost) dan biaya terbenam (sunk cost).

Salah satu hal penting dalam analisis biaya adalah perbedaan antara biaya eksplisit dan implisit.

-       Biaya eksplisit (explicit cost) berarti pengeluaran aktual perusahaan untuk mempekerjakan tenaga kerja, menyewa atau membeli input yang dibutuhkan dalam produksi.

-       Biaya implisit (implicit cost) berarti nilai input yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan dalarn aktivitas produksinya sendiri

b.   Perbedaan Ongkos Jangka Pendek Dengan Jangka Panjang

Dalam suatu proses produksi kita dapat mengenali, adanya ongkos jangka pendek. Dimana dalam suatu proses produksi ada input variabel dan input tetap yang tidak bisa secara cepat keseluuruhannya; dan cenderung berubah bila ada perubahan produksi. Sedangkan jangka panjang, sebaliknya bahwa input yang dapat secara keseluruhannya dan dapat dirubah untuk sebuah perubahan produksi.

 

2.             Fungsi Biaya Jangka Pendek

Fungsi biaya jangka pendek membedakan antara biaya tetap (fixed cost) dengan biaya variable dari menurunkan fungsi biaya total dan biaya per unit dari suatu perusahaan.

Fungsi Biaya total dan Biaya per Unit Jangka pendek Mendefinisikan jangka pendek sebagai suatu periode di mana beberapa input perusahaan adalah tetap .kewajiban total per periode perusahaan untuk seluh input tetap disebut biaya total. Dalam jangka pendek kita mempunyal biaya tetap dan Maya variabel. Biaya total sania dengan biaya tetap ditambah Maya variabel total.

Kurva biaya total rata-rata, biaya variabel rata-rata, dan biaya marginal berbentuk U. kurva biaya marginal mencapai minimum sebelum kurva biaya total rata-rata dan biaya vaniabel rata rata serta memotong kedua kurva tersebut dan bawah pada titik terendah.

Fungsi Jangka Pendek :

1)      Fungsi Biaya Total dan

2)      Biaya perunit jangka pendek.

§  Fungsi Biaya Total :

Total Cost = TC = f(Q)

Total Fixed Cost = TFC

Total Variable Cost = TVC

TC = TFC + TVC

§  Biaya perunit Jangka Pendek ;

Average Total Cost = ATC = TC/Q

Average Fixed Cost = AFC = TFC/Q

Average Variable Cost = AVC = TVC/Q

Marginal Cost = DTC/DQ = DTVC/DQ    

ATC = AFC + AVC

 

         Contoh  :

Fig0701

Kurva Biaya Total dan Biaya per unit Jangka Pendek :

Average Variable Cost :    

AVC = TVC/Q = w/APL

Marginal Cost: 

∆TC/∆Q = ∆TVC/∆Q = w/MPL

 

3.             Fungsi Biaya Jangka Panjang

Kurva biaya jagka panjang  melihat hubungan antara larva biaya rata-rata jangka panjang dengan kurva biaya rata-rata jangka pendek perusahaan tersebut. kita mendefinisikan jangka panjang sebagai suatu periode di mana seluruh input adalah variabel. Sehingga, seluruh biaya adalah variabel dalam jangka panjang (artinya, perusahaan tidak menghadapi biaya tetap).

Kurva biaya total jangka panjang (long-run total cost/LTO diturunkan dari pola ekspansi perusahaan dan menunjukkan biaya total jangka panjang minimal dalam  memproduksi berbagai tingkat output.

Kurva Biaya Jangka Panjang :

Long-Run Total Cost = LTC = f(Q)

Long-Run Average Cost = LAC = LTC/Q

Long-Run Marginal Cost = LMC = DLTC/D

Penurunan kurva biaya total, rata-rata dan marjinal dalam jangka panjang

Fig0703

Hubungan antara Kurva Biaya Rata-rata Jangka Pendek dan Jangka    Panjang :

Fig0704

Kemungkinan Bentuk Kurva LAC (Long Average Cost) :

    Fig0706

 

Ø Ukuran Pabrik Dan Skala Ekonomis

Ekonomis muncul pada tingkat output yang lebih besar. “skala ekonomis” merujuk pada suatu situasi di mana pertumbuhan output secara proporsional lebih cepat dibandingkan input.

Dengan harga input konstan, akan menyebabkan biaya per unit menjadi Iehih tinggi. Sehingga, skala hasil menurun tercermin dalam suatu kurva LAG yang meningkat (naik).

4.             Kurva Pembelajaran

Begitu perusahaan memperoleh pengalaman dalam produksi suatu komoditas atau jasa, biaya produksi rata-ratanya biasanya menurun. Artinya, untuk suatu tingkat output per periode waktu, peningkatan output total secara kurmulatif selama beberapa periode waktu, sering memberikan pengalaman memproduksi yang memungkinkan perusahaan menurunkan biaya rata-rata produksi.  

Kurva Pembelajaran (Learning Curve) menunjukan penurunan dalam biaya input rata-rata dalam produksi serta peningkatan output total secara kumulatif sepanjang waktu, sebagai contohnya : perusahaan membutuhkan 1.000 jam  untuk merakit pesawat terbang yang ke 100 tetapi untuk yang ke 200 hanya diperlukan 700 jam, ini disebabkan oleh  para manajer dan pekerja lebih efisien seiring dengan adanya pengalaman dalam berproduksi.

Minimisasi Biaya secara Internasional – Skala ekonomis yang baru :

·      Perdagangan Internasional dalam input à sumber input asing merupakan persyaratan untuk tetap kompetitif.

·      Skala ekonomis internasional baru à harus terus menerus melakukan eksplorasi sumber-sumber input yang murah dan produksi di luar negeri untuk tetap kompetitif.

·      Imigrasi tenaga kerja terdidik à pelarian tenaga ahli

Analisis Biaya-Volume Laba (cost-volume-profit or breakeven analysis) :

Total Revenue (TR) = (P)(Q)

Total Cost (TC) = TFC + (AVC)(Q)

Breakeven Volume TR = TC

(P)(Q) = TFC + (AVC)(Q)

QBEP = TFC/(P - AVC)

Diketahui data sebagai berikut :

P = 40

TFC = 200

AVC = 5

QBEP = 40

Fig0708

 

Gambar dari data diatas adalah :

Operating Leverage mengacu pada rasio biaya tetap total dengan biaya variabel  total pada perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi leverage suatu perusahaan.

Operating Leverage, BEP dan Variabilitas Laba :

Estimasi Empiris fungsi biaya : Bentuk fungsi biaya jangka pendek

Fig0710

 

Fig0711

Estimasi empiris kurva biaya Jangka Panjang :

·         Cross-Sectional Regression Analysis

·         Engineering Method (tehnik rekayasa)

·         Survival Technique (tehnik survival)

5.             Manajemen Logistik Atau Penawaran Berantai

Logistik (logistic), atau manajemen penawaran berantai, merujuk pada penggabungan di tingkat korporat atas:

      Pembelian (Purchasing)

      Transportasi (Transportation)

      Pergudangan (Warehousing)

      Distribusi (Distribution)

      Pelayanan Konsumen (Customer Services)

daripada dilakukan sendiri-sendiri secara terpisah di antara mereka di tingkat divisi.

       Sumber keunggulan kompetitif (Source of competitive advantage)

       Alasan untuk pertumbuhan logistik :

      Peningkatan dalam teknologi komputer

      Penurunan biaya dalam pemecahan logistic

      Pertumbuhan penggunaan manajemen  persediaan  Just in time

      Pembelian input dan penjualan produk lebih rumit dan terintergrasi tertutup.

      Globalisasi  untuk produksi dan distribusi

      Kenaikan kompleksitas dari aliran input dan output.

Logistik juga dapat membantu menghindarkan masalah-masalah serius lainnya (balikan menggelikan). Ada tiga alasan munculnya dan pentumbuhan yang cepat atas logistic, yaitu:  

-      Pertama adalah pengembangan algoritma yang baru dan lebih cepat dan komputer-komputer yang lehih cepat yang secara luas memfasilitasi pemecahan permasalahan logistik yang kompleks.

-      Kedua adalah pertumbuhan penggunaan manajemen persediaan just-in-time, di mana pembelian input dan penjualan produk lebih rumit dan tenintegrasi lehih tertutup dengan keseluruhan fungsi fungsi lain dalam perusahaan.

-      Ketiga adalah meningkatnya kecenderungan menuju globalisasi produksi dan distnibusi dunia saat ini. Dengan produksi. distribusi, pemasaran, dan aktivitas keuangan perusahaan utama dunia yang tersebar di selunuh dunia, kebutuhan manajemen logistik menjadi lebih penting-dan  menguntungkan.

6.             Pola Perilaku Dan Fungsi Biaya

Perubahan biaya total sebagai akibat dari perubahan volume kegiatan perusahaan, sebagaimana telah dibahas dimuka, ada 3 macam pola, yaitu :

  1. Jumlahnya tetap, meskipun volume kegiatan berubah (biaya tetap)
  2. Jumlahnya berubah secara proporsional dengan perubahan volume kegiatan (biaya variable)
  3. Jumlahnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan (biaya semi variable)

Untuk keperluan perencanaan dan pengendalian biaya, manajemen harus mengetahui pola perilaku masing-masing biaya.

Untuk menggambarkan hubungan antara biaya total dengan volume kegiatan perusahaan, pada umumnya dinyatakan dengan fungsi biaya berikut :

Biaya Total =   Biaya Tetap Total + Biaya Variabel Total

Biaya total merupakan gabungan antara biaya yang berpola tetap (biaya tetap) dan berpola variable ( biaya variable). Umumnya untuk penyederhanaan dianggap pola tersebut berbentuk garis lurus dan linier, untuk hal tersebut, diperlukan beberapa asumsi, yaitu :

1.      Hubungan teknis antara inputs dan outputs bersifat linier, misalnya setiap satuan outputs memerlukan jumlah inputs yang sama besarnya.

2.      Jumlah input yang diperlukan harus sama dengan jumlah input yang digunakan

3.      Harga perolehan input bersifat linier dengan Kuantitas input yang digunakan

Asumsi tersebut hampir tanpa pengecualian dapat diterima oleh para akuntan dan manajer dalam menentukan pola tingkah laku biaya. Pada kenyataannya banyak hal yang membuat sesuatu biaya mutlak berperilaku tetap atau variable. Misalnya biaya bahan baku tidak mutlak biaya variable, karena suatu pembelian bahan baku dalam kuantitas yang lebih banyak kemungkinan besar akan mempunyai harga yang lebih rendah disbanding jika dibeli dalam jumlah yang lebih sedikit. Karena asumsi tersebut maka pola tingkah laku biaya yang tidak linear (nonlinear) tidak dikemukakan pada pembahasan ini.

Biaya variable total jumlahnya dipengaruhi oleh besar-kecilnya volume kegiatan. Dengan perkataan lain biaya variable total merupakan hasil perkalian antara biaya variable per unit dengan volume kegiatan. Dengan demikian fungsi biaya tersebut diatas dapat pula dinyatakan sebagai berikut :

Biaya Total =

Biaya Tetap Total +Biaya Variabel per Unit x Volume kegiatan

 

Ø Metode Penentuan Pola Perilaku Biaya

Terdapat tiga pendekatan dalam menentukan Pola Perilaku Biaya :

a.    Pendekatan Intuisi

Merupakan pendekatan yang didasarkan intuisi manajemen. Intuisi tersebut bisa didasari atas surat-surat keputusan, kontrak-kontrak kerja dengan pihak lain dan sebagainya. Ex : Manajemen menetapkan bahwa biaya penyusutan merupakan biaya tetap, biaya komisi merupakan biaya variable dan lain sebagainya.

b.    Pendekatan Analisis Enjinering

Yang didasarkan pada hubungan fisik yang jelas antara masukan (input) dengan keluaran (output). Misalnya: sebuah perusahaan yang memproduksi mobil, maka sebuah mobil secara fisik dapat diketahui bahwa akan memerlukan sebuah mesin, 4 buah ban, dan lain sebagainya. Dengan demikian harga ban merupakan harga yang membentuk biaya variable. Insinyur dan atau tenaga kerja yang terlibat langsung dengan pengolahan fisik mobil tersebut, biaya gaji atau upah mereka merupakan biaya variable.

c.    Pendekatan Analisis Data Biaya Masa Lalu

Pendekatan yang didasarkan pada data biaya masa lalu. Pendekatan ini berasumsi bahwa biaya dimasa yang akan dating sama perilakunya dengan biaya di masa yang lalu. Data biaya masa lalu dianalisis untuk mengetahui perilaku masing-masing biaya.

 

Ada beberapa metode untuk menentukan pola perilaku biaya dengan analisis perilaku biaya masa lalu, antara lain :

1)   Metode Titik Tertinggi dan Titik Terendah

Merupakan sebuah cara /metode untuk menganalisis biaya masa lalu pada volume kegiatan yang tertinggi dan volume kegiatan yang terendah.

 

 

 

 

 

 

Contoh :

Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik tahun 1988 adalah sebagai berikut :

Bulan

Volume Produksi

Biaya Reparasi & Pemeliharaan

(Rp)

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember

150

200

250

300

275

225

175

125

100

120

160

220

175.000

200.000

225.000

250.000

237.500

212.500

187.500

162.500

150.000

160.000

180.000

210.000

 

Berdasarkan data diatas, volume produksi tertinggi adalah bulan April 1988 yaitu, 1.300 unit dengan biaya Rp. 250.000, sedangkan volume produksi terendah adalah bulan September 1988 yakni 100 unit dengan biaya Rp. 150.000.

Selanjutnya volume produksi dan biaya pada kedua titik tertinggi dan terendah tersebut dianalisis dengan cara menghitung selisih diantara keduanya.

Perhitungannya adalah sebagai berikut :

 

Bulan

Volume Produksi

Biaya Reparasi & Pemeliharaan (Rp)

Keterangan

April 1988

Sept. 1988

300 Unit

 

100 Unit

250.000

 

150.000

Tertinggi

 

Terendah

200 Unit

100.000

Selisih

 

Selisih tersebut merupakan unsure variable dari biaya yang bersangkutan. Selisih per unit yakni dengan membagi selisih biaya dengan selisih volume merupakan biaya variable per unit atau dalam fungsi biaya tersebut diatas dinyatakan dalam symbol b. dengan demikian dapat dirumuskan sbb :

Untuk a (biaya tetap total) dihitung dengan cara menghitung selisih antara total biaya dengan total biaya variable, sebagai contoh untuk biaya pada bulan April 1988 :

Total biaya (Y)        = Rp. 250.000

Total biaya variable = Rp. 500.000 x 300        

                                 = Rp. 150.000

Total biaya tetap

a)  =  Rp. 100.000

Dengan demikian fungsi biaya reparasi dan pemeliharaan dapat dinyatakan sebagai berikut :

Y  =  100.000  +  500  .  x

Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa dalam metode titik tertinggi dan titik terendah yang pertama kali ditentukan adalah biaya variable. Setelah biaya variable per unit dapat ditentukan baru ditentukan biaya tetapnya.

2)   Metode Biaya Cadangan

Analisis perilaku biaya dalam metode ini adalah dengan terlebih dahulu menentukan unsure biaya tetap dari biaya yang bersangkutan. Hal ini berbeda dengan metode pertama yang menentukan unsure variable terlebih dahulu.

Penentuan unsure biaya tetap dilakukan dengan cara menghentikan kegiatan perusahaan untuk sementara waktu. Dengan cara ini diketahui besarnya biaya yang terjadi jika perusahaan berhenti kegiatannya. Biaya yang timbul selama kegiatan perusahaan dihentikan disebut biaya cadangan (standby cost), yang merupakan unsure biaya tetap dari biaya yang dianalisis. Selisih antara biaya cadangan dengan biaya yang terjadi selama kegiatan perusahaan berjalan merupakan unsure biaya variable.

Contoh :

Biaya listrik pada tingkat produksi 100.000 unit adalah Rp. 1.200.000 sedangkan biaya listrik yang harus dibayar pada saat kegiatan produksi dihentikan (produksi sama dengan nol) adalah sebesar Rp. 800.000. dari data tersebut diatas penentuan pola perilaku biaya listrik adalah sbb :

 

Volume Produksi

Biaya

Keterangan

100.000

0

Rp. 1.200.000

Rp. 800.000

Total Biaya

Total Biaya Tetap

(Biaya Cadangan)

 

Selisih (Total Biaya Variabel)

100.000

Rp. 400.000

 

 

(a)    Biaya tetap = Rp. 800.000

(b)    Biaya variable per unit = Rp. 400.000

                                   Rp. 100.000

                                  = Rp. 4.00

dengan demikian fungsi biaya listrik adalah :

Y  =  800.000  +  4  .  x

3)             Metode Kuadrat Terkecil

Penentuan pola perilaku biaya menurut metode ini adalah dengan menentukan total biaya tetap dan biaya variable per unit dengan menggunakan rumus sbb :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C.           PENUTUP

1.    Kegiatan Perkuliahan

a.Kegiatan Dosen

1)      Dengan metode ceramah bervariasi menjelaskan topic 8.

2)      Mengarahkan presentase dan diskusi.

3)      Memberi dan  menagih penugasan individu untuk tugas.

b.Kegiatan Mahasiswa

1)      Memperhatikan dan mengkaji penjelasan materi topic 8.

2)      Melaksanakan diskusi dan presentase

3)      Menyelesaikan dan menyerahkan tugas kelompok dan  individu 1.

2.    Evaluasi

a. Jenis Evaluasi:

Pre test dan post test, serta partisipasi kegiatan pembelajaran.

b.Alat Evaluasi:

Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi pokok bahasan 8

c.Materi Evaluasi:

1)      Menjelaskan konsep biaya-biaya.

2)      Menjelaskan fungsi biaya jangka pendek.

3)      Menjelaskan fungsi biaya jangka panjang.

4)      Menjelaskan kurva pembelajaran

5)      Menjelaskan manajemen logistic atau penawaran berantai

6)      Menjelaskan pola perilaku dan fungsi biaya.

 

 

 

 

 

 

 

BAB IX

PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA

A.           PENDAHULUAN

Secara umum  materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman kepada mahasiswa tentang penaksiran dan permalan biaya pada ekonomi manajerial, sehingga setelah mempelajari materi  dalam bab IX ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penaksiran dan permalan biaya pada ekonomi manajerial.

Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:

1)   Menjelaskan konsep penaksiran dan peramalan.

2)   Menjelaskan penaksiran biaya jangka pendek.

3)   Menjelaskan peaksiran  biaya jangka panjang.

4)   Menjelaskan permalan biaya.

 

B.            PENYAJIAN MATERI

1.             Konsep Penaksiran dan Peramalan

Pengaruh tentang fungsi biaya jangka pendek, biaya jangka panjang, maupun peramalan biaya, memainkan peranan penting didalam pengambilan keputusan manajerial. Oleh karena itu suatu perusahaan harus memiliki informasi penaksiran dan peramalan yang baik untuk mempertemukan dan posisi kurva biaya dari perusahaan yang berkaitan dengan sejumlah faktor penting baik dari dalam maupun luar pengendalian perusahaan.

Fungsi biaya jangka pendek memberikan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan-keputusan operasional khususnya dalam menilai optimalisasi tingkat output sekarang seta memecahkan masalah pengambilan keputusan dengan menggunakan analisis distribusi, sedangkan fungsi biaya jangka panjang berguna dalam memberikan informasi tentang proses perencanaan jangka panjang terutama apabila perusahaan akan melakukan ekspansi atau kontraksi perusahaan serta untuk meyakinkan bahwa ukuran perusahaan yang ada sudah optimal untuk tingkat output yang diproduksi. Untuk menaksir biaya masa mendatang perusahaan perlu meramalkan perubahan teknologi dan perubahan rasio harga faktor produksi serta mengisolasinya dari pengaruh inflasi pada waktu yang akan datang.

Adapun tujuan dari bahan atau materi ini adalah untuk memahami tentang konsep penaksiran biaya jangka pendek dan penaksiran biaya jangka panjang pada suatu perusahaan serta untuk mengetahui konsep peramalan biaya suatu perusahaan.

2.             Penaksiran Biaya Jangka Pendek

Penaksiran Biaya Jangka Pendek dapat dilakukan dengan beberapa macam cara antara lain:

a.    Ekstrapolasi Sederhana

Metode paling sederhana dari penaksiran biaya adalah dengan mengekstraplasikan tingkat MC atau AVC saat ini dengan tingkat output masa lalu atau yang akan datang. Seringkali perusahaan menganggap bahwa Biaya Marjinal (MC) atau AVC selalu konstan pada tingkat output tertentu. Anggapan ini mengandung arti bahwa input-input variabel menghasilkan penerimaan konstan, sehingga tidak ada increasing returns atau deminishing returns dalam proses produksi jangka pendek. Jika keadaan efisiensi yang konstan ini benar-benar terjadi dalam proses produksi, maka ekstrapolasi sederhana merupakan metode yang cukup tepat untuk menaksir biaya. Tetapi jika biaya marjinal kenyataannya meningkat dengan adanya tambahan unit output, maka metode ini akan menghasilkan keputusan yang salah.

Apabila pembuat keputusan beranggapan bahwa MC cenderung menuru jika outputnya meningkat atau biaya marjinal tidak mungkin naik turun, sehingga penaksiran terbaik adalah dengan mengasumskan bahwa MC konstan. Pendekatan terbaik untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan mengasumsikan bahwa MC konstan untuk tujuan ekstrapolasi dan kemudian meneliti sensitivitas keputusan yang dibuat berdasarkan asumsi tersebut.

