EKONOMI MANAJERIAL
BAB I
RUANG LINGKUP EKONOMI MANAJERIAL
A.
PENDAHULUAN
Secara umum materi pembelajaran ini
bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman kepada mahasiswa tentang gambaran
umum ekonomi manajerial, sehingga setelah mempelajari materi dalam bab I ini, diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami ruang lingkup ekonomi manajerial.
Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:
1) Menjelaskan pengertian, sifat dan ruang
lingkup ekonomi manajerial.
2) Menjelaskan teori perusahaan.
3) Menjelaskan sifat dan teori laba
4) Menjelaskan peranan bisnis dalam
masyarakat.
5) Menjelaskan Analisis yang digunakan.
6) Menjelaskan Tujuan Perusahaan
B.
PENYAJIAN MATERI
1.
Pengertian, Sifat dan Ruang Lingkup Ekonomi
Manajerial
Evan J. Douglas (1995) memberi pengertian
ekonomi manajerial sebagai berikut: Ekonomi manajerial adalah cabang ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip metodologi ekonomi
dalam proses pengambilan keputusan perusahaan atau organisasi.
Dominic Salvatore (1996): Ekonomi
manajerial adalah pengetahuan yang menunjukkan adanya aplikasi teori ekonomi
dan analisis pengetahuan pengambilan keputusan yang menelaah bagaimana
organisasi dapat mencapai tujuan secara efisien.
Menurut
Mc Connel (1993), ekonomi manajerial adalah alat analisis yang sangat berguna bagi manajer dalam pengambilan keputusan bisnis. Sesuai
dengan namanya, ekonomi manajerial merupakan
hibrid dari ilmu ekonomi dan ilmu manajemen.
Ilmu ekonomi adalah studi tentang perilaku manusia dalam memproduksi, mendistribusi dan mengkonsumsi barang dan jasa. Sedangkan sumber daya yang tersedia untuk mewujudkannya.
Sedangkan
menurut Ket (2000) Ilmu manajemen dapat diartikan sebagai ilmu dan seni tentang bagaimana mengorganisasikan dan mengalokasikan sumber daya perusahaan yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan
demikian ekonomi manajerial adalah aplikasi dari
analisis ekonomi dalam membuat keputusan bisnis agar sumber daya perusahaan yang terbatas dialokasikan
pada penggunaannya yang paling baik.
Ekonomi
Mikro Terapan (Applied Microeconomics), bertujuan memberikan suatu kerangka kerja untuk menganalisis keputusan-keputusan manajerial, sehingga
dengan pendapat di atas dapat dilihat pada gambar
1.1, yaitu ekonomi manajerial merupakan integrasi dari bidang ilmu manajemen, ilmu ekonomi dan metode kuantitatif.
Prinsip-prinsip
ekonomi manajerial pengambilan keputusan oleh manajer yang berkaitan dengan mengalokasikan sumber-sumber daya yang langka secara efesien, antara lain: Man, Money, Material, Methode.
Ekonomi manajerial (Managerial economics)
adalah aplikasi teori ekonomi dan perangkat analisi ilmu keputusan untuk
membahas bagaimana suatu organisasi dapat mencapai tujuan atau maksudnya dengan
cara yang paling efisien.
Menerapkan
teori dan metode ekonomi dalam bisnis dan pengambilan keputusan administrative. Menggambarkan bagaimana
kekuatan-kekuatan ekonomi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan-keputusan
manajerial.
Penggunaan
ekonomi manajerial :
1) Menyarankan
peraturan-peraturan untuk memperbaiki keputusan manajerial
2) Memberitahukan pata
manajer hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi secara
efisien
3) Membantu para manajer
untuk mengenali bagiamana
kekuatan-kekuatan ekonomi mempengaruhi organisasi dan menjelaskan konsekuensi ekonomi dari perilaku manajerial
4) Mengidentifikasikan
cara-cara untuk secara efisien mencapai sasaran perusahaan
Gambar: Proses Pengambilan Keputusan Ekonomi Manajerial
Masalah keputusan manajemen timbul dalam
organisasi apa saja – bisa di perusahaan yang mencari laba, organisasi nirlaba (seperti
rumah sakit atau universitas), atau lembaga-lembaga pemerintah – pada saat
organisasi tersebut berusaha mencapai tujuannya dengan menghadapi berbagai
kendala atau batasan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan mungkin berusaha untuk
memaksimumkan laba dengan keterbatasan seperti ketersediaan input penting dan
kendala-kendala hukum. Rumah sakit mungkin berusaha untuk mengobati pasien
sebanyak mungkin dengan standar kesehatan yang ”cukup” dengan ketrbatasan sumber daya fisik (dokter,
teknisi, perawat, peralatan, tempat tidur) dan anggaran. Tujuan sebuah
universitas negeri mungkin adalah menyediakan pendidikan yang cukup bagi
sebanyak mungkin mahasiswa, dengan kendala fisik dan keuangan yang dihadapi
a) Keterkaitan
dengan Teori Ekonomi
Teori ekonomi (economic theory) mengacu
pada ekonomi mikro dan makro. Ekonomi mikro (microeconomics) adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku ekonomis secara individual sebagai unit pengambil
keputusan. Ekonomi makro (macroeconomics) adalah ilmu yang mempelajari tentang
output di perekonomian yang dilihat secara keseluruhan. Teori ekonomi biasanya
dimulai dengan model. Model merupakan abstraksi dari banyak hal kecil yang
meliputi suatu kejadian untuk menentukan faktor penentu yang paling penting.
Suatu organisasi dapat memecahkan masalah keputusan manajemennya dengan
menerapkan teori ekonomi dan perangkat ilmu keputusan. Teori ekonomi mengacu
kepada teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makro. Teori ekonomi mikro adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
ekonomis secara individual sebagai
unit pengambil keputusan, seperti konsumen individu, pemilik sumber daya, dan
perusahaan bisnis, di dalam sistem perdagangan bebas. Ekonomi makro sebaliknya, adalah ilmu yang membahas tentang output,
pendapatan, pekerjaan, konsumsi, investasi, dan harga secara total atau agregat
di perekonomian dilihat secara
keseluruhan. Meskipun teori (ekonomi mikro) perusahaan merupakan
satu-satunya elemen yang sangat penting dalam ekonomi manajerial, kondisi
ekonomi makro secara umum (seperti tingkat permintaan agregat, tingkat
inflasi,dan tingkat bunga) di mana perusahaan juga beroperasi juga sangat
penting.
b) Keterkaitan
dengan Ilmu Keputusan
Ekonomi manajerial juga berhubungan erat
dengan ilmu keputusan. Ilmu ini