 

Contoh:

Perusahaan pakaian dalam memperoleh pesanan tambahan 500 lusin pakaian dalam. Perusahaan menetapkan harga rata-rata Rp. 7.000,- per lusin. Namun secara tiba-tiba di dalam perusahaan tersebut ada perganian manajer produksi, karena tidak lengkapnya data manajer tersebut tidak dapat menaksirkan biaya incremental. Dengan bekerja keras akhirnya manajer mengetahui bahwa produksi minggu ini sebesar 7.000 lusin dengan TVC Rp. 42.000.000,- dan AVC Rp. 6.000,- per lusin. Guna memenuhi pesanan tersebut, maka tingkat output harus ditingkatkan menjadi 7.500 lusin per minggu yang masih dalam jangkauan kapasitas pabrik.

Karena informasi tak lengkap, maka manajer produksi tersebut mengekstrapolasikan data tunggal yang dimiikinya. Untuk mengetahui lebih jelas dari hasil ekstrapolasi yang dilakukan lihat gambar 1 berikut:

Gambar 1. Ekstrapolasi Berdasarkan MC yang Konstan

TVC

 
                                         

 

 

 

 


Output (000s of dozens)

 

 

 

 


                                                                            

Output (000s of dozens)

 

 


Gambar 1 menunjukkan kurva TVC, AVC,dan MC yang diperoleh berdasarkan ekstrapolasi dari kurva tersebut dengan anggapan MC konstan pada tingkat output 7.000 – 7.500 lusin.

Apabila tidak ada perubahan biaya lainnya, kita dapat memperkirakan biaya incremental yaitu sebesar Rp. 3.000.000,- untuk produksi tambahan sebesar 500 lusin dan penerimaan incremental Rp. 3.500.000,- sehingga dari keputusan ini diharapkan positif Rp. 500.000,- Jika TVC meninkat menjadi Rp. 45.500.000,- dan AVC juga meningkat menjadi Rp. 6.067,- per lusin (lebih tinggi dari AVC sebelumnya), oleh karena keputusan ini sangat sensitif terhadap asumsi MC konstan, maka lebih baik perusahaan menolak pesanan tersebut.

b.   Analisis Gradien

Gradien kurva TC adalah tingkat perubahan TC pada tingkat interval output tertentu. Analisis Gradien ini dapat dihitung dengan rumus berikut:

Gradien TC tidak sama persis dengan MC, karena MC menunjukkan perubahan TC yang hanya mengakibatkan perubahan satu unit output, sedangkan dalam praktek output cenderung berubah dengan loncatan yang tidak teratur, oleh karena itu kita harus menghitung gradien tersebut dengan interval yang lebih besar dari satu unit.

Contoh:

Diketahui bahwa perusahaan sebelumnya memproduksi 7.000 lusin dengan TVC Rp. 42.000.000,- kemudian perusahaan memperoleh pesanan tambahan sebesar 500 lusin. Perhatikan bahwa TVC untuk memproduksi 7500 lusin adalah Rp. 48.750.000,-

Jadi gradien TVC dapatdihitung sebagai berikut:

 

                                                                 

 

                  = 13.500

Jadi, perubahan TVC pada interval output 7000 – 7500 lusin adalah Rp. 13.500 per unit (nilai MC pada tingkat utput).

c.    Analisa Regresi

Untuk menggunakan Analisa Regresi dalam menganalisis hubungan antara biaya dengan suatu tingkat output tertentu, haruslah memiliki jumlah observasi data biaya output yang lebih banyak, sehingga dapat diperoleh penaksir MC. Kalau kita ingin menaksir fungsi biaya dari suatu perusahaan tertentu, maka harus menggunakan data runtut waktu dari perusahaan tersebut.

Penggunaan data runtut waktu ini kadang-kadang menimbulkan masalah yaitu jika selam periode observasi beberapa faktor mengalami perubahan, maka hasil dari analisis regresi akan menjadi kurang dapat dipercaya. Untuk menghindari masalah ini data biaya harus deflasi dengan sebuah indeks yang tepat dan unsur waktu harus dimasukkan sebagai variabel bebas dalam persamaan regresi yang akan ditaksir.

Analisa dengan data runtut waktu sangat peka terhadap masalah kesalahan pengukuran (measurement error), jadi untuk analisa data biaya harus mencakup semua biaya yang timbul dalam memproduksi suatu tingkat output tertentu baik yang sudah dibayar maupun yang belum.

 

 

 

 

Tabel  Catatan Tingkat Output dan Total Biaya Variabel suatu Pabrik

 

AKHIR MINGGU

OUTPUT

(GALON)

TOTAL

BIAYA

VARIABEL

7 September

14 September

21 September

28 September

5 Oktober

12 Oktober

19 Oktober

26 Oktober

2 November

9 November

16 November

23 November

7.300

8.450

8.300

9.500

6.700

9.050

5.450

5.950

5.150

10.050

10.300

7.750

5.780

7.010

6.550

7.620

5.650

7.100

5.060

5.250

4.490

7.520

8.030

6.350

 

Misalkan output dan TVC dari perusahaan telah dicatat selama tiga bulan seperti pada tabel 1 jumlah output bervariasi dari minggu ke minggu karena pasokan bahan baku yang sulit diramalkan.

Dari data yang ada tampaklah bahwa TVC berubah-ubah secara positif mengikuti tingkat output perusahaan tersebut. Tetapi bagaimanakah bentuk dari hubungan tesebut? Spesifikasi bentuk fungsional mempunyai implikasi penting dalam penaksiran kurva MC yang akan dihasilkan oleh suatu analisa regresi. Jika kita membuat spesifikasi TVC sebagai fungsi linier, maka TVC = a + bQ, penaksiran MC adalah parameter b, karena MC ekuivalen dengan turunan fungsi dari TVC pada output. Pada gambar 2 ditunjukkan kurva AVC dan MC dari suatu kumpulan observasi data tertentu, yang dihasilkan oleh analisa regresi yang menggunakan spesifikasi hubungan linier. AVC adalah TVC per Q maka kurva AVC akan turun dan mendekati kurva MC secara asimtotis           

kurvGambar 2, Fungsi Biaya Variabel Linier

  TVC = a + bQ

 
           

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Alternatif lain untuk observasi data yang sama spesifikasi fungsi pangkat dua (kuadratik), jadi TVC = a + bQ + cQ2 maka MC tidak akan konstan tetapi menaik jika fungsi output konstan. Pada gambar dibawah ini ditunjukkan hubungan kuadratik dari observasi data yang sama.

 

 

 

Gambar Fungsi Biaya Variabel Kuadratik

kurv chptr 8 


kurv chptr 8                                                                       

 

 

 

 

 

 

kurv chptr 8                             

                                                     

 

 

 

 

 

Kalau kita mengangap hubungan fungsional tersebut adalah fungsi pangkat tiga (kubik) TVC = a + bQ – cQ2 + dQ3, maka penaksiran MC yang dihasilkan oleh analisa regresi bersifat kurva linier dan akan meningkat secara kuadratik sesuai dengan tingkat output (Gambar ).

 

 

 

 

 

 

 

Gambar Fungsi Biaya Variabel Pangkat Tiga (Kubik)

0

 
kurv chptr 8001                                                            

                 

Dari ketiga bentuk spesifikasi fungsi biaya tadi yang manakah yang akan kita pilih? Dalam memilih analisa regresi yang tepat untuk pengambilan keputusan, kita harus yakin betul bahwa kurva MC dan AVC yang dihasilkan benar-benar menunjukkan hubungan biaya output yang paling akurat. Dengan menggambarkan data TVC dalam sebuah grafik, akan diketahui bahwa satu dari ketiga bentuk fungsional diatas merupakan bentuk yang terbaik yang menunjukkan hubungan antara dua variabel itu.

3.             Penaksiran Biaya Jangka Panjang

Ø Analisis Regresi dengan menggunakan Data Seksi Silang

Pada metode ini akan dibahas tentang usaha untuk menemukan ukuran pabrik yang berbeda pada waktu tertentu dengan asumsi tehnologi dan harga faktor produksi tetap.

Gambar 5, Taksiran Kurva LRAC dengan

Data Seksi Silang

kurv chptr 8002

 

 

          

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dari gambar diatas dapat dilihat kurva biaya jangka pendek aktual dari 5 pabrik yang diteliti yang ditunjukkan oleh SRAC5. Nilai-nilai output/biaya rata-rata ditunjukkan oleh titik pada tiap kurva biaya jangka pendek yang diberi tanda bintang (*). Dari analisis terdahulu terlihat adanya penaksiran yang berlebihan karena adanya economies dan diseconomies of plant size karena titik-titik observasi bagi setiap pabrik bukan merupakan titik persinggungan dengan kurva LRAC aktual, sehinga analisis regresi dengan data seksi silang cenderung menggambarkan hasil yang keliru mengenai economies dan diseconomies of plant size yang mungkin terjadi. Hal ini terjadi karena kesalahan pengukuran dengan asumsi bahwa titik-titik data adalah titik singgung antara SRAC dan LRAC, padahal kenyataannya titik data tersebut bukan merupakan titik singgung tersebut.

Masalah kedua ditimbulkan oleh data seksi silang ini adalah bahwa banyak pabrik yang tidak dapat beroperasi pada tingkat harga dan produktivitas yang sama. Hal ini disebabkan jika pabrik tersebut beroperasi di lingkugan geografi, politis dan sosio-ekonomi yang berbeda, maka harga dan produktivitas akan berbeda diantara pabrik-pabrik tersebut.

4.             Peramalan Biaya

Peramalan biaya diperlukan apabila keputusan-keputusan yang diambil mencakup tingkat biaya untuk periode-periode yang akan datang seperti dalam keputusan-keputusan mengikat kontrak, keputusan membeli atau keputusan-keputusan lain yang mempunyai implikasi biaya bukan hanya pada periode sekarang.

Peramalan biaya untuk berbagai tingkat output pada periode yang akan datang memerlukan penaksiran tentang perubahan efisiensi proses produksi secara fisik, dan perubahan harga faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Peramalan biaya dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

a.    Perubahan Produktivitas Faktor Produksi

Jika kita perhatikan efisiensi fisik dari proses produksi pada periode yang akan datang, maka kita harus memperkirakan bahwa produktivitas faktor produksi tersebut akan berubah sepanjang waktu. Contohnya mesin dan peralatan lain, diharapkan untuk lebih efisien jika diukur dari output per jam yang dihasilkannya (berdasar kriteria yang lain) karena penerapan kemajuan teknologi pada mesin-mesin tersebut.

Meningkatnya penggunaan mesin dan peralatan yang dikendalikan dengan komputer telah menyebabkan meningkatnya produktivitas peralatan modal secara cukup besar pada waktu belakangan ini. Seperti halnya produktivitas modal, produktivitas tenaga kerja juga juga diharapkan meningkat dengan berjalannya waktu, karena tingkat pendidikan karyawan yang lebih tinggi dan semakin berpengalamannya para karyawan dengan proses produksi mekanis.

Produktivitas tenaga kerja biasanya dinyatakan sebagai unit output per unit tenaga kerja, dan karena itu memberikan sumbangan pula bagi kenaikan produktivitas faktor-faktor modal seperti mesin dan peralatan. Dengan demkian produktivitas tenaga kerja merupakan gabungan antara produktivitas modal dan tenaga kerja.

b.   Perubahan Harga Faktor Produksi

Jika biaya dari semua input meningkat dengan proporsi yang sama, maka kombinasi faktor produksi yang optimal tidak akan berubah pada tingkat output tertentu, meskipun akan menimbulkan biaya yang lebih besar. Jika semua harga input tersebut akan tetap sama dan tidak akan ada insentif untuk mensubtitusikan satu input dengan input yang lainnya. Ini berarti bahwa proporsi input yang optimal (rasio modal tenaga kerja pada kasus yang paling sederhana) akan tetap sama.

Dengan demikian, biaya-biaya pada periode yang akan datang akan sama dengan biaya pada periode sekarang ditambah dengan presentase kenaikan biaya yang diperkirakan.

Bila kekuatan pasar di pasar faktor-faktor produksi mengakibatkan harga satu faktor produksi akan naik dibandingkan dengan harga faktor produksi yang lain, maka perusahaan akan mensubtitusikan dengan faktor produksi yang lebih murah sebagai akibat dari adanya kenaikan harga tersebut. Jadi, jika biaya tenaga kerja diperkirakan akan naik lebih cepat daripada biaya modal dimasa yang akan datang, maka perusahaan akan mensubtitusikan dengan faktor produksi yang lebih murah sebagai akibat dari adanya kenaikan harga tersebut.

Jadi, jika biaya tenaga kerja diperkirakan akan naik lebih cepat daripada biaya modal dimasa yang akan datang, maka perusahaan akan mensubtitusikan tenaga kerja dan modal dengan maksud untuk meminimalkan biaya pada tingkat-tingkat output tertentu. Jika proses ini berlanjut terus dimasa yang akan datang, maka perusahaan mestinya akan menggunakan proses produksi yang padat modal pada periode-periode yang akan datang.

c.    Penaksiran Kurva Learning

Kurva learing menghubungkan biaya per unit dengan volume produksi kumulatif dari suatu produk tertentu. Bahwa produktivitas input akan meningkat apabila input-input tersebut telah mempelajari proses produksi, sehingga biaya per unit turun jika volume produksi meningkat. Biaya per unit (pada tingkat output tertentu per periode dalam pabrik tertentu) cenderung menurun dengan persentase yang relatif stabil setiap kali volume produktif digandakan. Bila tingkat learning adalah sekitar 20% dengan kata lain biaya unit akan turun kira-kira 20% setiap kali tingkat output kumulatif naik dengan faktor 2,4,8,16,32,64,128 dan seterusnya.

Untuk suatu tingkat output yang konstan setiap periode waktu, rangkaian angka tersebut menunjukkan jumlah periode sebelum mencapai penurunan 20% biaya unit yang dicapai, jadi perubahan biaya per unit antara dua periode produksi yang ditimbulkan oleh efek learning, akan sangat jelas jika proses produksi baru dilakukan dan dapat diabaikan ketika proses produksi telah mencapai kematangan.

Gambaran mengenai penggandaan output secara berturut-turut menunjukkan bahwa kurva learning bukan merupakan garis lurus, tetapi biaya per unit merupakan fungsi output kumulatif yang menurun secara eksponensial, dengan kata lain kurva learning dapat dinyatakan sebagai fungsi pangkat atau fungsi eksponensial dengan bentuk sebagai berikut:

SRAC = aQb

Dimana:

Q adalah tingkat volume kumulatif 

a  adalah biaya produksi hipotesis dari unit pertama     

b adalah merupakan tingkat dimana SRAC akan menurun jika output dinaikkan (biasanya merupakan angka negatif)

Untuk menunjukkan SRAC dan nilai output kumulatif yang diteliti dalam bentuk logaritma, maka digunakan analisis regresi untuk menaksir parameter a dan b dengan rumus sebagai berikut:

Log SRAC = Log a + b Log Q

 

Tabel: Observasi SRAC dan Volume Kumulatif serta Logaritmanya.

Tanggal observasi

Biaya

Per unit

(srac)

Volume

Kumulatif

( q )

Log srac

( y )

Log

( x )

30 Sept

15 Des

1 Maret

15 Mei

9,00

7,20

6,50

5,85

150

275

350

500

0,9542

0,8573

0,8129

0,7672

2,1761

2,4393

2,5441

2,6990

 

Contoh:

Suatu pabrik telah meneliti bahwa biaya per unit dari suatu produk tertentu menurun jika output kumulatif meningkat, seperti yang ditunjukkan pada tiga kolom pertama dari tabel 3 diatas. Logaritma dari SRAC dan Q ditunjukkan pada dua kolom terakhir. Log SRAC sebagai variabel Y, Log Q sebagai variabel X dengan rumus:

Y = a +  bX

Sedangkan perhitungan untuk menemukan parameter a dan bditunjukkan pada tabel berikut:

 

 

 

 

 

Tabel Perhitungan untuk Parameter Regresi Bagi Kurva Learning

Y

X

XY

X2

0,9542

0,8573

0,8129

0,7672

2,1761

2,4393

2,5441

2,6990

2,0764

2,0912

2,0681

2,0707

4,7354

5,9502

7,2846

7,2846

3,3916

9,8585

8,3064

24,4426

 

0,8479

 

Learning curve sering dinyatakan sebagai presentasi penurunan dalam average cost (AC) untuk setiap kenaikan dua kali lipat volume kumulatif. Untuk menemukan presentase ini, secara sederhana kita hanya memilih dua tingkat output (output yang satu besarnya 2 kali yang lain) dan menghitung persentase dimana SAC menurun. Misalnya dengan mengestimasi SAC pada output kumulatif 200 dan 400 unit dari learning curve kita akan mendapatkan:

 

Untuk 200 unit:

SAC = 55,18 (200 -0,3627) = 8,076

Dan untuk 400 unit:

SAC = 55,18 (400 -0,3627)= 6,281

Jadi, SAC pada 400 unit, adalah:

Dari SAC pada 200 unit dan kita dapat melihat sedikitnya ada penurunan 22 % dalam average cost apabila volume kumulatif dilipatgandakan. Kita dapat memprediksi bahwa SAC akan terus turun kira-kira 22% untuk tiap penggandaan tingkat output kumulatif berikutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C.           PENUTUP

1.    Kegiatan Perkuliahan

a. Kegiatan Dosen

1)      Dengan metode ceramah bervariasi menjelaskan topic 9.

2)      Mengarahkan presentase dan diskusi.

3)      Member dan  menagih penugasan individu untuk tugas.

b.    Kegiatan Mahasiswa

1)      Memperhatikan dan mengkaji penjelasan materi topic 9.

2)      Melaksanakan diskusi dan presentase

3)      Menyelesaikan dan menyerahkan tugas kelompok dan  individu .

2.    Evaluasi

a.    Jenis Evaluasi:

Pre test dan post test, serta partisipasi kegiatan pembelajaran.

b.Alat Evaluasi:

Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi pokok bahasan 9

c.    Materi Evaluasi:

1)      Jelaskan konsep penaksiran dan peramalan.

2)      jelaskan penaksiran biaya jangka pendek.

3)      Jelaskan peaksiran  biaya jangka panjang.

4)      Jelaskan permalan biaya.

 

 

 

 

 

 

BAB X

MODEL-MODEL PENETAPAN HARGA DAN PRAKTEK PENETAPAN HARGA PRODUK PERUSAHAAN

 

A.           PENDAHULUAN

Secara umum  materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman kepada mahasiswa tentang penetapan haga dalam praktek pada ekonomi manajerial, sehingga setelah mempelajari materi  dalam bab IX ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penetapan haga dalam praktek pada ekonomi manajerial.

Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:

1)   Menjelaskan ruang lingkup penetapan harga.

2)   Menjelaskan Model-model Penetapan Harga.

3)   Menjelaskan Penetapan Harga jual dengan menggunakan Pendekatan Marginal.

4)   Menjelaskan penetapan Harga Jual dengan Rule' of Thumb (Markup Pricing).

5)   Menjelaskan manfaat penetapan harga dalam perusahaan.

 

B.            PENYAJIAN MATERI

1.             Ruang Lingkup Penetapan Harga

Para ekonom telah melakukan pengembangan secara luas macam-macam model penetapan harga produk perusahaan. Model-model tersebut secara khusus mencoba menjelaskan kepada manajer-manajer perusahaan dalam pemilihan harga yang dikaitkan dengan tingkat output, dasar memaksimumkan laba atau pencapaian sesuatu tujuan lainnya. Model-model harga ini mengkaji bersama-sama kurva permintaan (yang diarnbil dari model perilaku konsumen) dengan kurva biaya (yang diambil dari model-model proses produksi produk perusahaan) .

Model-model penetapan harga produk perusahaan dapat dicirikan oleh asumsi-asumi yang mendasarinya. Masing-masing model memiliki asumsi-asumsi struktural dan asumsi-asumsi perilaku. Asumsi-asumsi struktural menentukan pcrmintaan dan kondisi biaya yang ditunjukkan perusahaan, sedangkan  asumsi- asumsi perilaku  menentukan  bagaimana perusahaan berperilaku dalam situasi pasar.

Pembahasan asumsi-asumsi yang mendasari beberapa model penetapan harga produk perusahaan di kaji dalam model-model persaingan murni atau persaingan sempurna, monopoli, kompetisi monopolistik, dan oligopoli.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pembahasan makalah ini adalah:

a)    Asumsi-Asumsi Yang Mendasari Model                             

Dalam penetapan harga produk perusahaan, tidak hanya ditentukan oleh biaya produksi dan permintaan, tetapi juga tergantung pada bentuk pasar. Teori harga tradisional menggambarkan 4 dasar bentuk pasar yaitu; .(1) Kompetisi murni, (2) Kompetisi monopolistik, (3) Monopoli dan (4) Oligopoli. Masing-masing bentuk pasar memiliki asumsi-asumsi yang mendasarinya.

Setiap bentuk pasar memiliki 7 asumsi yang mendasarinya yaitu terdiri dari 4 asumsi struktural dan 3 asumsi perilaku. Asumsi-asumsi struktural dilihat dari aspek:

(1) Jumlah penjual,

(2) Kondisi biaya produksi,

(3) Jumlah pembeli dan


(4) Kondisi permintaan.

Asumsi perilaku yang mendasari masing-masing bentuk pasar dapat dilihat dari aspek: (1) Tujuan, (2) Strategi dan (3) Harapan reaksi pesaing.

a.    Asumsi Struktural

·      Jumlah Penjual

Jumlah penjual  dalam  pasar  persaingan  murni dan   persaingan   monopolistik   adalah   banyak. Sedangkan dalam pasar oligopoli terdapat sedikit penjual dan dalam monopoli  hanya ada satu penjual. Yang mendasari asumsi ini adalah ditentukan pada hambatan menjual  untuk masuk dalam pasar. Dengan  tidak  adanya  hambatan  bagi  perusahaan baru  untuk  memasuki  pasar  berarti  perusahaan akan banyak yang  ada dalam pasar  (ini  terjadi dalam bentuk pasar persaingan murni dan persaing­an monopo1istik).  Hambatan  secara  substansial untuk masuk ke dalam pasar oligopoli  akan membatasi pesaing sehingga  Jumlah perusahaan dalam pasar oligopoli adalah sedikit.

·      Kondisi Biaya Produksi

Da1am semua bentuk pasar diasumsikan bahwa dalam jangka pendek  terjadi  penurunan  hasil  produksi yang disebabkan karena adanya kenaikan MC. Namun asumsi ini tidak penting dalam oligopoli dan monopoli dimana MC berkemungkinan bisa  tetap atau juga bisa berkurang.

·      Jumlah Pembeli

Untuk  semua  model  diasumsikan  banyak  pembeli, jadi kekuatan utama dalam penetapan harga tidak ditentukan oleh satu pembeli atau sedikit pem­beli atau pembeli yang kuat.

·      Kondisi Permintaan

Dalam bentuk pasar  persaingan murni  diasumsikan terdapat   substitusi   yang identik (identical substitutes). Dalam bentuk persaingan monopolistik terdapat substltusi.yang sangat mirip (very similar  substitutes).  Sedangkan dalam oligopoli terdapat   substitusi   yang  bersifat  mendekati (close  substitutes),  dan  dalam monopoli  tidak ada substitusi (no substitutes).

b.    Asumsi Perilaku

·      Fungsi Tujuan

Untuk  semua  model,  pada  awalnya  diasumsikan bahwa  dalam  jangka  pendek  perusahaan  akan memaksimumkan  laba.  Tetapi mungkin hal  ini  tidak tepat untuk oligopoli, dimana tidak memaksimumkan  laba  agar  tidak menyebabkan  pesaing  baru masuk  ke  pasar  yang  mengakibatkan  persaingan pasar semakin ketat.

·      Variabel Strategi

Dalam semua model  diasumsikan  bahwa  perusahaan dapat  menyesuaikan  harga  dan  jumlah  produk, meskipun  harga  dalam keseimbangan kompetitor dalam persaingan murni  hanya  akan menyesuaikan kuantitas atau jumlah produk. Sedangkan perusahaan-perusahaan dalam bentuk  lainnya mungkin juga melakukan  penyesuaian  usaha-usaha  promosinya, desain produknya dan sa1uran-sa1uran distribusinya.

·      Harapan Akan Reaksi Pesaing

Dalam bentuk pasar persaingan murni dan pcrsaingan monopolistik  tidak  ada  harapan akan  reaksi dari  pesaing.  Hal  ini  dikarenakan perusahaan hanya merupakan  bagian  yang  relatif  kecil  dibandingkan  dengan  keseluruhan  pasar,  sehingga aksinya tidak akan diperhatikan oleh pesalngnya. Dalam  oligopoli pesaing  mungkin  mengabaikan atau beraksi terhadap aksi-aksi  perusahaan  pesaing  tergantung  dari  apa  tujuan  yang  pesaing lakukan.  Dalam monopoli jelas  tak ada harapan reaksi dari pesaing,  sebab dalam monopoli  tidak ada perusahaan pesaing.

 

2.             Model Penetapan Harga Dalam Pasar Persaingan Murni

Dalam persaingan murni harga keseimbangan ditentukan oleh kekuatan pasar yaitu interaksi penawaran dan permintaan. Dalam pasar ini terdapat banyak pcmbeli dan banyak penjual, masing-masing merupakan bagian yang relatif kecil dalam mempengaruhl  tingkat harga.  Penetapan  penawaran dan permintaan bergantung pada keseimbangan pasar. Kurva permintaan(demand) memiliki slope (kemiringan) yang negatif sedangkan kurva penawaran pasar (supply) memiliki slope yang positif.

Penentuan harga dan output dalam persaingan murni dapat digambarkan sebagai berikut:

 

Gambar Penentuan Harga & Output dalam Persaingan Murni

 

Dari gambar  menunjukkan bahwa, misalnya harga pada P1 maka akan terjadi pemasaran melebihi permintaan (excess supply). Keadaan ini akan .mendorong penurunan harga yang disebabkan karena perusahaan ingin mengurangi persediaan menuju pada tingkat yang diinginkan. Saat perusahaan me­ngurangi harga untuk mengatasi kelebihan persediaan, maka harga cenderung akan menurun sampai pada titik keseimbangan (pada harga P*).

Jika terjadi permintaan yang berlebih (excess demand), misalnya terjadi pada harga P2, akan terjadi kenaikan harga disebabkan karena keinginan beberapa pembeli untuk membeli dengan harga yang lebih tinggi daripada tidak mendapatkan produk. Hal ini akan mendorong harga naik, dan akhirnya berhenti pada harga keseimbangan pasar (pada harga P *). Dengan demikian harga keseimbangan pasar ditentukan oleh kekuatan D dan S.

Pada pasar persaingan murni, perusahaan secara indi­vidual hanya bertindak sebagai penerima harga (price takes) sebab harga pasar sudah ditentukan oleh kekuatan pasar, sehingga perusahaan tinggal menerima saja. Karena perusaha­an bertindak sebagai penerima harga, maka kurva D bagi perusahaan secara individual akan membentuk garis horisontal, artinya berapapun output yang ditawarkan oleh per­usahaan harganya tetap sebesar P*.

Untuk memaksimumkan laba,  perusahaan akan memilih tungkat output saat terjadi MC = MR , yaltu sebesar Q *. Pada saat perusahaan memasarkan produk sebesar Q*  maka perusahaan akan memperoleh laba maksimal sebesar P* ABC.

a)      Model Penetapan Harga Dalam Pasar Monopoli

Monopoli terjadi karena hanya ada satu penjual barang yang mempunyai substitusi di suatu pasar. Mereka bertahan cukup lama jlka masuknya perusahaan baru dihambat oleh faktor penghalang (entry barriers) . Faktor-faktor penghalang tersebut misalnya hak paten, hak monopoli, skala produksi yang ekonomis, penguasaan sumber daya yang digunakan untuk memproduksi suatu barang.

Dalam pasar monopoli, kurve permintaan pasar identik dengan kurve permintaan perusahaan. Karena kurve permintaan pasar berslope menurun, maka monopolis Juga menghadapi kurve permintaan yang berslope menurun atau negatif. MR yang diperoleh perusahaan lebih rendah daripada tingkat harga. Pendapatan rata-rata juga merupakan kurve permintaan. Keadaan ini dapat digambarkan dalam gambar dibawah ini.

Gambar:  Kurva D dan MR pada monopoli.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Beberapa   monopolis   merupakan   monopolis   alamiah (natural monopolies) artinya pasar tidak terelakkan dari monopoli. Situasi ini terjadi bila kapasitas output monopoli relatif besar te.rhadap permintaan pasar. Keadaan ini terjadi bila suatu unit usaha yang tingkat output yang memaksimumkan labanya terjadi dimana LRAC masih menurun. Suatu perusahaan monopolis akan memaksimumkan keuntungan diperoleh saat MC = MR. Agar dapat diperoleh laba yang maksimum maka tingkat harga dan output ditetapkan seperti dalam gambar dibawah ini.

 

 

 

 

 

 

Gambar: Penentuan harga dan output dalam monopoli

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dari gambar di atas, menunjukkan bahwa untuk memaksimumkan laba, perusahaan menetapkan harga dan tingkat output pada saat terjadi MC=MR. Hal ini terjadi pada harga sebesar Pm dengan tingkat output sebesar Qm, saat Qm dan Pm laba yang diperoleh perusahaan sebesar Pm ABC.

b)   Penetapan Harga Dalam Pasar Persaingan Monoplistik

Pasar suatu produk dikatakan dalam keadaan persaingan monopolistis apabila dalam persaingan tersebut terdapat ciri-ciri persaingan murni dan ciri-ciri monopoli. Produk yang dijual dipasar tidak homogen, tetapi masing-masing produk mempunyai daya substitusi satu sama lainnya.

Struktur pasar persaingan monopolistik pada dasarnya sama dengan persaingan murni, kecuali bahwa di dalamnya terdapat pengertian diferensiasi produk. Model ini mengakui adanya derajat kekuasaan monopoli tertentu yang timbul dari penggunaan merek tertentu. Oleh sebab itu dalam pasar persaingan monopolistik dapat dikatakan pasar monopoli yang bersaing.

Kurva permintaan bagi perusahaan yang menghasilkan produk yang bentuk pasarnya kompetisi monopolistik merupakan peralihan dari kurva permintaan produk persaingan murni dengan kurva permintaan monopoli. Perbedaan kurva permintaan ketiga bentuk pasar tersebut dapat digambarkan dalam gambar dibawah ini.

Gambar: Kurva Permintaan Dalam Persaingan Sempurna, Persaingan Monopolistik Dan Monopoli

Dari  gambar diatas  terlihat  bahwa  elastlsitas kurva permintaan  (kurva D)  dalam persaingan monopolistik berada  diantara  persaingan  sempurna  dan monopoli.  Dimana kurva D dalam persaingan monopolistik memlliki elas­tisitas yang  kurang elastis bila dibandingkan dengan elastisitas kurva D dalam monopoli.

Dalam pasar persaingan monoplistik, harga produk suatu perusahaan tidak sama dengan harga semua produk dipasar tetapl berbeda-beda sesuai dengan.kehendak penjual yang berbeda-beda pula. Penetapan harga dan output oleh perusahaan yang berada dalam pasar persaingan mohopolistik dapat dijelaskan dalam gambar dibawah ini.

 

 

 

Gambar: Penentuan Harga Dan Output Suatu Perusahaan Dalam Kompetisi Monopolistik

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Dari gambar diatas terlihat bahwa selama kurva D memlliki slope yang negatif, maka kurve MR pasti terletak di bawah kurva D yang memliki slope yang sama. Dalam persaingan monopolistik perusahaan memaksimumkan  laba saat  harga dan output berada pada saat MC = MR. Saat harga sebesar P1 dan kuantltas Q1,     laba menunjukkan sebesar P1 ABC.

c)    Model Penetapan Harga Dalam Pasar Oligopoli

Dalam pasar ologopoli terdapat sedikit penjual produk yang memiliki sifat yang saling mengganti (subtitusi), karena produk yang dijual saling maka dalam oligopoli memiliki kurva permintaan dengan elastisitas silang(cross elasticities of demand) yang tinggi.

Karena dalam oligopoli peruisahaan hanya sedikit, maka terdapat rintangan untuk memasuki pasar tersebut. Dan karena penjual yang sedikit inilah maka perusahaan saling pengaruh antara mereka dalam pemantauan harga dan output. Reaksi para pesaing terhadap keputusan harga dan output menjadi hal yang penting dalam model oligopoli. Tindakan yang diambil suatu perusahaan pasti akan menimbulkan reaksi perusahaan lainnya, oleh sebab itu tidak ada satupun perusahaan yang bisa bertindak secara bebas. Jika suatu perusahaan merubah harga yang ditetapkan maka perusahaan lain akan bereaksi pula dengan cara merubah harga mereka.

Oligopolis berusaha menaksir adanya reaksi dari kegiiatan pesaing. Perusahaan berharap dapat mengetahui reaksi pesaing sebagai”conjectural variation”

·      Model Kurva Permintaan Patah Pada Oligopoli

Dalam menelaah model kurva permintaan oligopoli yang patah, didasarkan atas asumsi-asumsi tertentu dan hanya berlaku apabila asumsi ini dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah:

1.     Apabila suatu perusahaan menurunkan harga maka perusahaan-perusahaan lainnya dalam pasar akan mengikuti dan menandingi penurunahn harga tersebut.

2.     Apabila perusahaan menaikan harga, maka perusahaan dalam pasar tidak akan mengikutinya.

Dalam analisis ini diasumsikan bahwa conjectural variation akan dua kali lipat, sedangkan untuk kenaikan harga perusahaan tidak ada reaksi dari pesaing.

Sejak  conjectural   variation   tidak   ada   tambahan (tambahan harga 0) tampaknya ceteris paribus kurva D pada kurva di atas adalah tingkat harga yang berlaku. Kurva akan menjadi lebih atau kurang elastis tergantung pada daya subtitusi diantara produk pesaing. Bagaimanapun berbedanya kurva permintaan sebagai "mutatis mutandis" kurva permintaan, artinya semua reaksi  disebabkan oleh persetujuan bersama dalam penyesuaian harga perusahaan. Semua perusahaan harganya akan berubah (meningkat atau berkurang), harga relatifnya akan meninggalkan pada tempat yang sama dan karena itu harapan mereka untuk mempertahankan market share atau pangsa pasar dapat dicapai.

Kurva permintaan patah dalam oligopoli  digambar dibawah ini:

 

Gambar: Model Kurva Permintaan Patah Dalam Oligopoli

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Dari gambar  terlihat bahwa kurva permintaan yang dihadapi oligopolis yang patah. Kurve ini patah pada P, yang merupakan harga equilibrium awal. Jika perusahaan menurunkan harga, diharapkan bahwa kurva D yang dihadapi olehnya menjadi agak in elastis. Sebab berdasarkan asumsi di atas bahwa perusahaan akan menandingi dengan menurunkan harga juga. Jadi kuantitas permintaan produk perusahaan akan naik apabila harga turun, tetapl yang pasti tidak sebanyak seperti yang akan diperolehnya apabila perusahaan lain tidak menurunkan harganya. Sebaliknya jika perusahaan menaikkan harga diatas P, maka penjualan merosot lebih tajam, sebab berdasarkan asumsi ke 2 diatas, perusahaan lain tidak ikut menaikkan harga. Akibatnya, kurva perminta­an yang dihadapi oligopolis akan menjadi sangat elastis pada harga-harga diatas harga equilibrium semula dan kurva permintaan akan patah pada equilibrium semula.

·      Conscious Parallelism

Penyesuaian secara simultan dari harga dengan harapan pesaing akan melakukan hal yang sama. Hal ini terjadi apabila kenaikan ongkos pada semua perusahaan, seperti kenaikan upah dasar atau kenaikan bahan baku, maka perusahaan secara individu berharap seluruh perusahaan akan mempertahankan profit marjin dengan membebankan pada konsumen.

Kurva permintaan yang relevan untuk kenaikan harga secara conciously paralel adalah adalah kurva permintaan matatis mutandis pada tingkat harga baru yang dipilih dimana tingkat yang dilalui kenaikan harga tidak diikuti oleh pesaing.

Perusahaan berdasar atas pengalamannya akan menggeser kurva MC ke MC’ dengan harapan perusahaan bersaing juga mengalami kenaikan ongkos yang sama juga menaikkan harganya. Perusahaan menaikkan harga dari P ke P’ dengan tujuan menggeser kenaikan ongkos pada kunsumen dan menghubungkan koprdinat harga dan kuantitas yang baru juga bergeser dari A ke A’ sepanjang kurva mutatis mutandis.

Jika harapan pesaing akan bertindak sama menaikan harga maka  koordinat yang baru adalah A’, kurva permintaan patah yang baru D’A’D dan kurva MR baru adalah D’ B’ C’ MR. Karena nsemua perusahaan mengharapkan untuk mempertahankan bagian pangsa pasarnya. Setiap perusahaan mengharapkan dapat mempertahankan profit margin per unit.

 

Gambar : Conscious Parallelism Dalam Kurva D

Patah Model Oligopoli

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


·      Model Kepemimpinan Harga (Price Leadership Model)

Model kepemimpinan harga dipergunakan untuk menjelaskan penyesuaian kenaikan harga dalam oligopoli. Dalam model ini hanya satu perusahaan mengambil inisiatif lebih dahulu dan pada waktu yang relatif singkat akan diikuti oleh semua atau sebagian perusahaan yang ada dipasar untuk menyesuaiakan harga pada tingkat yang sama.

Ada tiga model kepemimpinan harga yaitu kepemimpinan harga barometris, kepemimpinan harga dengan struktur ongkos rendah dan kepemimpinan harga oleh perusahaan dominan.

1.   Kepemimpinan harga barometris

Kepemimpinan harga barometris memiliki kemampuan akurat untuk memprediksi kapan situasi yang tepat untuk merubah harga. Mengikuti kenaikan umum upah tenaga kerja, dan input-input yang lain atau kenaikan permintaan. Perusahaan barometris menduga semua perusahaan siap untuk merubah harga dan mengambil resiko dengan mempelopori menyesuaikan harga.

Jika perusahaan perusahaan lain percaya pada dugaan tersebut mengenai kondisi pasar, tentulah mereka akan menyesuaikan. Namun bila terlalu tinggi penentuan harga perusahaan price leader maka ia akan menyesuaikan harga dengan tingkat yang lebih rendah.

Jika perusahaan lain tidak menyetujui perubahan harga tersebut maka penyesuaian harga dapat diganti dengan perusahaan lainnya, sehingga perusahaan barometris merupakan perusahaan yang dipandang mempunyai reputasi baik oleh perusahaan lain dalam menetapkan harga pada setiap kondisi pasar yang berubah.

2.   Kepemimpinan harga oleh perusahaan dengan struktur ongkos rendah

Perusahaan dengan struktur ongkos rendah memiliki keuntungan ongkos dibanding dengan pesaingnya. Perusahaan tersebut menjadi pemimpin harga karna karna perusahaan tersebut mempunyai kekuatan untuk melakukan perang harga karena mempunyai struktur biaya yang rendah. Perusahaan lain diam-diam setuju dengan penyesuaian harga oleh perusahaan tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

Gambar: Low Cost Firm Price Leadership:Simple Two Firm, IdenticalProducts Case

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Penjelasan :

·         Kurva MC dari dua perusahaan yang ditunjukkan MCa perusahaan A dan dengan biaya yang lebih rendah dan MCb  untuk perusahaan B yang mempunyai biaya yang lebih tinggi.

·         Perusahaan A memaksimumkan keuntungan atas bagian pasar yang dikuasai dengan harga P dan output Q dan perusahaan B pun menetapkan harga mengikuti sebesar P.

Perusahaan B menentukan ongkos output sebesar Q karena dibawah jumlah itu MC akan lebih besar dan pada tingkat MC lebih besar daripada MR perusahaan B akan memilih tingkat harga sama dengan perusahaan A dan pangsa pasar dibagi dengan jumlah yang sama besar.

3.   Kepemimpinan harga oleh perusahaan dominan.

Perusahaan dominan yaitu perusahaan yang mempunyai bagian yang lebih besar dibanding pesaingnya dalam pasar maka perusahaan kecil menerima kepemimpinan pasar oleh perusahaan yang dominan. Dengan demikian perusahaan kecil mudah menyesuaikan output yang memaksimumkan keuntungan (MC=MR).

Perusahaan dominan mengetahui beberapa besar perusahaan kecil mensuplay barang kepasar pada setiap tingkat harga karena perusahaan kecil akan mensuplay barang sampai pada tingkat MC=MR. Karena MR=P maka posisi perusahaan kecil secara individu sangat kecil dan tidak mempengaruhi harga pasar. Sehingga perusahaan kecil menganggap kurva MC merupakan kurva penawaran.

Dengan mengetahui berapa besar barang yang akan disuplay perusahaan kecil pada setiap tingkart harga maka perusahaan dominan akan mengetahui permintaan pasar yang belum dapat dipenuhi pada setiap harga. Resedual permintaan ini dapat diukur dari periode MC dengan kurva permintaan pasar D pada setiap tingkat harga. 

Dari pembahasan di muka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1)      Model penecapan harga produk perusahaan bergantung pada bencuk pasar di mana perusahaan berada. Masfng-masing model didasrkan atas asumsi siruktural dan asumsi perilaku mas1ng-masing bencuk pasar.

2)      Penetapan harga produk perusahaan pada persaingan murni didasarkan atas kekuatan pasar (mekanisme, D dan S). Dengan demikian perusahaan hanya bertindak  sebagai pengambil harga (price takers) yang terjadi di pasar.

3)      Dalam bentuk pasar monopoli, persaingan monopolistik dan oligopoli  perusahaan bertindak sebagai  pembuat harga (price makers), sebab perusahaan memlliki kontribusi yang cukup besar dalam penentuan harga pasar. Dalam pasar monopoli, hanya terdapat satu penjua oleh sebab itu perusahaan monopolis yang menetapkan harga dipasar. Monopolis akan menetapkan harga saat dapat dicapai laba yang maksimum, yaitu saat MC = MR.

4)      Dalam bentuk pasar persaingan monopolistik produk yang dijual tidak homogen, tetapi satu sama lain mempunyai daya substitusi dengan produk lainnya. Harga produk setiap perusahaan tidak sama ata harga produk di pasar adalah berbeda. Untuk memaksimumkan laba tingkat harga dan output yang ditawarkan adalah saat MC = MR.

5)      Penetapan harga dalam oligopoli dapat dilihat melalul tiga bentuk yaitu;

§  Model kurva permintaan patah

§  Model concious parallelism

§  Model kepemlmpinan harga

Penetapan harga jual produk merupakan salah satu jenis pengambilan keputusan manajemen yang penting. Bagi nanajemen petapan harga jual produk bukan hanya nenyangkut kebijakan bidang pemasaran atau bidang keuangan, tetapi merupakan kebijakan yang berkaitan dengan seluruh aspek kegiatan perusahaan. Penetapan harga jual produk selain mempengaruhi volume .penjualan juga akan mempengaruhi jumlah keuntungan perusahaan.

Masalah penetapan harga jual produk banyak dijumpai terutama bagi produk baru yang dihasilkan oleh perusahaan. Untuk jenis produk baru yang belum pernah ada di pasar, faktor ketidakpastian permintaan terhadap produk tersebut pada pada umumnya menimbuIkan masalah dalan penetapan harga jual. Sedangkan jenis produk baru yang sebelumnya sudah ada di pasar, faktor ketidakpastian di pasar akan semakin berkurang. Masalah yang dihadapi adalah apakah produk baru tersebut mampu menjadi produk penganti (subsitusi) bagi produk yang lebih dulu beredar di pasar.

Dalam pasar persaingan (tidak sempurna) permintaan suatu barang akan sangat dipengaruhi oleh harga jual produk. Pada prinsipnya harga jual harus dapat menutup biaya dan laba yang diharapkan. Manajer harus bisa menetapkan harga jual yang dapat memaksimalkan laba.

Dalam tulisan ini akan dijelaskan dua metode yang dapat digunakan dalam menetapkan harga jual suatu produk. Kedua metode yang dimaksud adalah penetapan harga jual dengan pendekatan marginal dan pendekatan Markup. Lebih jauh dalam makalah ini akan dibahas tentang rekonsiliasi penetapan harga dalam pasar yang sudah mapan.

Adapun tujuaan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara menetapkan:

·      Harga jual dengan menggunakan pendekatan marginal

·      Harga jual dengan menggunakan pendekatan markup

·      Harga jual dengan rekonsiliasi Marginal dan Markup

·      Harga jual produk di pasar Mapan

3.             Penetapan Harga jual dengan menggunakan Pendekatan Marginal

Untuk menetapkan harga jual produk dengan menggunakan pendekatan Marginal dalam kondisi ketidakpastian dapat digunakan 3 metode, antara lain sebagai berikut:

a.  Penggunaan Taksiran Kurva Permintaan dan MC.

Setelah perusahaan mendapatkan taksiran kurva permintaan, perusahaan dapat menbuat fungsi MR. Dengan asumsi MC konstan, pada kisaran output tertentu, kita dapat menetapkan MR = MC sehingga dapat diperoleh. Tingkat kuantitas dan harga yang dapat memaksimumkan laba.

b. Penggunaan Taksiran Elastisitas Harga dan MC

Untuk mendapatkan nilai taksiran elastisitas harga. dari  suatu  produk di sekitar harga  tertentu,  dapat digunakan rumus elastisitas (e = dQ/dP x P/Q)  sehinga dapat  dihitung  slope kurva permintaan (b  =  dP/dQ). Selanjutnya  dari  nilai  e, P dan  Q  dapat  dihitung titik   potong  a  dalam  kurva  permintaan   tersebut (P  = a + bQ), setelah dapat diketahui nilai P,  b,  Q dapat  diketahui MR. Dengan menetapkan MC = MR  dapat diketahui harga dan kuantitas yang optimum.

c. Penggunaan Taksiran Biaya dan penerimaan Inkremental

Pendekatan Inkremental  dan  pendekatan   kontriusi tersebut merupakan  pendekatan  Marginalis,  karena  pendekatan tersebut memperhatikan perubahan-perubahan baik  perubahan  TR  maupun  TC. Namun   pendekatan  inkremental tidak mensyaratkan penyesuaian output sebesar 1 unit setiap waktu. Oleh karena itu masalah  indivisibi1itas dan   diskontinuitas  permintaan  dapat   diselesaikan dengan menggunakan pendekatan inkremental.

Jika  permintaan mengandung indivisibi1itas  atau diskontinuitas  fungsi MR tidak dapat  dibuat,  karena kurva  TR tidak kontinue, Sebagai gantinya  dapat  dibandingkan  biaya dengan penerimaan  inkremental  pada setiap tingkat harga dan memilih harga yang memberikan kontribusi yang maksimum.

Metode metode penetapan harga di atas hanya berdasarkan informasi saja. Untuk lebih meyakinkan bahwa informasi harga tersebut benar, maka harus yakin pula bahwa hasil penaksiran permintaan dan biayanya betul-betui menunjukkan yang aktual dengan asumsi ceteris paribus. Oleh karena data permintaan dan biaya hanya merupakan hasil penaksiran, sehingga hasil yang aktual bisa sangat berbeda dengan hasil yang diharapkan. Inilah sifat dari proses pengambilan keputusan dalam keadaan yang tidak pasti. Jika ada informasi baru yang datang belakangan, maka informasi baru tersebut akan merupakan dasar bagi keputusan berikutnya.

4.             penetapan Harga Jual dengan Rule' of Thumb (Markup Pricing)

Cara rule of thumb pricing atau sering dianggap sebagai Markup Pricing ini dianggap sebagai metode jalan pintas dalarn pembuatan keputusan agar menghemat biaya dan waktu si pembuat keputusan. Inefisiensi pembuatan kepu­tusan dengan cara ini timbul karena adanya profitabilitas yang hilang sebagai akibat dari keputusan yang optimum untuk keadaan-keadaan tertentu tidak di ambil.

Pada keadaan tertentu penetapan cara Markup pricing akan lebih menguntungkan bagi suatu perusahaan dari pada metode marginalis pricing. Namun demikian prinsip-prinsip yang terkandung dalam marginalist pricing tetap diperlukan untuk menetapkan cara Markup pricing yang optimum.  Selain itu perusahaan tersebut secara periodik harus mencari data biaya dan permintaan untuk memastikan bahwa harganya berada pada tingkat yang terbaik dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut.

Markup   Pricing   juga dikenal sebagai cost plus pricing adalah cara penetapan harga nelalui penambahan suatu prosentase tertentu pada biaya langsung. Rumusnya adalah :

P= AVC + x % (AVC)

Dimana X adalah prosentase markup yang merupakan kontribusi per unit terhadap biaya overhead dan laba, oleh karena itu penentuan nilai markup berarti juga penentuan marginal kontribusi (CM),  maka persamaannya dapat diubiah menjadi:

P = AVC + CM

Besarnya Markup tersebut tergantung pada kemauan konsumen apakah mereka mau membeli pada tingkat harga yang lebih tinggi sebagai akibat dari suatu tingkat Markup yang lebih tinggi. Bahkan Sebuah perusahaan yang bertindak sebagai monopolis harus mengakui bahwa pada tingkat harga yang lebih tinggi, konsumen secara agregatif akan membeli jumlah barang yang lebih sedikit. Demikian juga dengan oligopolis harus nemperhatikan perbandingan antara harga produknya dengan harga pesaingnya. Faktor-faktor utama yang menentukan prosentase Mark Up adalah biaya tetap rata-rata dan 1aba yang diharapkan. Rekonsiliasi Markup dan Marginalist Pricing.

Untuk setiap tingkat harga yang ditentukan dengan cara marginalist yaitu MC = MR, telah terkandung prosentase Markup didalamnya. Misalnya jika tingkat harga yang menghasilkan laba maksimum Rp 600,00 dan AVC adalah Rp 400,00 maka Markup yang terkandung adalah 50% karena Rp 600,00 adalah 150 % dari Rp 400,00.

Dalam hal ini ditunjukkan perbedaan kurva Marginalist dan Markup di bawah ini :

Gambar: Marginalist Pricing Markup Pricing

 

Keterangan:

Pada gambar (a) penentuan harga secara marginalist MC = MR pada tingkat output QO dan harga yang memaksimalkan laba sebesar P. Pada gambar  (b)  dengan  pendekatan Markup  tersebut tanpa bantuan kurva permintaan  dan  MR, perusahaan  dapat menetapkan Markup sebesar 50 %   diatas AVC  sehingga  diperoleh tingkat harga  yang  sama  yaitu sebesar P dan tingkat kuantitas sebesar QO.    Perusahaan hanya  mengetahui  satu titik  pada  kurve  permintaannya yaitu  titik A, dimana konsumen meminta sebanyak QO  unit pada tingkat harga P.

Penetapan  harga dengan metode Markup  pricing  pada contoh  tersabut sangat menguntungkan karena   perusahaan dapat  menentukan harga yang memaks imalkan labanya  tanpa mengeluarkan  biaya (search cost) untuk  menaksir  bentuk dan letak kurva permintaannya.

Dalan  dunia bisnis biaya variabel  rata-rata  (AVC) seringkaili  konstan  atau dianggap konstan  pada  kisaran output tertentu sehingga dalam keadaan seperti ini  MC  = AVC. 

Rumus persamaan rekonsiliasi antara Markup  Pricing dan Marginalis adalan sebagai berikut ;

P = AVC + () AVC

Misalnya :

Nilai  elastisitas harga tertentu adalah -5,   maka  akan diperoleh perhitungan sebagai berikut :

P     = AVC +  (-1/-4) AVC

 = AVC + 25 X AVC

Pada Tabel di bawah, ditunjukkan tingkat Mark Up yang memaksimumkan  Iaba  untuk  berbagai  nilai  elastisitas. Perhatikan  bahwa tingkat Mark Up yang  optimal  berubah-ubah  secara berbalikan dengan nilai  elastisitas  harga. Oleh  karena  itu,  produk-produk  yang  mempunyai  nilai elastisitas (harga) permintaan yang lebih tinggi seyogya mempunnyai prosentase Markup  yang lebih rendah untuk menghasikan  kontribusi  total  yang maksimum terhadap biaya overhead dan laba.

Didalam praktek, penetapan markup jarang memperhatikan tingkat elatisitas harga. Perusahaan  lebih cenderung menetapkan besarnya markup dengan cara;

(1)     Mencoba-coba,

(2)     Menetapkan tingkat markup yang sama dengan yang ditetapkan oleh perusahaan-perusahaan  lainya, atau

(3)     Menetapkan markup yang membuat harganya sesuai dengan tingkat harga yang ditetapkan oleh pemimpin harga di pasar.

Oleh karena perusahaan tersebut menetapkan besarnya markup dengan melihat keadaan pasar dan ingin memaksimalkan kontribusi terhadap biaya overhead dan laba, maka tingkat harga markup akan mendekati tingkat harga yang ditunjukkan oleh cara marginalis. Nilai markup yang memaksimumkan laba dengan elastisitas tertentu ditunjukkan pada tabel di bawah ini 

Tabel: Tingkat markup yang memaksimumkan laba

dengan nilai elastisitas tertentu

Elemen value

Markup Rate %

-1

-2

-3

-4

-5

-6

-7

-8

-9

-10

100

50

33,3

25

20

16,7

14,3

12,5

11,1

 

a.    Kisaran tingkat markup yang bisa diterima

Karena cara markup pricing ini menghindari search cost yaitu biaya untuk penaksiran kurva permintaan, maka tingkat Markup tersebut bisa bervariasi dalam batas-batas tertentu dan masih bisa diterima.

Artinya, perusahaan tersebut biasa mendapatkan laba paling tidak sama besarnya dengan laba yang akan diperolehnya jika perusahaan tersebut mengeluarkan search cost untuk menentukan kurva permintaan dan harga dimana MC = MR.

Gambar dibawah ini menunjukkan kisaran markup yang bisa diterima untuk perusahaan yang memaksimumkan laba.

 

 

Gambar : Kisaran markup yang bisa diterima untuk perusahaan yang memaksimumkan

Keterangan :

Laba ditunjukkan oleh jarak vertikal antara TR dan TC pada setiap output,(kurva π). Jika perusahaan mengeluarkan search cost maka TFC akan naik, demikian juga TC. Akibatnya, laba akan bergeser  turun dengan jarak vertikal yang sama.

Harga yang memaksimalkan laba,  ditunjukkan  oleh P* dimana MC = MR. Jika perusahaan tersebut mengeluarakan search cost, maka titik E merupakan tingkat laba terbaik yang bisa tercapai. Jika perusahaan tersebut tidak mengeluarkan search cost, maka perusahaan menetapkan harga P* dan memaksimumkan laba pada titik A. Tetapi perhatikan bahwa setiap titik pada kurva laba π antara B dan .C menghasilkan laba yang lebih banyak daripada di titik E. Berkaitan dengan kurva permintaan dari. ganbar tersebut, setiap harga antara P1 dan P2. menghasilkan laba yang lebih banyak (tanpa search cost) dari pada harga P (setelah search cost dikeluarkan).

Besarnya tingkat markup yang ditambahkan pada AVC biasanya terjadi antara    tingkat yang rendah (P1-AVC)/AVC dan tingkat yang tinggi (P2 – AVC)/AVC, dan perusahaan tersebut akan memperoleh laba yang lebih banyak tanpa melakukan penaiksiran untuk memastikan kurva permintaannya. Dalara gambar, kita bisa mencatat bahwa dalam contoh ini setiap markup antara 50 - 100 % akan menghasilkan laba yang lebih banyak dibandingkan dengan alternatif mengeluarkan Search Cost untuk menetapkan harga yang tepat.

b.    Markup Pricing dan Pergeseran Permintaan yang iso elastis

Jika sebuah perusahaan telah menentukan tingkat markup yang memaksimumkan labanya, maka perusahaan tersebut akan terus mempertahankan tingkat markup itu walaupun  terjadi pergeseran kurva permintaannya. Markup yang konstan ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar markup yang konstan

 

Keterangan :

Situasi permintaan awal ditunjukkan dengan kurva permintaan D dan kurva MR. Mengingat MC = AVC harga yang memaksimuinkan laba adalah P, yang menunjukkan tingkat maarkup sekitar 70 % di atas AVC dan tingkat output yang memaksimumkan laba sebesar Qo.

Peningkatan 40 % dalam kuantitas yang diminta di setiap tingkat harga ditunjukkan oleh pergeseran kurva permintan ke D'. Pergeseran ini disebut pergeseran kurva permintaan iso elastis, karena pergeseran tersebut tidak mengubah elastisitas harga permintaan. Misalkan tingkat elastisitas pada titik A dan B adalah -2,4 pada masing-masing titik tersebut.

Markup tetap 70 % dapat ditambah pada AVC meskipun kurva permintaan bergeser, sepanjang pergeseran tersebut bersifat iso elastis dan MC tetap.

c.    Markup Pricing dalam Keadaan inf lasioner

Markup Pricing yang diterapkan pada AVC yang semakin meningkat akan mengakibatkan kenaikan tingkat harga yang sebanding. Untuk mengetahui perbandingan tersebut kita, dapat melihat pada tabel di bawah ini ;

Tabel Markup Pricing dalan Keadaan Inflasioner

        Jan. I        Dec. 31      Change                                                              

           (S)           (S)                  r%;

  Avcraet variable cosis     6.00         6.60               10

 '40% markup                     2.40         2.64               10

  Price                                 8.40         9.24               10

 

Markup pricing dalam keadaan inflasi cenderung meningkatkan biaya produksi, yang ditanggung oleh konsumen , Jika pendapatan konsumen naik 10 %. maka produk tersebut tetap memerlukan proporsi. pendapatan yang sama seperti keadaan sebelum terjadi inflasi.

Oleh karena itu perubahan tingkat harga sebesar 10 %.bukanlah perubahan harga riil, dalam arti bahwa kenaikan harga tersebut tidak mengakibatkan daya beli masyarakat menurun.

Gambar:

konstan markup dalam keadaan inflasioner

 

Oleh karena itu menentukan tingkat markup dalam kondisi inflasioner perusahaan harus menyesuaikan dengnn perubahan pendapatan konsumen.

d.    Markup Pricing sebagai suatu alat Koordinasi.

Permasalahan yang paling sulit bagi pembuat keputusan khususnya dalam pasar oligopoli adalah penetapan harga. Penetapan harga sangat tergantung pada perusahaan-perusahaan saingannya, sehingga perlu diadakan koordinasi diantara perusahaan dalam menetapkan harga agar tidak kehilangan pangsa pasarnya.

Pada kondisi concious parallelism, apabila terjadii perubahan biaya, suatu .perusahaan nengharapkan perusahaan-perusahaan lain meningkatkan harga-harga produknya dengan proporsi markup yang wajar.

e.    Penetapan Harga Jual Produk dalan Pasar Mapan

Dalam pasar produk yang sudah mapan, tingkat harga umum telah terbentuk untuk waktu yang cukup lama, dimana tingkat harga tersebut merupakan tingkat harga yang memenuhi tujuan pemimpin harga atau perusahaan secara umum. Tingkat harga umum bisa dirubah oleh pemimpin harga atau Perusahaan secara umum dengan cara merubah tingkat markup terhadap biaya langsung yang baru.

a)             Positioning harga

Harga suatu produk akan ditetapkan lebih tinggi atau lebih rendah dari harga produk pesaing tergantung dari ada tidaknya atribut-atribut dari produk tersebut yang dinginkan oleh konsumen secara umum, Sebagai contoh, di pasar komputer (PC) ada berbagai macam komputer dengan berbagai variasi dalam berbagai tingkat harga. Penambahan atau pengurangan harga akan tergantung pada nilai paket keseluruhan dari atribut-atribut yang terkandung dalam produk tersebut (misalnya: memory, disk drive, dll). Penentuan harga produk. beserta atribut-atributnya dapat diketahui melalui riset pasar.

Perusahaan seharusnya mengetahui harga reservasi konsumen, yaitu jumlah maksimun yang akan dibayar oleh konsumen untuk suatu produk tertentu. Seorang konsunen akan membeli sebuah produk jika harga reservasinya lebih besar dari harga yang diminta penjual, Riset pasar yang dilakukan dengan cermat akan membantu perusahaan untuk memperoleh harga-harga reservasi untuk suatu produk dan untuk setiap atribut didalamnya. Penyusunan harga-harga  reservasi tersebut dengan urutan yang semakin menurun, pada hakekatnya sama dengan menggambarkan kurva permintaan suatu produk dengan atribut-atributnya.

b)             Penetapan Harga Jual Lini Produk

Pada hampir semua kasus penetapan harga, pembuat keputusan tidak hanya memperhatikan harga satu produk saja, tetapi juga harga-harga lini produk substitut dan komplementer yang dihasilkan oleh perusahaan.

Rekonsiliasi penentuan harga dengan cara markup dan marginalis menunjukkan bahwa produk dengan elastisitas harga yang lebih rendah seyogyanya dapat memberikan kontribusi   dalam jumlah yang relatif lebih besar daripada produk dengan elastisitas harga yang lebih tinggi. Elastisitas harga yang lebih tinggi merupakan akibat dari produk yang mempunyai banyak substitut atau relatif mahal oleh karana itu, pengambil keputusan seyogyanya menetapkan harga setiap produk berdasarkan biaya absolutnya dan ada tidaknya barang pengganti sebelum menetapkan tingkat Markup yang tepat di atas AVC-nya.

Pada kasus lini produk, perusahaan harus memperhatikan interdependensi permintaan antar produk. Sebagai contoh; kenaikan harga suatu produk akan meninbulkan penjualan barang-barang substitusinya dan akan menurunkan penjualan barang-barang komplemennya pada lini produk tersebut. Kontribusi total terhadap biaya over­head dan laba akan maksimum jika kontribusi dari setiap produk dalam suatu lini produk ditetapkan berdasarkan letak maupun fungsinya pada lini produk tersebut, dan tingkat persaingan yang dihadapi di pasar. Apabila produk-produk dalam lini itu bersifat komplementer, seperti kamera, perlengkapan kamera, film, mungkin akan lebih baik jika perusahaan menentukan harga untuk produk dasar dengan Markup yang relatif rendah untuk mencapai terobosan sasar yang luas. Jika produk-produk komple-menternya harus dibeli dari perusahaan yang sama maka pada masa yang akan datang penjualan produk-produk komplenenter tersebut akan tergantung oleh penjualan produk dasarnya. Pada beberapa kasus, kontribusi total dari suatu lini produk dapat dimaksimumkan dengan mene-tapkan produk dasarnya sebagai " pemimpin rugi" (loss leader) atau produk promosi yaitu dengan cara menetapkan harganya lebih rendah daripada yang seharusnya.

Jika dua produk atau lebih pada lini tersebut bersifat substitusi, maka harga produk yang berada pada lini dasar harus ditetapkan dengan sangat hati-hati, Sebagai contoh, pada industri mobil, konsumen potensial tampaknya lebih   tertarik   pada   produk-produk yang diiklankan dengan harga yang relatif rendah. Di ruang peragaan, konsunen dapat diyakinkan oleh tenaga mar­keting untuk membeli model yang lebih mewah dengan sejumlah pilihan barang tambahan (asesory) sehingga menghasilkan markup yang lebih tinggi. Pada lini Substitusi, harga produk lini dasar atau entry level ditetapkan lebih dahulu dengan melihat harga-harga pesaing untuk produk yang sama. Jika kualitasnya lebih baik atau lebih rendah dibandingkan dengan produk-produk pesaing pada skala kualitas yang sama, maka harganya dapat ditetapkan sedikit lebih tinggi atau sedikit lebih rendah dari pada produk produk pesaing tersebut, Posi­tioning harga yang sederhana ini dapat dimodifikasi seperlunya jika perusahaan memperhitungkan interdependensi permintaan. Perusahaan tersebut dapat menetapkan harga dibawah harga pesaingnya untuk produk yang sama dengan harapan bahwa citra "nilai lebih baik" ini diasosiasikan dengan merknya sehingga menggeser kurva permintaan semua produk pada lini itu ke kanan dan pada akhirnya meningkatkan penjualan produk-produk lini tersebut.

Interdependensi permintaan yang lain muncul bila konsumen mempunyai kecenderungan untuk menjadi pelanggan karena kepuasan yang didapat ketika membeli suatu produk pada waktu sebelumnya. Pada kasus dimana penjual memperkirakan pembeli menggeser permintaannya ke produk yang berkualitas lebih tinggi di masa yang akan datang, maka sebaiknya perusahaan menetapkan harga produk entry level tersebut dengan tingkat Markup yang lebih rendah. Dealer nobil cenderung mengikuti pola ini.

Pada puncak lini substitusi terdapat produk "pemimpin"  (flag ship item). Permintaan akan produk ini mungkin akan sangat terbatas sebab harganya relatif mahal. Para pembeli akan memilih barang substitusi yang menberikan surplus konsumen yang lebih tinggi, atau perbedaan terbesar antara harga reservasi dan harga yang ditetapkan oleh penjual.

c)             Penentuan Harga Produk Dalam Satu Paket

Pembundelan produk adalah cara penjualan satu produk atau lebih secara bersama-sama sebagai satu paket dengan harga tunggal. Sebagai contoh, rumah makan menyajikan menu-menu tertentu: sop pembuka, makanan utama, makanan penutup serta minuaan dengan satu harga tunggal.

Berdasarkan penelitian, perusahaan mempunyai insentif laba untuk menbundel produknya jika tindakan itu memungkinkan penarikan surplus konsumen dengan jumlah yang lebih besar dari konsumen potensial. Biasanya penjual akan menawarkan produk secara bundelan dalam satu paket dengan harga yang lebih rendah. Jika pembeli hanya menginginkan satu atau beberapa elemen dari produk-produk dalam bundel itu harus membayar lebih mahal daripada yang seharusnya. Penjualan dengan cara bundei dapat memberikan laba lebih besar karena hasil penjualan secara keseluruhan lebih tinggi daripada jika produk-produk ditetapkan secara terpisah.

Beberapa perusahaan menawarkan produk tertentu dalam beberapa ukuran yang berbeda seperti botol-botol aqua ada yang kecil, sedang dan besar. Ukuran-ukuran yang lebih besar dapat dipandang sebagai bundelan atau penggandaan dari ukuran-ukuran yang lebih kecil untuk produk yang sama.

Dengan demikian Pembundelan dapat berbentuk pemaketan produk-produk yang berbeda secara bersama-sama, dan penawaran produk yang sama dalam wadah-wadah yang berbeda ukuran.

Perusahaan harus mempertimbangkan penawaran produk dengan sebaik-baiknya dalam bundelan maupun secara terpisah. Dalam praktek perusahaan harus mengadakan riset pasar untuk memperkirakan produk-produk nana yang dijual secara bundelan ataupun secara individu. Perusa­haan harus mengetahui distribusi harga reservasi konsumen.

Dalan pasar oligopoli sebuah perusahaan dapat ditekan oleh tindakan lawan-lawannya untuk mengadakan pembundelan sebagai strategi penetuan harga. Semakin besar derajat kesamaan dengan produk-produk lawan dan semakin mudah konsumen mengevaluasi atribut-atribut produk tersebut di pasar, maka semakin berkurang laba yang diharapkan dari pembundelan produk.

d)             penetapan Harga Promosi

Penetapan harga promosi (dealing), merupakan penawaran potongan harga kepada konsumen dengan cara mengobral produk (on sale) selama periode tertentu, Beberapa alasan yang menyebabkan perusahaan melakukan penjualan dengan harga promosi, antara lain: (1) perusahaan ingin memiliki kelebihan persediaan dan ingin mengurangi biaya penyimpanan, (2), pemasok perusahaan tertentu memberikan diskon dari harga grosir, (3) perusahaan ingin memperluas jaringan distribusinya dengan menawarkan potongan harga sebagai perkenalan atas produknya, (4) perusahaan menurunkan harga sebagai strategi untuk mengimbangi perusahaan-perusahaan pesaingnya yang sedang mengobral produknya, (5) perusahaan mengobral beberapa produknya sebagai loss leaders   untuk   meningkatkan permintaan konsumen terhadap produk-produk lain yang dihasilkan perusahaan.

Penetapan harga promosi selain membawa beberapa keuntungan bagi perusahaan, juga membawa beberapa kerugian yaitu;

(1)     jika permintaan tidak seelastis seperti yang diharapkan maka hasil penjualan dan laba dari produk yang diobral bisa jatuh,

(2)     beberapa pembeli mungkin tidak akan membeli pada tingkat harga yang normal dan menunggu sampai produk diobral lagi,

(3)     penjualan dengan harga promosi dapat menghancurkan persepsi konsumen tentang kualitas produk yang diobral dan menyebabkan jumlah permintaan pada tingkat harga biasa jatuh.

Perusahaan harus mengetahui kelompok masyarakat yang suka meinbeli produk dengan harga pronosi tersebut. Hasil penelitian (Blattberg .'1978) menunjukkan bahwa orang-orang berpendapatan tinggi, pasangan keluarga yang sama-sama bekerja. atau dengan anak-anak yang belum seko1ah,   cenderung   kurang   berminat   dengan   cara "obralan". masyarakat yang memi1iki rumah dan kendaraan sendiri cenderung lebih berminat belanja dengan cara tersebut. Dengan kata lain konsunen yang membeli pada harga promosi cenderung memiliki cost opportunity yang relatif rendan dari waktu mereka, kemampuan untuk berkeliling,dan rumah untuk menyimpan barang-barang ini sebagai persediaan pribadi. Oleh karena itu,  advertensi perusahaan Iebih menguntungkan bila ditujukan kepada keluarga berpendapatan rendah sampai menengah dan konsumen yang memiliki kendaraan.

Penetapan harga promosi sering ditujukan untuk jenis barang makanan dan barang-barang keperluan rumah tangga. Jenis barang-barang tersebut pada umumnya mempunyai tingkat elastisitas relatif besar, Teori permintaan mengatakan bahwa pada umumnya produk-produk yang elastisitas permintaannya relatif besar lebih cocok untuk diberikan potongan harga. Salah satu faktor yang mempengaruhi elastisitas harga suatu barang adalah jumlah dan tersedianya subtitusi dari barang tersebut. Makanan dan barang-barang keperluan rumah tangga khususnya mempunyai substitut dekat, sehingga menyebabkan permintaan akan setiap merek menjadi relatif elastis.

Philip Nelson (1970) membagi produk menjadi 2 jenis, yakni produk-produk yang mengandung "atribut riset" dan "atribut pengalaman". Produk yang mengandung  "atribut riset" dengan mudah dapat dievaluasi dan diukur seperti besar dan berat dari produk-produk makanan, model pakaian, dan ketepatan waktu berangkat pesawat terbang. Barang-barang yang mengandung atribut pengala­man hanya dapat dievaluasi sesudah pembelian, dan sesudah  dievaluasi akan diputuskan untuk tidak atau membeli produk tersebut di masa yang akan datang berdasarkan pengalaman konsunen. Rasa anggur tertentu, efektivitas detergen dan deodoran, dan kualitas cat termasuk dalam atribut pengalaman. Dengan demikian produk-produk yang mempunyai atribut pengalaman Secara efektif memiliki lebih sedikit substitut yang disadari oleh konsumen, dibandingkan dengan barang-barang yang memiliki atribut riset.

Oleh karena itu, penetapan harga promosi lebih sering digunakan di pasar-pasar produk riset, dimana penurunan harga akan membawa lebih banyak respons permintaan yang sangat drastis.

5.             Kesimpulan

1)   Penetapan harga jua1 dengan pendekatan marginal dapat digunakan tiga metode, yaitu (a) menggunakan taksiran kurva permintaan dan MC, (b) Menggunakan taksiran elastisitas harga dan MC, dan (3) membandingkan antara taksiran biaya dan penerimaan inkrenental.

2)   Penetapan harga dengan pendekatan markup adalah cara menetapkan harga dengan menambahkan prosentase tertentu pada biaya langsung. Besarnya tingkat prosentase markup akan tergantung pada besarnya biaya tetap rata-rata dan laba yang diharapkan.

3)   Penetapan harga dengan rekonsi1iasi markup dan marginalis dapat dilakukan dengan cara memasukkan aturan marginalis (MC = MR) dalan markup pricing sehingga diperoleh laba yang maksinun. Dalam praktek, besarnya tingkat markup dapat dibuat dalam kisaran tertentu. Tingkat markup dengan prosentsse tetap akan memaksimumkan laba selama kurva permintaan bersifat iso elastis, Dalam keadaan inflasioner tingkat markup harus disesuaikan dengan tingkat perubahan pendapatan masyarakat. khusus dalam pasar oligopolis tingkat markup dipakai sebagai alat koordinasi dalam penetapan harga.

4)   Dalam pasar produk yang telah mapan pada dasarnya harga umum telah terbentuk. Harga tersebut dapat dinaikkan atau diturunkan dengan melihat atribut yang terkandung dalam  produk, sifat produk baik dalam lini maupun bundelan serta untuk tujuan promosi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C.           PENUTUP

1.    Kegiatan Perkuliahan

c.    Kegiatan Dosen

1)      Dengan metode ceramah bervariasi menjelaskan topic 10.

2)      Mengarahkan presentase dan diskusi.

3)      Member dan  menagih penugasan individu untuk tugas.

d.    Kegiatan Mahasiswa

1)      Memperhatikan dan mengkaji penjelasan materi topic 10.

2)      Melaksanakan diskusi dan presentase

3)      Menyelesaikan dan menyerahkan tugas kelompok dan  individu .

2.    Evaluasi

a. Jenis Evaluasi:

Pre test dan post test, serta partisipasi kegiatan pembelajaran.

b.Alat Evaluasi:

Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi pokok bahasan 10

c.Materi Evaluasi:

1)      Jelaskan ruang lingkup penetapan harga.

2)      Jelaskan model-model penetapan harga.

3)      Menjelaskan Penetapan Harga jual dengan menggunakan Pendekatan Marginal.

4)      Menjelaskan penetapan Harga Jual dengan Rule' of Thumb (Markup Pricing).

5)      Menjelaskan manfaat penetapan harga dalam perusahaan.

 

 

 

BAB XI

PENGGANGGARAN MODAL DAN KEPUTUSAN INVESTASI

A.            PENDAHULUAN

Secara umum  materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman kepada mahasiswa tentang penganggaran modal dan keputusan investasi pada ekonomi manajerial, sehingga setelah mempelajari materi  dalam bab XI ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penganggaran modal dan keputusan investasi pada ekonomi manajerial.

Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:

1)      Menjelaskan ruang lingkup penganggaran modal dan keputusan investasi

2)      Menjelaskan investasi yang bersifat mutually exclusive.

3)      Menjelaskan hubungan antara penganggaran modal dan keputusan investasi.

B.             PENYAJIAN MATERI

1.              Pengganggaran Modal Dengan Ketersediaan Dana Yang Tidak Terbatas

Jika  dana tidak terbatas, keputusan penganggaran modal dalam menerima atau menolak setiap proyek investasi tergantung pada bagaimana setiap proyek investasi memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan disini adalah untuk memaksimalkan profitabilitas jangka panjang atau nilai kekayaan sekarang. Pada suatu kasus, contohnya, suatu proyek yang mendapatkan keuntungan sedikit, inventasi tetap dilakukan karena dianggap memiliki payback periode singkat, maka perusahaan lebih memilih proyek tersebut dibanding dengan proyek yang lebih menguntungkan tetapi membutuhkan waktu yang panjang dalam memiliki pengembalian.

a.    Net Present Value (NPV)

Nilai bersih sekarang (Net present value) menunjukkan angka dari nilai yang didiskontokan atas aliran kas mendatang dari pendapatan dan biaya suatu proyek. Jika NPV dari suatu proyek bernilai positif maka proyek dapat diterima. Dirumuskan sebagai berikut:

 

 

Dimana:

=   Kontribsusi untuk biaya overhead dan laba dari masing-masing periode mendatang. R juga menunjukkan arus kas bersih sesuadah pajak  dari proyek setiap tahun (net  cash flow after taxes).

     Net  cash flow after taxes = (penambahan pendapatan)-(pertambahan biaya overhead + (pakak yang disimpan/tax saving)).

= Biaya awal proyek

= Periode pada saat kas diharapkan

= Tingkat bunga bunga

Tabel NPV

Tahun

Kontribusi ($)

Depresiasi ($)

Tax saving

Cash flow after taxes ($)

Disc factors

Net present Value ($)

0

10.000

-

-

-10.000

1.000

-10.000,00

1

5.000

3.000

$ 1.440

6.440

0.909

5.853,96

2

3.000

3.000

1.440

4.440

0.826

3.667,44

3

2.000

3.000

1.440

3.440

0.751

2.583,44

 

$ 2.104,84

Contoh :

Investasi proyek dengan initial cash outlay sebesar $10.000 dan akan menghasilkan pendapatan selama tiga tahun, dengan nilai sisa $1.000. Nilai  Depresiasi dari investasi proyek selama tiga tahun adalah $ 9.000, dan dengan metode garis lurus, nilai depresiasi dialokasikan sebesar $3.000 per tahun. Kita asumsikan tax rate 48%, maka diperoleh  tax saving sebesar $1.440 pertahun. Diasumsikan discount factor  sebesar 10%. Dari data diatas perhitungan NPV dari aliran kas sesudah pajak dapat dilihat pada tabel berikut:

Dari tabel diatas terlihat bahwa NPV dari proyek tersebut bernilai $ 2.104,84. Karena proyek memiliki NPV positif maka perusahaan seharusnya menerima proyek tersebut. Bila terdapat lebih dari satu usulan alternatif proyek berdasarkan kriteria NPV, maka proyek yang dipilih adalah proyek yang yang memiliki angka NPV paling besar.

b.    Metode  Depresiasi lainnya

     Metode pada soal diatas adalah metode garis lurus, dimana selisih initial cost dan nilai sisa dialokasikan sama besar tiap tahunnya. Alternatif metode depresiasi lain adalah sum years digits method dan double declining balance methode.

1)    Sum Years Didits Method,

Penjumlahan angka tahun hingga tahun terakhir dan tiap tahun terdepresiasi sebesar proporsi rasio antara nilai tahun dengan jumlah nilai tahun. Misalnya depresiasi selama 3 tahun. Jumlah angka tahun adalah 1+2+3=6. Tahun pertama ter depresiadi sebesar 3/6, tahun kedua terdepresiasi sebesar 2/6 dan tahun ketiga (tahun terakhir) terdepresiasi sebesar 1/6. V

2)    Double Declining Balance,

Metode yang menggunakan dua kali depresiasi seperti pada metode garis lurus, tetapi depresiasi tiap tahunnya tidak sama. Misalnyta tahun pertama 2/3 dari $9.000 (yaitu $6.000-), tahun kedua 2/3 sari $3000 (yaitu $2.000) dan tahun terakhir $1000.

Contoh:

Perhitungan depresiasi dengan menggunakan Sum Years Didits Method. Tabel 2 memperlihatkan bahwa pada tahun pertama depresiasi terjadi sebesar ½  ($4.500), pada tahun kedua sebesar 1/3, dan pada tahun ketiga sebesar 1/6.

Tabel Metode Depresiasi

Tahun

Kontribusi ($)

Depresiasi

Tax saving

Cash flow after taxes ($)

Discount factors

Net present Value($)

0

-10.000

-

-

-10.000

1.000

-10.000,00

1

5.000

$ 4.500

$ 2.160

7.160

0.909

6.508,44

2

3.000

3.000

1.440

4.440

0.826

3.667,44

3

2.000

1.500

1.440

2.720

0.751

2.042,72

 

$ 2.218,60

 

c.     The Internal Rate of return (IRR)

IRR (internal rate of return) merupakan tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari arus pendapatan kas bersih dengan biaya awal proyek, dirumuskan:

 

 

IRR menyebabkan present value sama dengan 0. Bila nilai present value 10% maka IRR proyek tersebut adalah 10%. IRR dapat dicari melalui trial and error

Contoh

Tabel 3 memperlihatkan nilai present value pada berbagai discounte rate. Bila NPV didiskontokan 20%, maka nilai NPV yang diperoleh sebesar $ 437,64, hal ini menunjukkan bahwa membutuhkan tingkat diskonto yang lebih besar hingga NPV sama dengan 0. Bila discount rate 25%, NPV bernilai negatif, berarti IRR terletak antara 20-25%. Jika discount rate 23%, NPV sebesar $17,84. Pada kolom terakhir discount rate 23,2% dan NPV yang diperoleh sebesar $ -7,88.

 

 

 

Tabel IRR

Tahun

CFAT

NPV @20%

NPV @25%

NPV @23%

NPV @23,2%

0

$-10.000

$-10.000,00

$-10.000,00

$-10.000,00

$-10.000,00

1

6.440

5.364,52

5.152,00

5.235,72

5.227,27

2

4.440

3.081,36

2,841,60

2.934,84

2.925,24

3

3.440

1.991,76

1.761,00

1.847,28

1.839,61

 

 

$ 437.64

$ -245,12

$ 17,84

$ -7,88

 

Pedoman :

Jika IRR yang diperoleh lebih besar dari pada tingkat suku bunga maka proyek dapat  dilaksanakan. Pengambilan keputusan ini hanya bisa digunakan bila NPV berada dibawah 0.

1

Gambar :Penentuan Tingkat pengeluaran Investasi

Gambar ini menunjukkan proyek investasi A, B, C, D, E, F. Proyek investasi ini dirangking berdasarkan IRR, yang ditunjukkan dengan ketinggian masing-masing balok. Sedangkan lebar balok menunjukkan jumlah modal setiap proyek.

Pada permulaan, perusahaan dapat menggunakan dana internal (keuntungan yang tidak dibagi), dan biaya dana ini disebut opportunity cost. Dana ini dapat diinvestasikan pada berbagai tingkat resiko dan perusahaan berharap memperoleh tingkat manfaat sesuai dengan tujuan investasi. Pada satu titik, dana internal ini akan habis dan perusahaan akan meminjam dana dari pasar keuangan. Tingkat pinjaman ini melebihi opportunity cost dari penggunaan dana internal, karena pasar  berpendapat bahwa perusahaan menghadapi resiko yang hampir sama. Pada gambar 1 Opportunity rate dari dana internal sekitar 8% dan perusahaan dapat meminjam dana dengan tingkat 12%. Pada gambar terlihat bahwa  tingkat bunga tertinggi sekitar 15%. Proyek A, B, C, dan D memiliki IRR lebih tinggi dibanding dengan biaya modalnya, sedangkan proyek E dan F IRR tidak dapat menganti kerugian dari biaya modal. Berdasarkan hal ini, perusahaan disarankan mengambil hanya proyek A hingga D.

d.    Hubungan antara NPV dan IRR

NPV akan bernilai positif bila IRR melebihi oportunity rate of interest. Gambar.2 memperlihatkan ploting NPV suatu proyek terhadap discount rate. Kurva NPV merupakan kurva yang menggambarkan NPV, pada berbagai tingkat discount antara 0 dan IRR. Kurva ini berbentuk konkaf dari titik origin.

2

Gambar :Kurva NPV

Pada titik A, saat discount rate 0% maka NPV sebesar $ 4,320. Pada titik B discount rate 10%. Pada titik C saat discount rate 23,14% maka NPV sama dengan 0.

e.     Profitability Index (PI)

Indeks profitabilitas (profitability index) adalah  rasio NPV dari aliran kas masa depan terhadap biaya initial proyek investasi. Dirumuskan:

 

 

 

Profitability index disebut juga dengan istilah Benefit Cost Ratio, mengukur present value untuk setiap dollar yang diinvestasikan. Jika r=10 maka profitability index dapat dihitung:

                        

 

PI>1 maka proyek diterima. Sebab penerimaan lebih besar daripada biaya. Jika proyek berada pada satu kriteria maka tidak terdapat perbedaan antara NPV, IRR dan PI. Untuk memutuskan menerima atau menolak proyek dengan ksumber daya yang tidak terbatas, salah satu kriteria ini dapat dgunakan.

f.     Payback Periode

Payback periode didefinisikan jangka waktu atau periode pembayaran kembali atas initial investment. Pada gambar 3 Biaya investasi konstan yaitu sebesar $ 10.000. Pada akhir tahun pertama, penerimaan kas bersih yang tidak didiskontokan sebesar $ 6.440, pada akhir tahun kedua sebesar $ 10.880 dan pada akhir tahun ketiga sebesar $ 14.320. Setelah terbentuk kurva, terlihat bahwa kurva melewati garis biaya investasi pada 1,8 tahun yang merupakan payback periodenya.

Kelemahan dari Payback periode tidak mempertimbangkan nilai waktu dari uang dan tidak memperhitungkan penerimaan yang diperoleh setelah payback periode.

T 4

Gambar : Kriteria Pay-Back Periode Investasi

Payback periode cocok digunakan oleh pembuat keputusan atau perusahaan yang lebih mementingkan keuntungan jangka pendek.

g.    Average Rate of Return

Average rate of return didefinisikan sebagai rata-rata penerimaan tahunan (tanpa didiskontokan) dibagi dengan biaya invstasi. Dirumuskan:

 

Contoh

Penerimaan total proyek (tanpa didiskontokan) $ 14.320. Rata-rata penerimaan total $ 4.773, maka

 

ARR tidak mempertimbangkan nilai waktu dari uang dan oleh karena itu, tidak digunakan utntuk membedakan 2 proyek yang memiliki biaya investasi dan pendapatan total yang sama. Modifikasi ARR yang memperhatikan Nilai sekarang pernerimaan kas yang didiskontokan sebagai berikut:

 

Hasilnya merupakan Profitability index yang dibagi 3 yaitu:

 

Hasil ini tidak mengejutkan, perbedaan ARR dan PI hanya terletak  pada PI dibagi dengan masa waktu proyek.

2.              Investasi yang bersifat mutually exclusive

Pada banyak kasus, sebuah perusahaan akan dihadapkan pada proyek investasi yang bersifat mutually exclusive. Ketika proyek bersifat mutually exclusive maka perusahaan perlu merangking proyek sesuai dengan yang mereka kehendaki. Proyek yang dipilih memiliki kontribusi yang lebih terhadap tujuan perusahaan.

Contoh:

Sebuah perusahaan merencanakan untuk mengeluarkan sebuah produk terbaru, dan utnuk menghasilkan produk perusahaan berencana membangunan pabrik dan fasilitas lain (sebut saja pabrik A dan pabrik B). Bila dibandingkan dengan pabrik B, pabrik A lebih mahal tetapi lebih effisien dalam hal cost per unit dan perawatan perlengkapan. Cash flow dan NPV dapat dilihat pada tabel 4. Pada saat discount rate 15%, Pabrik A memberikan NPV lebih tinggi. Jika tujuan  perusahaan untuk memaksimalkam present value dari profitabilitas jangka panjang, maka perusahaan hendaknya memilih pabrik A.

Tabel: Perbandingan biaya dan pendapatan 2 alternatif proyek investasi

 

Pabrik A

Pabrik B

 

Cash Flow

Cash Flow

Cash Flow

Cash Flow

Initial Cost

-100.000

-100.000

-60.000

-60.000

Tahun 1

45.000

39.150

30.000

26.100

Tahun 2

55.000

41.580

37.000

27.972

Tahun 3

50.000

32.900

28.000

18.424

Net cash flow

50.000

13.630

35.000

12.496

 

a.    Keunggulan NPV dibanding dengan IRR pada mutually investment

Tabel di bawah ini menunjukan IRR pabrik A dengan discount rate kurang dari 22,8% sedangkan tabel 6 menunjukkan IRR pabrik B dengan discount rate kurang dari 27,2%.

Berdasarkan IRR, pabrik B lebih dipilih dibanding pabrik A, hasil ini berbeda dibanding dengan menggunakan NPV.

Tabel: Kalkulasi IRR pabrik A

Tahun

CFAT

NPV @25%

NPV @20%

NPV @23%

NPV @22,8%

0

$ -100.000

-100.000

-100.000

-100.0000

$ -100.000

1

45.000

36.000

37.485

36.585

36.644

2

55.000

35.200

38.170

36.355

36.471

3

50.000

25.600

28.950

26.850

27.000

 

 

$  -3.200

$  4.605

$ -210

$ 114

 

Tabel: Kalkulasi IRR pabrik B

Tahun

CFAT

NPV @25%

NPV @20%

NPV @23%

NPV @22,8%

0

$ -60.000

$ -60.0000

$ -60.000

$ -60.000

$ -60.000

1

30.000

24.000

23.430

23.622

23.580

2

37.000

23.680

22.570

22.940

22.866

3

28.000

14.336

13.356

13.670

13.608

 

 

$  2.026

$  -644

$ 232

$ 54

 

 

Gambar dibawah ini memperlihatkan plot NPV pabrik A dan pabrik B.

4

Gambar Kurva NPV

Nilai NPV pabrik A saat discount rate 0%  akan dijumlahan dengan penerimaan bersih yaitu sebesar  $50.000. Pada tabel 15.4, dNPV pabrik A saat discount rate 15% adalah $ 13.360.Tingkat discount rate yang mengurangi NPV sampai dengan 0 adalah sekitar 22,8%. Pada awal investasi, pabrik B memiliki NPV sebesar $ 35.000 pada discount rate 0%. Saat discount rate 15%, NPV pabrik B sebesar $12.496. NPV pabrikj B bernilai 0 saat discount rate 27,2%. NPV kedua proyek besarnya sama saat discount rate sebesar 18%. Saat discount rate dibawah 18% maka proyek yang disarankan adalah  pabrik A, tetapi bila discount rate diatas 18% maka pabrik B disarankan.

b.    Keunggulan NPV dibanding dengan Profitability index

Tabel : Kalkulasi PI

 

Plant A

Plant B

PV of Revenue

113.363

72.496

Initial Cost

100.000

60.000

Profitability Index

1.13363

1,20826

 

Dengan menggunakan kriteria PI, proyek B lebih baik dibanding dengan proyek A. Bila menggunakan NPV proyek A lebih baik dibanding dengan proyek B

 

C.           PENUTUP

1.    Kegiatan Perkuliahan

a. Kegiatan Dosen

1)      Dengan metode ceramah bervariasi menjelaskan topic 11.

2)      Mengarahkan presentase dan diskusi.

3)      Memberi dan  menagih penugasan individu untuk tugas.

b.Kegiatan Mahasiswa

1)      Memperhatikan dan mengkaji penjelasan materi topic 11.

2)      Melaksanakan diskusi dan presentase

3)      Menyelesaikan dan menyerahkan tugas kelompok dan  individu .

2.    Evaluasi

a.Jenis Evaluasi:

Pre test dan post test, serta partisipasi kegiatan pembelajaran.

b.Alat Evaluasi:

Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi pokok bahasan 11

c.Materi Evaluasi:

1)      Menjelaskan ruang lingkup penganggaran modal dan keputusan investasi

2)      Menjelaskan investasi yang bersifat mutually exclusive.

3)      Menjelaskan hubungan antara penganggaran modal dan keputusan investasi.

 

 

 

 

 

BAB XII

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

 

A.            PENDAHULUAN

Secara umum  materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman kepada mahasiswa tentang analisa laporan keuangan pada ekonomi manajerial, sehingga setelah mempelajari materi  dalam bab IX ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami analisa laporan keuangan pada ekonomi manajerial.

Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:

1)    Menjelaskan Konsep Analisis Laporan Keuangan

2)    Menjelaskan analisis ratio laporan keuangan

3)   Menjelaskan rasio likuiditas dalam laporan keuangan

4)   Menjelaskan rasio manajemen aktiva dalam laporan keuangan

5)   Menjelaskan rasio manajemen hutang dalam laporan keuangan

6)   Menjelaskan rasio profitabilitas dalam laporan keuangan

7)   Menjelaskan rasio nilai pasar dalam laporan keuangan

8)   Menjelaskan analisis tren dalam laporan keuangan

 

B.             PENYAJIAN MATERI

1.              Konsep Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan menjelaskan bagaimana  penggunaannya oleh manajer untuk meningkatkan kinerja, oleh pada kreditor digunakan untuk mengevaluasi kemungkinan pinjamannya dapat ditagih kembali dan oleh para pemegang saham digunakan untuk meramalkan keuntungan yang akan diterima, deviden dan harga saham. Analisis laporan keuangan melibatkan (1) membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja perusahaan lain dalam bidang yang sama, (2) mengevaluasi tren posisi keuangan perusahaan dari waktu ke waktu. Dua kegiatan diatas akan membantu manajemen mengidentifikasi berbagai kekurangan yang mereka memiliki kemudian mengevaluasi dan mengambil tindakan untuk memperbaikinya.

Analisis keuangan akan melaporkan posisi perusahaan pada waktu tertentu maupun operasinya selama suatu periode dimasa lalu. Nilai sebenarnya dari laporan keuangan adalah bahwa laporan keungan tersebut dapat digunakan untuk membantu meramalkan keuntungan dan deviden dimasa yang akan datang.

2.              Analisis Rasio

Analisis rasio adalah suatu cara yang digunakan untuk membandingkan prestasi sebuah perusahaan dengan perusahaan lain dengan melihat laporan keuangannya. Sebagai contoh perusahaan A memiliki hutang sebesar 5.248.760 dan beban bungan sebesar 419.900 sedangkan perusahaan B memiliki hutang sebesar 52.647.980 dan beban bunga 3.948.600. Dari data ini bisa dinilai perusahaan mana yang lebih kuat dengan membandingkan utang masing-masing perusahaan dengan aktivanya dan beban yang harus dibayar dengan  laba yang tersedia.

3.              Rasio Likuditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya. Aktiva lancar adalah aktiva yang diperdagangkan dalam pasar yang aktif dan dapat dengan mudah diuangkan atau diubah menjadi kas. Hal ini akan selalu berhubungan dengan pertanyaan apakah perusahaan akan mampu membayar hutang-hutangnya pada jangka waktu jatuh tempo. Kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dirumuskan sebagai berikut :

Rasio lancar =

Aktiva lancar meliputi kas, sekuritas, piutang usaha dan persediaan. Kewajiban lancar terdiri atas utang usaha, wesel, tagihan jangka pendek, utang jatuh tempo kurang dari 1 tahun, akrual pajak dan beban akrual lainnya.

4.              Rasio Manajemen Aktiva

Adalah serangkaian rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan telah mengelola aktiva-aktivanya. Rasio ini digunakan untuk menjawab apakah jumlah total dari tiap jenis aktiva seperti dalam neraca terlihat wajar, terlalu tinggi atau rendah dibanding  tingkat penjualan.

a.    Mengevaluasi Persediaan dengan Rasio Perputaran Persediaan

Rasio perputaran persediaan adalah perbandingan antara penjualan dan persediaan dan dirumuskan sebagai berikut :

Rasio perputaran persediaan =

                                             =

Nilai hasil dari rasio ini kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata rasio yang sama pada perusahaan lain, jika angkanya lebih kecil dari rata-rata maka rasio perusahaan tersebut dikatan tidak efektif karena terlalu banyak persediaan.

b.    Mengevaluasi Piutang dengan Jumlah Hari Penjualan Belum Tertagih

Jumlah hari penjualan belum tertagih (days sales outstanding – DSO) digunakan untuk menilai piutang dihitung dengan membagi piutang dengan hari penjualan rata-rata untuk menemukan beberapa hari penjualan masih dicatat dalam piutang. Angka ini akan menggambarkan lamanya waktu menunggu bagi perusahaan untuk menerima kas setelah ada penjualan, dan dirumuskan sebagai berikut :

DSO   =

         =

c.     Mengevaluasi Aktiva Tetap : Rasio Perputaran Aktiva Tetap

Digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan mempergunakan pabrik dan peralatannya. Ditunjukkan dengan rasio dari penjualan terhadap aktiva tetap bersih, dirumuskan sebagai berikut :

Rasio perputaran aktiva tetap =

                                              =

d.    Mengevaluasi Total Aktiva : Rasio Perputaran Total Aktiva

Digunakan untuk mengukur perputaran dari seluruh aktiva perusahaan, dihitung dengan membagi penjualan dengan total aktiva.

Rasio perputaran total aktiva=

                                             =

5.              Rasio Manajemen Hutang

Jika perusahaaan menggunakan pendanaan melalui hutang atau leverage ada tiga implikasi penting yang harus diperhatikan, yaitu (1) dengan penggunaan dana dari hutang para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan dengan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan, (2) kreditor akan melihat pada ekuitas atau dana yang diperoleh sendiri sebagai suatu batasan keamanan, sehingga jika semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka makin kecil resiko yang dihadapi kreditor, (3) jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar dari bunga yang dibayarkan maka pengembalian modal dari pemilik akan diperbesar (leveraged).

Ada dua alasan tentang leveraged ini yaitu :

(1)    karena beban menjadi pengurang pajak, penggunaan hutang akan menurunkan tagihan pajak dan memberikan lebih banyak laba operasi perusahaan yang tersedia pada investornya,

a.    jika laba operasi yang dinyatakan sebegai presentase dari aktiva tetap ternyata melebihi tigkat bunga, maka perusahaan dapat menggunakan hutang untuk memperoleh aktiva, membayar bunga atas hutang dan sisa bagi pemegang sahamnya.

 

 

b.    Bagaimana perusahaan didanai : Total hutang terhadap total aktiva

Umumnya disebut sebagai rasio hutang, akan mengukur persentase dari dana yang diberikan oleh para kreditor, dirumuskan sebagai berikut

     Rasio hutang =

                          =

Total hutang meliputi kewajiban lancar dan hutang jangka panjang. Kreditor lebih menyukai rasio hutang yang lebih rendah karena semakin rendah rasionya maka akan semakin besar peredaman dari kerugian jika terjadi likuidasi.

c.     Kemampuan untuk membayar bunga : Rasio kelipatan pembayaran bunga

Rasio ini dihitung dengan membagi laba sebelum beban bunga dan pajak dengan beban bunga, disebut juga dengan times interest earned (TIE), dirumuskan sebagai berikut :

Rasio kelipatan pembayaran bunga =

                                                        =

Rasio ini mengukur sejauh mana laba operasi dapat menurun sebelum perusahaan tidak mampu lagi membayar biaya bungan tahunannya. Kegagalan dalam memenuhi kewajiban ini akan mengakibatkan kebangkrutan.

Rasio ini memiliki kelemahan:

(1)     bunga bukanlah satu-satunya beban keuangan yang bersifat tetap, perusahaan juga harus mengurangi hutangnya sesuai jadwal dan banyak perusahaan yang menyewa aktiva sehingga harus membayar sewa aktiva,

(2)     EBIT tidak mencerminkan seluruh arus kas yang tersedia untuk melayani hutang, terutama bagi perusahaan yang memiliki beban depresiasi dan amortisi yang tinggi

d.    Kemampuan untuk melayani hutang : Rasio cakupan EBITDA

Adalah sebuah rasio dimana pembilangnya meliputi seluruh arus kas yang tersedia untuk memenuhi beban keuangan tetap dan penyebutnya meliputi  beban keuangan tetap. Rasio ini digunakan untuk mengatasi kelemahan pada rasio TIE, dirumuskan sebagai berikut :

Rasio cakupan EBITDA =          

      

6.              Rasio Profitabilitas

Adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang pada hasil operasi. Rasio profitabilitas terdiri dari :

a.    Margin  laba atas penjualan

Dihitung dengan membagi laba bersih penjualan dan akan menunjukkan laba per nilai mata uang dari penjualan, dirumuskan sebagai berikut :

Margin laba atas penjualan =

       

b.    Kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (BEP)

Rasio ini menggambarkan kemampuan dari aktiva-aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi yang dihitung dengan membagi EBIT dengan total aktiva.

   BEP =

Laba yang dimaksud disini adalah laba sebelum pengaruh pajak dan leverage, angka-angka ini akan bermanfat dalam membandingkan perusahaan dengan berbagai situasi pajak dan tingkat leverage keuangan.

c.     Tingkat pengembalian total aktiva

Adalah rasio antara laba bersih terhadap aktiva. Tingkat pengembalian total aktiva (return on total assets – ROA) setelah beban bunga dan pajak dirumuskan sebagai berikut:

ROA=

Jika nilainya lebih rendah dari rata-rata industri yang hal ini disebabkan (1) kemampuan untuk menghasilkan laba perusahaan rendah, dan (2) biaya bunga yang tinggi akibat hutang.

d.    Tingkat pengembalian ekuitas saham biasa

Adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa, digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian atas investasi dari pemegang saham biasa (return on common equity – ROE) dirumuskan sebagai berikut :

     ROE=

Angka ini akan sangat berguna bagi pemegang saham yang berinvestasi dalam perusahaan karena menunjukkan tingkat pengembalian oleh perusahaan.

7.              Rasio Nilai Pasar

Adalah sekelompok rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan pada laba, arus kas dan nilai buku per sahamnya. Rasio-rasio ini dapat memberikan indikasi kepada manajemen mengenai apa yang dipikirkan oleh investor tentang kinerja masa lalu dan prospek perusahan dimasa yang akan datang.

a.    Rasio harga/laba

Rasio harga/laba (price/earning – P/E) menunjukkan berapa banyak jumlah uang yang  rela dikeluarkan oleh investor untuk membayar setiap dolar laba yang dilaporkan. Dirumuskan sebagai berikut :

Rasio harga/laba (P/E) =

Rasio ini akan bernilai lebih tinggi pada perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang kuat dan lebih rendah pada perusahaan yang lebih beresiko.

b.    Rasio harga/arus kas

Rasio harga per lembar saham dengan dibagi oleh arus kas per lembar saham, dimana hal ini menunjukkan jumlah uang yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap satu nilai uang arus kas. Rasio ini diperhatikan oleh para investor karena pada beberapa industri harga saham akan lebih terikat pada arus kas daripada laba bersih. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Rasio harga/arus kas =

Arus kas per lembar saham dihitung dengan membagi laba bersih dan depresiasi serta amortisasi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar.

c.     Rasio nilai pasar/nilai buku

Rasio atas harga pasar saham terhadap nilai bukunya juga akan memberikan indikasi yang lain tentang bagaimana investor memandang perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian ekuitas yang relatif tinggi biasanya menjual dengan perkalian nilai buku yang lebih besar jika dibanding dengan perusahaan yang pengembaliannya rendah

Nilai buku per lembar saham=

 

 

Rasio nilai pasar/nilai buku =

8.              Analisis Tren

Perusahaan X

 

Rata-rata industri

 
 

Tren akan memberikan petunjuk mengenai apakah kondisi keuangan sebuah perusahaan akan mengalami peningkatan atau penurunan, menganalisis tren dalam rasio sama pentingnya dengan dengan tingkat absolutnya. Analisis ini di dilakukan dengan memetakan rasio perusahaan selama beberapa waktu dalam sebuah grafik dibanding rasio rata-rata perusahaan yang lain. Misalnya seperti grafik tingkat pengembalian ekuitas saham biasa dibawah ini :

a.    Menyatukan Semua Rasio : Persamaan Du Pont

Adalah rumus yang menunjukkan bahwa tingkat pengembalian atas aktiva dapat diperoleh dengan mengalikan margin laba dengan perputaran total aktiva, hasil merupakan tingkat pengembalian atas aktiva (rate of return on assets – ROA) dirumuskan sebagai berikut :

            ROA = Margin laba x Perputaran total aktiva

                     =  x …(A)

jika perusahaan hanya didanai oleh ekuitas saham biasa maka tingkat pengembalian atas aktiva (ROA) dan tingkat pengembalian atas ekuitas (ROE) akan sama karena total aktivanya sama dengan total ekuitas saham biasa atau dirumuskan sebagai berikut:

ROA = x = ROE

Kesamaan ini akan tetap terjadi jika dan hanya jika total aktiva = ekuitas saham biasa, jika perusahaan tidak menggunakan hutang. Jika menggunakan hutang maka nilai ROE harus lebih besar dar ROA. Lebih spesifik lagi tingkat pengembalian atas aktiva (ROA) dapat dikalikan dengan pengganda ekuitas (equity multiplier), yang merupakan rasio dari total aktiva terhadap ekuitas saham biasa.

            Pengganda ekuitas =

Bagi perusahaan yang banyak menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan akan memiliki penggandaan ekuitas yang lebih tinggi, semakin besar hutang, semakin kecil ekuitas sehingga penggandaan ekuitasnya semakin tinggi. Tingkat pengembalian ROE akan bergantung pada ROA dirumuskan sebagai berikut :

ROE = ROA x Pengganda ekuitas

= x = ROE ..(B)

Jika persamaan A dan B digabung maka menjadi persamaan Du Pont yang diperluas yang menunjukkan bagaimana margin laba, rasio perputaran total aktiva, dan pengganda ekuitas bersama-sama menentukan ROE :

ROE = (margin laba) (perputaran aktiva) (pengganda ekuitas)

= x x

 

b.    Rasio Komparatif Dan  Benchmarking

Analisis rasio akan melibatkan perbandingan-perbandingan rasio sebuah perusahaan dengan rasio dari perusahaan lain dalam industri yang sama. Teknik ini disebut ”penentuan tolok ukur/patokan” atau benchmarking dan perusahaan yang dijadikan tolok ukur disebut perusahaan benchmark. Dengan teknik ini akan dengan mudah diketahui posisi perusahaan secara relatif terhadap kompetitornya.

c.     Penggunaan Dan Keterbatasan Analisis Rasio

Analisis rasio digunakan untuk berbagai tujuan tergantung sudut pandang dari pihak yang membutuhkan. Bagi manajer berguna untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan. Analis kredit memanfaatkan analisis rasio untuk membantu memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya. Analis saham yang tertarik pada efisiensi, resiko dan prospek pertumbuhan perusahaan memanfaatkan analisis ini untuk membantu mengambil keputusan dalam penanaman sahamnya.

Meskipun analisis rasio dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi manajer, analis kredit dan analis saham, analisis ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain :

1.    bagi industri besar yang mengoperasikan perusahaan dengan banyak divisi yang berbeda-beda akan sulit untuk mengembangkan sekumpulan angka rata-rata industri yang bermakna, atau analisis ini cocok untuk perusahaan kecil yang ruang lingkupnya tidak terlalu kompleks

2.    kebanyakan perusahaan ingin mendapat rasio yang lebih tinggi daripada rata-rata industri, padahal pencapaian kinerja rata-rata saja tidak dapat diartikan sebagai suatu hal yang bagus

3.    sangat dipengaruhi oleh inflasi, sehingga analisis rasio untuk perusahaan selama beberapa waktu atau analisis komparatifnya harus diartikan dengan menyertakan pertimbangan inflasi

4.    faktor-faktor musiman dapat membuat nilai rasio bias. Masalah ini dapat diminimalisir dengan menggunakan rata-rata bulanan untuk persediaan (dan piutang) ketika menghitung rasio perputaran

5.    perusahaan dapat menggunakan teknik ”window dressing” untuk membuat kesan laporan keuangan mereka menjadi lebih kuat, padahal angka-angka yang ditampilkan adalah angka semu

6.    pengertian-pengertian akuntansi bisa membuat angka rasio menjadi bias sehingga perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi oleh akuntan

7.    nilai rasio bisa bermakna ganda. Sebagai contoh, rasio lancar yang tinggi dapat mengindikasikan posisi likuiditas yang kuat dan hal ini dipandang sebagai hal yang baik, bisa juga bermakna adanya kas yang berlebihan dan ini bernilai buruk, karena kas yang berlebihan sebagai aktiva tidak menghasilkan laba

8.    sebuah perusahaan mungkin memiliki beberapa rasio yang terlihat bagus dan rasio-rasio yang terlihat buruk, yang menjadikannya sulit untuk menentukan apakah menurut neraca perusahaan tersebut kuat atau lemah. Hal ini dapat diatasi dengan prosedur statistik untuk menganalisis efek bersih (net effect) dari seluruh rasio.

9.    penggunaan yang efektif dari rasio keuangan mensyaratkan adanya laporan keuangan yang didasarkan pada akurasi sesuai kenyataan. Beberapa manipulasi yang dilakukan perusahaan besar menjadikan rasio-rasio yang ditampilkan tidak sesuai dengan kenyataan.

d.    Masalah Dengan Roe

ROE banyak digunakan sebagai parameter keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan kekayaan pemegang saham, meskipun ROE digunakan secara luas sebagai tolok ukur dan sering berkorelasi positif terhadap kekayaan pemegang saham namun beberapa masalah akan timbul jika perusahaan hanya menggunakan ROE sebagai satu-satunya tolok ukur kinerja. Hal ini disebabkan karena :

1.    ROE tidak mempertimbangkan resiko. Padahal pemegang saham selain memperhatikan tingkat pengembalian juga memperhatikan resiko

2.    ROE tidak memperhatikan modal yang diinvestasikan.

e.     Melihat Dibalik Angka

Suatu analisis keuangan yang baik mensyaratkan tidak hanya melibatkan penghitungan angka-angka. Analisis yang baik mensyaratkan dipertimbangkannya beberapa faktor kualitatif tertentu ketika mengevaluasi sebuah perusahaan.

Faktor-faktor tersebut adalah :

1)    Apakah pendapatan perusahaan terkait pada satu pelanggan kunci

2)    Sampai sejauah mana pendapatan perusahaan terkait pada satu produk utama

3)    Sampai sejauh mana perusahaan bergantung pada satu pemasok saja

4)    Berapa besar persentase dari bisnis perusahaan yang dihasilkan dari luar negeri

5)    Adanya kompetisi

6)    Prospek dimasa depan, dan

7)    Lingkungan hukum dan perundang-undangan

9.              Kesimpulan

Dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

v  Analisis laporan keuangan umumnya dimulai dengan berbagai rasio keuangan yang dibuat untuk menyatakan kekuatan dan kelemahan perusahaan dibanding perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat dilihat kondisi keuangannya membaik atau memburuk

v  Rasio likuiditas menunjukkan hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar, dimaksudkan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang yang jatuh tempo

v  Rasio manajemen aktiva digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan telah mengelola aktivanya

v  Rasio manajemen hutang digunakan untuk melihat sejauh mana perusahaan didanai dengan hutang dan sejauh mana kemungkinan mengalami gagal bayar atas kewajiban hutangnya

v  Rasio profitabilitas menunjukkan gabungan pengaruh dari kebijakan likuiditas, manajemen aktiva, dan manajemen hutang pada hasil-hasil operasional

v  Rasio nilai pasar menghubungkan harga saham perusahaan terhadap laba, arus kas dan nilai buku per lembar saham yang dapat memberikan gambaran bagi investor tentang prospek masa depan

v  Analisis tren, dengan memetakan rasio-rasio selama beberapa waktu kita bisa melihat kecenderungan perkembangan perusahaan

v  Persamaan Du-Pont yang diperluas dirancang untuk menghubungkan margin laba atas penjualan, rasio perputaran total aktiva, dan penggunan hutang akan saling berinteraksi untuk menentukan tingkat pengembalian atas ekuitas

v  Benchmarking digunakan untuk membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahan lain yang sejenis

v  ROE memiliki kelemahan karena tidak mempertimbangkan resiko dan jumlah investasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C.           PENUTUP

1. Kegiatan Perkuliahan

a. Kegiatan Dosen

1)      Dengan metode ceramah bervariasi menjelaskan topic 12.

2)      Mengarahkan presentase dan diskusi.

3)      Member dan  menagih penugasan individu untuk tugas.

b.Kegiatan Mahasiswa

1)      Memperhatikan dan mengkaji penjelasan materi topic 12.

2)      Melaksanakan diskusi dan presentase

3)      Menyelesaikan dan menyerahkan tugas kelompok dan  individu .

2.Evaluasi

a.    Jenis Evaluasi:

Pre test dan post test, serta partisipasi kegiatan pembelajaran.

b.    Alat Evaluasi:

Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi pokok bahasan 12

c.    Materi Evaluasi:

1)    Menjelaskan Konsep Analisis Laporan Keuangan

2)    Menjelaskan analisis ratio laporan keuangan

3)   Menjelaskan rasio likuiditas dalam laporan keuangan

4)   Menjelaskan rasio manajemen aktiva dalam laporan keuangan

5)   Menjelaskan rasio manajemen hutang dalam laporan keuangan

6)   Menjelaskan rasio profitabilitas dalam laporan keuangan

7)   Menjelaskan rasio nilai pasar dalam laporan keuangan

8)   Menjelaskan analisis tren dalam laporan keuangan

BAB XIII

STRATEGI BERSAING DAN KUALITAS PRODUK

 

A.           PENDAHULUAN

Secara umum  materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman kepada mahasiswa tentang strategi bersaing dan kualitas produk pada ekonomi manajerial, sehingga setelah mempelajari materi  dalam bab XIII ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami strategi bersaing dan kualitas produk pada ekonomi manajerial.

Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:

1)   Menjelaskan konsep strategi bersaing.

2)   Menjelaskan Strategi Kepemimpinan Biaya dan Desain Produk

3)   Menjelaskan strategi diferensiasi dan desain produk

4)   Strategi focus dan desain produk

 

B.            PENYAJIAN MATERI

1.             Konsep Strategi Bersaing

Usaha memasarkan produknya, perusahaan menggunakan strategi pemasaran berorientasi pasar dengan menerapkan empat “P” ; Price (harga), Promotion (Promosi), Product quality (Kualitas produk) dan Place (tempat). Keempat P ini, merupakan variabel utama dalam strategi perusahaan. Namun ada satu hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam kegiatan pemasaran yaitu strategi bersaing (Compettive strategy).  

Strategi bersaing digunakan perusahaan untuk dapat meraih keuntungan persaingan berupa pendapatan atau keuntungan yang lebih dibanding dengan perusahaan dalam industri sejenis. 

Strategi bersaing melibatkan keputusan secara simultan atas desain (yang menyangkut kualitas), harga, promosi dan tempat penjualan produk. Oleh karena itu dalam paper ini akan dibahas mengenai strategi bersaing dalam kaitannya dengan empat P di atas, khususnya untuk tiga P pertama. Perlu dikemukakan bahwa kualitas produk mencakup bentuk, daya tahan, kegunaan dan sebagainya.

Seperti telah dinyatakan diatas bahwa strategi bersaing merupakan suatu strategi dari suatu perusahaan untuk dapat menguasai pasar agar perusahaan dapat memperoleh pendapatan dan atau keuntugan yang lebih dari perusahaan sejenis.

Secara umum ada tiga jenis strategi bersaing, yaitu ; strategi kepemimpinan biaya, diferensiasi dan strategi fokus. Dimana masing-masing mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Perbedaan tersebut antara lain :

Ø Strategi kepemimpinan biaya yaitu strategi dimana perusahaan berusaha untuk menjadi pemasok dengan biaya terendah. Keuntungan persaingan yang diperoleh dari strategi ini berupa keuntungan tertinggi dari batas harga pokok rata-rata industri.

Ø Strategi diferensiasi yaitu strategi dimana perusahaan berusaha untuk membedakan produknya dari produk-produk perusahaan lain. Keuntungan persaingan yang diperoleh berupa keuntungan yang tinggi yang didapat dari harga yang lebih dari pada biaya pembedaan.

Ø Strategi fokus yaitu strategi dimana perusahaan mengkonsentrasikan pada bagian tertentu dari pasarnya. Disini diterapkan baik strategi kepemimpinan biaya maupun diferensiasi.

Untuk lebih rinci perbedaan diantara ketiga strategi bersaing tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

 

 

 

 

 

 

Tabel Perbedaan antara 3 Strategi Bersaing

(Kepemimpinan Biaya, Diferensiasi dan Strategi Fokus)

Jenis Perbedaan

Strategi Bersaing

Kepemimpinan Biaya

Diferensiasi

Fokus

1

2

3

4

Target Strategi

Perluasan pasar secara cross-section

Perluasan pasar secara cross-section

Segmen pasar yang sempit dimana kebutuhan dan preferensi pembeli dapat dibedakan, dan mengambil yang tidak dilayani pesaing

Basis keuntungan persaingan

Biaya yang lebih rendah daripada pesaing

Kemampuan untuk menawarkan kepada pembeli sesuatu yang berbeda dari pesaing

Harga yang rendah untuk sebagian pasar atau kemampuan menawarkan sesuai selera dan kebutuhan  pembeli

Lini Produk

Produk dasar yang baik dengan sedikit hiasan tambahan (pilihan yang terbatas dan kualitas yang dapat diterima konsumen)

Beberapa variasi produk, pilihan yang banyak, penekanan pada segi-segi perbedaan produk.

Menemukan kebutuhan-kebutuhan pelanggan yang cocok di dalam target pasar

Penekanan Produksi

Penyelidikan yang terus menerus untuk mengurangi biaya tanpa menghilangkan kualitas dan ciri-ciri pokok yang dapat diterima konsumen.

Mencari jalan untuk menciptakan nilai-nilai bagi pembeli.

Produk yang bersifat pesanan

Penekanan Pasar

Mencoba untuk membuat sifat-sifat pokok dari ciri-ciri produk untuk mendapatkan biaya rendah

-     Memenuhi ciri-ciri yang bersedia dibayar pembeli.

-     Mengenakan harga premium untuk menutup biaya tambahan bagi pembeda produk

Mengkomunikasikan kemampuan yang unik untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan khusus pembeli

Kelanjutan Strategi

-     Harga yang ekonomis dan atau nilai yang baik

-     Seluruh unsur dari strategi ditunjukan pada kontribusi keuntungan biaya yang terus-menerus dalam setiap area bisnis

-     Mengkomunikasikan inti perbeaan dalam cara yang dapat dipercaya

-     Menekankan pengembangan yang konstan dan menggunakan pembaruan untuk meninggalkan pesaing tiruan.

-     Mengkonsentrasikan pada sejumlah kecil ciri-ciri perbedaan, dan menggunakannya untuk menciptakan reputasi dan image merek

Menerapkan loyalitas secara total untuk melayani yang lebih baik daripada pesaing. Jangan merusak image perusahaan dan berusaha dengan memasuki segmen pasar yang lain menambahkan jenis produk yang lain untuk memperluas pasar.

 

 

Penerapan strategi bersaing yang dikaitkan dengan desain produk, perlu melihat kategori produk berdasarkan kesulitan dan biaya yang dihadapi konsumen ketika berusaha mengevaluasi kualitas produk. Berdasarkan hal itu, produk dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu research product (produk penyelidikan), experience product (produk pengalaman), dan crederence product (produk kepercayaan).  

Produk penyelidikan adalah produk yang atributnya mudah dilihat oleh konsumen melalui kegiatan penyelidikan ataupun pencarian informasi, dan atribut tersebut menjadi dasar bagi keputusan pembelian oleh konsumen. Produk pengalaman adalah produk yang sifatnya hanya dapat dievaluasi oleh konsumen setelah pembelian; sedangkan produk kepercayaan adalah produk yang dibeli oleh konsumen atas dasar kredibilitas tertentu; produk ini dapat dievaluasi secara tidak sempurna sekalipun telah dibeli ulang.

2.             Strategi Kepemimpinan Biaya dan Desain Produk

Strategi kepemimpinan biaya mengharuskan perusahaan untuk dapat mencapai posisi perusahaan dengan biaya terendah dalam pasar atau setidak-tidaknya sebagai salah satu dari produsen dengan biaya rendah. Untuk mencapai biaya minimum perusahaan perlu :

·      Terus menerus menerapkan teknologi mutakhir dalam proses produksinya

·      Meningkatkan promosi penjualan secara gencar untuk memperoleh manfaat dari kurva belajar,

·      Ukuran pabrik yang ekonomis, atau

·      Keuangan yang ekonomis.

Promosi tersebut dapat dilakukan melalui promosi harga dan periklanan; oleh karenanya strategi kepemimpinan biaya akan berkaitan dengan strategi penetapan harga dan periklanan. Keterkaitannya dengan penetapan harga juga mengimplikasikan bahwa strategi kepemimpinan biaya berkaitan dengan desain (kualitas) produk. Disamping itu strategi kepemimpinan biaya memungkinkan untuk menjadi strategi bersaing yang optimal bagi perusahaan. Optimalisasi tersebut dapat dilihat dari dua hal yaitu pada produk penyelidikan dan pada saat pemimpin biaya mengalami kekosongan (tidak ada) atau diperebutkan.

a.    Produk Penyelidikan (Search Product) dan Strategi Kepemimpinan Biaya (Cost Leadership Strategy)

Produk penyelidikan adalah produk yang atributnya mudah dilihat oleh konsumen melalui kegiatan penyelidikan ataupun pencarian informasi, dan atribut tersebut menjadi dasar bagi keputusan pembelian oleh konsumen. Olehnya maka produk ini akan mudah dievaluasi oleh konsumen, sehingga konsumen akan membandingkan produk tersebut. Sebagai akibatnya, jika produk perusahaan tidak memiliki atribut-atribut yang dikehendaki dalam persaingannya produk tersebut tidak akan dapat mempertahankan pangsa pasarnya pada tingkat harga yang sama. Untuk itu perusahaan perlu mengkompensasikan kekurangan atribut yang diinginkan dengan  jalan mengurangi harga, atau merencanakn lagi produk tersebut sehingga lebih kompetitif atas dasar kualitas. Sebagai akibatnya perusahaan akan dipaksa untuk menyamai atau bahkan melebihi penjualan terbaik produk pesaing, untuk menghasilkan produk yang memiliki sifat sama atau bahkan lebih dan melakukan semua hal yang ada dalam produk pesaing. Hal itu untuk mengatasi turunnya penjualan karena suatu produk yang kualitasnya rendah akan mudah diidentifikasi oleh konsumen dan dengan cepat akan mengurangi penjualan.

Elastisitas iklan terhadap permintaan bagi produk penyelidikan relatif rendah, dan iklan yang persuasif tidak akan efektif karena konsumen dapat dengan mudah mengevaluasi perbedaan produk perusahaan dengan produk pesaing. Sebaliknya untuk elastisitas harga relatif tinggi karena konsumen tahu pasti apa yang sedang didapati, sehingga mudah sekali untuk berpindah pada produk yang harganya lebih rendah. Oleh karenanya promosi harga merupakan strategi yang cukup baik untuk produk penyelidikan, walaupun penurunan harga tersebut diikuti pesaing (akan terjadi persaingan harga).

Dalam kondisi iklan yang persuasif tidak efektif dan persaingan harga yang akan membuat harga tetap rendah mendekati biaya perunit perusahaan, keuntungan persaingan hanya akan dapat diperoleh dengan membuat struktur biaya yang lebih rendah dari pesaing. Perusahaan tidak perlu takut pada pesaing yang melakukan pemotongan harga di bawah biayanya, karena biaya perusahaan lebih rendah dari pesaing (terkecuali dalam posisi pemimpin rugi). Dengan demikian strategi kepemimpinan biaya merupakan strategi terbaik untuk produk penyelidikan.

b.   Saat posisi pemimpin biaya kosong

Tidak adanya kepemimpinan biaya di pasar disebabkan karena semua perusahaan pesaing mengejar strategi diferensiasi, dimana produk-produk mereka akan cenderung menyebar ke seluruh atribut. Kemungkinan besar keadaan ini  akan menyulitkan perusahaan untuk bersaing atas dasar atribut pengalaman dan kepercayaan. Oleh sebab itu perusahaan harus mempertimbangkan strategi kepemimpinan biaya.

Jika perusahaan sudah mencapai tingkat biaya yang lebih rendah, maka perusahaan akan mengikuti kepemimpinan harga perusahaan lain, atau perusahaan mengambil peranan pemimpin harga. Perusahaan dapat mencapai tingkat biaya lebih rendah karena adanya efek belajar, ukuran pabrik yang ekonomis serta keuangan yang ekonomis yang dapat meningkatkan volume penjualan. Dengan demikian perusahaan akan menjadi  pemimpin biaya.

Usaha untuk menjadi pemimpin biaya  akan sangat beresiko, karena harus berhadapan dengan pemimpin biaya yang lebih mapan. Usaha menggantikan posisi pemimpin biaya bisa menyebabkan harga jatuh di bawah tingkat keuntungan maksimum, dan dengan demikian keuntungan akan lebih kecil. Hal itu terjadi terutama pada produk pengalaman dan kepercayaan yang relatif kurang elastis. Dalam usaha menjadi pemimpin biaya, perusahaan harus berhati-hati, kecuali jika perusahaan yang biayanya rendah, pemimpin biaya tidak ada atau pemimpin biaya berada pada posisi yang mudah diserang. Pemimpin biaya yang ada dapat diserang bila pemimpin biaya tersebut tidak memasukan sebagian besar perlengkapan penghematan biaya, dan tidak dapat melakukannya karena keterbatasan biaya.

c.    Implikasi Kepemimpinan biaya bagi desain produk.

Ada 3 implikasi utama strategi bersaing biaya dalam desain produk yaitu :  

Pertama; Produk perusahaan harus “Cover the bases” yang dapat ditutup oleh produk lain yang ditawarkan dalam suatu pasar pada harga yang sama. Perusahaan harus berusaha menyamai atau bahkan melebihi produk lain pada setiap tingkat harga-kualitas. Pada lini-produk harus ada produk dasar yang mempunyai kualitas dan harga yang lebih rendah. Produk dasar tersebut diperlukan karena adanya permintaan yang lebih terbatas terhadap produk yang memiliki kualitas dan harga yang lebih tinggi. Permintaan yang terbatas akan menyebabkan kurangnya kesempatan untuk mengurangi biaya melalui proses belajar, ukuran pabrik yang ekonomis, maupun keuangan yang ekonomis.

Kedua; Untuk mengurangi biaya-biaya, pemimpin biaya sebaiknya memotong kelebihan dari produk-produknya. Sehingga hal-hal pokok saja yang diperlukan pada masing-masing tingkat kualitas harga dan tidak memberikan pasokan yang berlebihan pada atribut-atribut masing-masing kualitas. Keuntungan persaingan bagi pemimpin biaya paling baik dicapai dengan hanya memenuhi persyaratan minimal atas produknya.

Ketiga; Pemimpin biaya dapat melakukan pengembangan produk yang bersaing di bawah merek yang berbeda. Strategi ini mengikuti kecenderungan dari produk penyelidikan yang cenderung beraneka ragam. Peningkatan dalam segmen pasar yang lebih banyak akan dapat memberikan keuntungan perusahaan yang diperoleh dari ukuran pabrik yang ekonomis, keuangan yang ekonomis, pengaruh kurva belajar, pencapaian biaya per unit yang lebih rendah, dan pemasarannya.

d.   Penetapan Harga Promosi  dan Periklanan untuk Melengkapi Strategi Kepemimpinan Biaya

Strategi kepemimpinan biaya sebaiknya dilengkapi dengan strategi penetapan harga promosi dan perikalanan informatif secara berkala. Strategi harga promosi merupakan penawaran potongan harga kepada konsumen. Strategi ini sangat memungkinkan karena batas keuntungan masih dapat diterima pada harga jualnya. Strategi ini diharapkan akan meningkatkan permintaan, sehingga keuntungan total  dapat lebih tinggi atau setidaknya sama dengan pada harga umum.

Strategi harga promosi dapat dilakukan dengan cara mengobral produk (on sale) selama periode tertentu. Ada beberapa alasan, mengapa cara penjualan obral dilakukan oleh perusahaan.

o  Pertama; perusahaan memiliki kelebihan persediaan dan ingin mengurangi biaya penyimpanan.

o  Kedua; untuk memperluas pangsa pasar.

o  Ketiga; untuk memotivasi pengecer dalam menjual produk perusahaannya.

o  Keempat; untuk lebih bersaing, apabila para pesaingnya juga mengobral produknya.

o  Kelima;  sebagai loss leaders, agar pembeli tertarik pada perusahaan tersebut, sehingga akan meningkatkan permintaan konsumen pada produk-produk berikut.

Bila dilihat dari sudut pandang perusahaan, penetapan harga promosi memiliki kerugian-kerugian.

o  Pertama; hasil penjualan dan laba dari produk bisa jatuh, bila permintaan tidak seelastis yang diharapkan.

o  Kedua; pembeli mungkin tak membeli pada harga normal dan menunggu sampai produk diobral lagi.

o  Ketiga; harga promosi dapat meningkat kesadaran konsumen akan harga, misalnya menuntut harga produk seperti harga semula.

o  Keempat; dapat menghancurkan persepsi konsumen tentang kualitas produk yang diobral.

Periklanan  penting sekali dalam menginformasikan kepada para pembeli bahwa produknya sedang dijual dan harga jualnya. Disamping itu juga untuk mengingatkan para pembeli tentang kualitas dari produk. Periklanan yang persuasif akan lebih efektif untuk produk-produk pengalaman dan kepercayaan, tetapi sifat persuasif itu hanya mendapatkan bobot yang sedikit bagi keputusan pembeli terhadap produk penyelidikan. Produk penyelidikan cocok dengan menggunakan periklanan yang cukup pendek dan hanya membutuhkan fakta tetapi informatif. Pengeluaran untuk iklan produk penyelidikan akan lebih sedikit dibanding untuk produk pengalaman maupun produk kepercayaan.

3.             Strategi Diferensiasi dan Desain Produk

Inti dari strategi diferensiasi adalah untuk menaikan nilai produk kepada konsumen dengan biaya produksi yang lebih tinggi dan harga jual yang dinaikkan.  Nilai bagi pembeli kemungkinan dicapai dengan produk yang diproduksi dengan bahan dasar yang baik dengan biaya yang rendah dan dijual dengan harga yang mahal tetapi lebih rendah dari harga reservasi konsumen. Disamping itu, strategi diferensiasi juga mengacu pada usaha untuk memberikan perhatian yang khusus kepada konsumen melalui pelayanan dan kualitas produk yang lebih baik.

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam strategi diferensiasi adalah riset pasar dalam rangka menetukan nilai-nilai atribut dari suatu produk termasuk (yang terutama) kualitas produk. Riset pasar tersebut dapat dilakukan melalui penjualan (pramuniaga/salesman), pelayanan jaminan garansi ataupun langsung dari konsumen.

a.     Kepemimpinan Kualitas

Strategi diferensiasi dapat berkompetisi secara efektif atas dasar kualitas, dimana kualitas digunakan sebagai sinonim atas adanya sifat yang diinginkan. Untuk menciptakan penjualan pada konsumen tertentu maka harus menawarkan kualitas produk yang lebih tinggi dengan harga tertentu. Disamping itu, diperlukan pelayanan yang lebih baik, baik pada waktu penjualan maupun setelah penjualan.

Strategi diferensiasi digunakan perusahaan untuk menjadi pemimpin dalam kualitas dimata konsumen. Perusahaan berusaha untuk menawarkan produk berkualitas dengan harga tertentu, walaupun perusahaan lain juga menawarkan produk yang baik. Dalam rentangan kualitas – harga dari pembeli, produk yang akan dipilih adalah produk yang menawarkan kualitas yang paling bagus untuk harganya. Walaupun sudah ada pemimpin dalam kualitas yang sudah diakui dalam pasar, namun masing-masing perusahaan sama-sama berlomba untuk menjadi pemimpin dalam kualitas pada  segmen pasar tertentu.

b.   Diferensiasi Atas Dasar Penelitian, Pengalaman dan Kepercayaan Produk

Diferensiasi akan efektif bila minimal terdapat beberapa pembeli yang yakin bahwa ada perbedaan yang berarti antara produk perusahaan dengan produk perusahaan lain. Perbedaan tersebut berhubungan dengan persepsi terhadap kualitas produk.

Untuk produk penyelidikan, produk haruslah memiliki perbedaan yang pasti terhadap produk saingannya dalam hal atribut yang dicari konsumen. Sehingga konsumen akan segera mengenalinya dan akan mengalihkan kesetiaannya pada pemimpin kualitas.

Dalam produk pengalaman dan kepercayaan diperlukan adanya usaha untuk dapat meningkatkan perbedaan sifat-sifat pengalaman dan kepercayaan dalam produk sesuai kebutuhan konsumen. Sifat-sifat itu antara lain; rasa, daya tahan, kualitas musik dan sejenisnya. Dengan adanya sifat yang berbeda/khas, konsumen akan yakin terhadap produk tersebut setelah mencoba atau membelinya, sehingga selanjutnya akan menjadi dasar bagi pembeli.

c.    Keuntungan Merek

Produk-produk yang memiliki atribut pengalaman dan kepercayaan merupakan hal penting dalam keputusan pembelian. Konsumen selalu melihat merek sebagai jaminan kualitas. Merek perusahaan dapat dipandang sebagai “stock of information” yang telah dibentuk sejak lama. Didalamnya tercakup informasi yang berhubungan dengan atribut pengalaman dan kepercayaan atas produk yang dibeli.

Apabila merek perusahaan telah diyakini mempunyai keunggulan, akan mudah untuk perusahaan memperkenalkan produk baru atau versi baru dari produk yang lama. Dalam keadaan ini konsumen akan merasa yakin tentang kualitas produknya dan akan memilih membeli produk tersebut daripada produk perusahaan lain. Disinilah terdapat keuntungan merek. Keuntungan merek merupakan peningkatan kemungkinan pembelian konsumen atas produk karena merek.

Untuk mendapatkan keuntungan merek, perusahaan harus mengusahakan kualitas dan harga yang lebih tinggi dari pesaingnya. Jika perusahaan dapat menaikan harga dengan nilai yang lebih tinggi dari kenaikan biaya diferensiasi, maka akan diperoleh keuntungan bersaing dalam merek.

d.   Implikasi Kepemimpinan Kualitas bagi Desain Produk

Ada tiga implikasi  kepemimpinan kualitas bagi desain produk yaitu :

o  Untuk menerapkan diferensiasi, perusahaan harus mendesain produk yang melayani pembeli secara lebih baik dalam rentang harga pembeli. Karena permintaan pembeli atas dasar selera dan kualitas berbeda, perusahaan dapat melayani pembeli dengan cara memberikan lini produk dengan menempatkan produk-produknya secara strategis pada sepanjang interval kualitas-harga. Lini produk tersebut dapat berupa produk yang sifatnya pengganti maupun pelengkap. Disamping itu, perusahaan dapat juga melayani pembeli.

o  Pemimpin harga harus berusaha sebagai yang pertama menampilkan ciri-ciri baru dalam produk yang akan membedakan produknya dari produk pesaing. Hal ini penting terutama sebagai atribut penyelidikan dalam produk penyelidikan.

o  Konsistensi kualitas produk yang standar sangat penting untuk dipertahankan. Hal ini mengingat merek produk menjadi “stock information”  yang akan ditransfer oleh konsumen terhadap pembelian produk yang baru.     

e.    Penetapan Harga dan Periklanan untuk Melengkapi Kepemimpinan. Kualitas.

Produk yang memuaskan kebutuhan pelanggan, akan menimbulkan permintaan yang kurang elastis atau lebih tidak elastis, dibanding produk yang kurang cocok dengan kebutuhan pembeli. Elastisitas harga yang lebih rendah berarti lebih meninggikan keuntungan. Pada kondisi demikian, maka penetapan harga promosi ataupun persaingan harga tidak tepat. Oleh karenanya perusahaan dapat menentukan harga tinggi dan bersaing dalam kualitas daripada bersaing harga. Bila sebagai pemimpin kualitas, perusahaan dapat menarik harga premium dari pembeli yang percaya bahwa hal itu merupakan biaya ekstra baginya.

Strategi periklanan perusahaan harus dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan yang ada bahwa produk-produk perusahaan adalah lebih baik, sekaligus untuk menyebarkan kepercayaan tersebut kepada pembeli potensial.  Atribut-atribut penyelidikan perlu diungkap dengan iklan yang informatif, sedangkan untuk atribut-atribut pengalaman dan kepercayaan perlu diungkap dengan iklan persuasif. Strategi periklanan yang cocok untuk melengkapi strategi diferensiasi adalah bila dalam menggunakan periklanan rasio penjualan – iklan sama dengan rasio elastisitas periklanan terhadap elastisitas harga.

6.             Strategi Fokus dan Desain Produk

Strategi fokus merupakan strategi dimana perusahaan mengkonsentrasikan pada segmen pasar tertentu bukan seluruh pasarnya, dan menerapkan strategi kepemimpinan biaya maupun strategi diferensiasi.

a.    Strategi Fokus – Biaya

Dalam segmen pasar tertentu kita akan berhadapan dengan pembeli yang beraneka ragam dalam jumlah permintaannya, mulai dari yang sedikit sampai yang besar. Beberapa atau mungkin sebagian besar perusahaan akan mencari bisnis dari pembeli dalam jumlah yang lebih besar karena dari satu transaksi penjualan saja memberikan volume penjualan dan laba yang lebih banyak daripada transaksi dengan pembeli dalam jumlah yang kecil. Pembeli dalam jumlah kecil atas pesanan khusus mungkin saja diabaikan oleh perusahaan besar, atau mungkin dilayani dengan harga yang tinggi. Dalam kasus pembeli dalam jumlah kecil, perusahaan mungkin saja memfokuskan pada strategi kepemimpinan biaya jika dapat melayaninya dengan harga yang lebih rendah daripada perusahaan lain.

Dengan  demikin strategi fokus-biaya melibatkan seleksi segmen pasar yang kecil dan spesialisasi dalam produksi barang atau jasa yang diminta pelanggan. Dalam pasar yang permintaannya berbeda dalam ukuran dan kompleksitasnya, seperti percetakan, pakaian dan reparasi mobil, pilihan terbaik perusahaan adalah memfokuskan pada pemenuhan barang dan jasa yang biayanya rendah terhadap pembeli jumlah kecil dan khusus, daripada berusaha bersaing ketat untuk permintaan besar dengan perusahaan besar.

b.   Strategi Fokus – Kualitas

Strategi ini memfokuskan pada kualitas produk pada segmen pasar tertentu. Hal ini dapat diterapkan bila perusahaan lain menempati pasar yang luas dan mengkonsentrasikan pada produk-produk standard dan menjadi pemimpin biaya yang kuat. Disamping itu juga dapat diterapkan bila perusahaan lain sukses dalam strategi diferensiasi. Penerapannya yaitu terhadap pembeli yang menginginkan produk yang bersifat distinctly different seperti pembeli yang menginginkan selera khusus (keinginan untuk dibedakan dari yang lain, keinginan untuk pelayanan yang sangat cepat, keinginan untuk memamerkan kekayaan) yang bersedia membayar lebih untuk produk yang mencerminkan seleranya. Perusahaan yang menganut strategi fokus – kualitas harus berusaha keras untuk memenuhi produk tersebut dengan harga premium yang melebihi biaya diferensiasi produk.

Contoh; mobil Roll Royce adalah mobil terbaik di dunia dan bergengsi. Mobil ini diproduksi dengan rancangan tangan dan sangat memperhatikan komponen secara detail. Harganya sangat mahal atau bisa sepuluh sampai limabelas kali lipat dari harga mobil biasa. Karena itu mobil ini dapat menarik perhatian dan memberikan kesan eksklusif bagi pemiliknya.

c.    Desain Produk, Penetapan Harga dan Periklanan untuk Strategi Fokus

Ahli strategi fokus – biaya akan mendesain produknya dengan biaya produksi rendah dengan target pasar terbatas dan jumlah yang kecil.  Sedangkan untuk ahli strategi fokus – kualitas akan menambahkan keistimewaan-keistimewaan produknya dimana dengan keistimewaan tersebut akan dapat ditambahkan harga yang lebih besar dari biaya untuk itu. Pada produk penyelidikan akan lebih cocok menerapkan strategi fokus – biaya sedangkan untuk produk pengalaman dan kepercayaan, strategis fokus – kualitas kemungkinan akan optimal.

Bagi perusahaan yang berusaha memasuki suatu pasar, strategi fokus dipandang cocok untuk diterapkan. Untuk mendapatkan kedudukan dan menghindari persaingan langsung atas sejumlah perusahaan, perusahaan perlu memfokuskan pada permintaan yang kecil dan hendaknya lebih mengkhususkan pada segmen pasar yang relatif diabaikan oleh sejumlah perusahaan pada saat itu. Bila sukses dalam segmen pasar yang dipilih, perusahaan dapat memperluas pasarnya.

Kepemimpinan harga dalam segmen pasar tertentu, memungkinkan untuk memaksimumkan laba jangka pendek. Tetapi hal ini hanya cocok jika perusahaan merencanakan untuk jangka pendek, atau jika rintangan untuk masuknya perusahaan lain tidak dapat diatasi, ataupun juga jika strategi yang memaksimumkan EVP digunakan untuk mengikuti masuknya beberapa perusahaan baru dan kemudian untuk membatasi masuknya lebih lanjut. Penetapan harga promosi lebih tepat diterapkan untuk produk-produk penyelidikan. Penetapan harga dalam strategi fokus – kualitas melibatkan penetapan harga dalam lini-produk, pemaketan (pembundelan) produk, peranan terbaik penetapan harga jangka pendek bagi tujuan perusahaan.

Perusahaan yang menganut strategi fokus-biaya sebaiknya menerapkan strategi periklanan informatif yang menekankan pada harga untuk produk penyelidikannya. Bila strateginya fokus – kualitas, penerapan strategi iklan yang persuasif bagi produk pengalaman dan kepercayaan akan cenderung optimal.

7.             Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut :

1)   Ada tiga jenis strategi bersaing yaitu ; kepemimpinan biaya, diferensiasi dan strategi fokus.

2)   Perbedaan umum diantara tiga jenis strategi bersaing yaitu : strategi kepemimpinan biaya mendasarkan biaya terendah, strategi diferensiasi mendasarkan perbedaan kualitas produk, dan strategi fokus perusahaan berdasarkan pada segmen pasar tertentu dengan menerapkan strategi kepemimpinan biaya maupun strategi diferensiasi.

3)   Secara khusus perbedaan diantara tiga jenis strategi bersaing dapat dilihat dari : target strateginya, basis yang dijadikan keuntungan persaingan, lini produk, penekanan produksi, penekanan pasar, dan kelanjutan strategisnya.

4)   Strategi kepemimpinan biaya dapat menjadi strategi yang optimal bagi perusahaan baik untuk produk penyelidikan, produk pengalaman, maupun produk kepercayaannya. Hal ini dikarenakan struktur biaya yang lebih rendah dari pesaing atau karena adanya kekosongan pemimpin biaya.

5)   Implikasi strategi kepemimpinan biaya terhadap desain produk ada tiga yaitu :

1.    Produk perusahaan harus “cover the bases” yang dapat ditutup oleh produk lain yang ditawarkan pada harga yang sama. Pada lini-produk harus ada produk dasar yang mempunyai kualitas dan harga yang lebih rendah.

2.    Untuk mengurangi biaya-biaya, pemimpin biaya sebaiknya memberikan dalam produknya unsur pokok saja.

3.    Pemimpin biaya dapat melakukan pengembangan produk dengan merek yang berbeda untuk mengikuti kecenderungan dari produk penyelidikan yang beraneka ragam

6)   Dalam strategi kepemimpinan biaya penetapan harga promosi sangat memungkinkan karena batas keuntungan  penetapan harga promosi sangat memungkinkan karena batas keuntungan masih dapat diterima pada harga jualnya. Mengenai periklanan, periklanan yang persuasif akan lebih efektif untuk produk-produk pengalaman dan kepercayaan. Sedangkan untuk produk penyelidikan cocok menggunakan periklanan yang informatif.

7)   Strategi diferensiasi mengacu pada usaha untuk memberikan perhatian yang khusus kepada konsumen melalui pelayanan dan kualitas produk yang lebih baik. Perusahaan harus berusaha untuk menjadi pemimpin dalam kualitas, paling tidak di mata konsumen.

8)   Diferensiasi hanya akan efektif bila minimal ada beberapa pembeli yakin bahwa ada perbedaan (kualitas) yang berarti. Bagi produk penyelidikan, haruslah memiliki perbedaan yang pasti terhadap produk saingannya. Dalam produk pengalaman dan kepercayaan perlu meningkatkan perbedaan atribut pengalaman dan atribut yang dapat dipercaya dalam produk sesuai kebutuhan konsumen.

9)   Bila perusahaan memiliki merek yang telah diyakini unggul, dapat untuk memperkenalkan produk baru atau versi baru dari produk yang lama.

10)    Implikasi strategi diferensiasi bagi desain produk meliputi ;

o  Perusahaan harus mendesain produk yang melayani pembeli secara lebih baik dalam rentang harga dan kualitas yang diinginkan pembeli.

o  Pemimpin kualitas harus berusaha sebagai yang pertama menampilkan ciri-ciri baru dalam produk yang akan membedakan produknya dari produk pesaing.

o  Konsistensi kualitas produk yang standar sangat penting untuk dipertahankan, mengingat merek produk menjadi “stock information” yang akan ditransfer oleh konsumen terhadap pembelian produk yang lain.

11)    Perusahaan lebih baik bersaing dalam kualitas dari pada bersaing harga untuk produk yang kurang/tidak elastis. Bila sebagai pemimpin kualitas, perusahaan dapat menghilangkan harga premium. Periklanan perusahaan harus dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan bahwa  produk perusahaan adalah yang lebih baik.

12)    Strategi fokus-biaya melibatkan selesksi segmen pasar kecil dan spesialisasi dalam produk. Dalam pasar yang permintaannya berbeda dalam ukuran dan kompleksitasnya, pilihan terbaik perusahaan adalah memfokuskan pada pemenuhan barang dan jasa yang biayanya rendah terhadap pembeli jumlah kecil dan spesialis.

13)    Strategis fokus-kualitas dapat diterapkan bila perusahaan lain menempati pasar yang luas dengan produk-produk standard dan menjadi pemimpin biaya yang kuat. Dapat juga diterapkan bila perusahaan lain sukses dalam strategi diferensiasi.

14)    Penetapan harga promosi dalam strategi fokus-biaya lebih tepat diterapkan untuk produk – penyelidikan. Penetapan haraga dalam strategi fokus-kualitas  melibatkan penetapan harga dalam lini-produk, pemaketan (pembundelan) produk, peranan terbaik penetapan harga jangka pendek bagi tujuan perusahaan. Perusahaan yang menganut strategi periklanan informatif. Bila strateginya fokus-kualitas, penerapan strategi iklan yang persuasif akan cenderung optimal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C.           PENUTUP

1. Kegiatan Perkuliahan

a. Kegiatan Dosen

1)   Dengan metode ceramah bervariasi menjelaskan topic 12.

2)   Mengarahkan presentase dan diskusi.

3)   Member dan  menagih penugasan individu untuk tugas.

b.Kegiatan Mahasiswa

1)   Memperhatikan dan mengkaji penjelasan materi topic 12.

2)   Melaksanakan diskusi dan presentase

3)   Menyelesaikan dan menyerahkan tugas kelompok dan  individu .

2.    Evaluasi

a.    Jenis Evaluasi:

Pre test dan post test, serta partisipasi kegiatan pembelajaran.

b.    Alat Evaluasi:

Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi pokok bahasan 12

c.    Materi Evaluasi:

1)        Menjelaskan konsep strategi bersaing.

2)        Menjelaskan Strategi Kepemimpinan Biaya dan Desain Produk

3)        Menjelaskan strategi diferensiasi dan desain produk

4)        Strategi focus dan desain produk

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR RUJUKAN

 

Ahman, Eeng dan  Rohmana, Yana. (2007). “Pengantar Teori Ekonmi Mikro”. LAB EKOP dan KOPERASI UPI

Arsyad, Lincolin. 2000. Ekonomi Manajerial “Ekonomi Mikro Terapan Untuk Manajemen Bisnis”. Yogyakarta:BPFE Yogyakarta

Asfia Murni, S.E., M. Pd, Ekonomika Makro, PT Refika Aditama, Bandung

Dominick Salvatore, Ekonomi Manajerial dalam perekonomian Global ( Edisi 5), Salemba empat,2005.

Gaspersz,Vincent.2005.  EKONOMI MANAJERIAL” Pembuatan  Keputusan Bisnis”. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

Henry Faizal Noor, Ekonomi Manajerial, Rajawali Pers, 2007

Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Mikro Ekonomi, Erlangga

Prof. Dr. Soeharno, TS, TU, SU, Ekonomi Manajerial, Penerbit  Andi, Yogyakarta

Samuelson dan Nordhaus. (2004). “Ilmu Makro Ekonmi. Jakarta: PT. Media Global Edukasi.

Soeharno, 2007. Ekonomi Manajerial, Penerbit Andi, Yogyakarta

 

 

 

 

 

 

 

 

 

GLOSARIUM

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUBUNGAN ANTARA MANUSIA DENGAN SESAMANYA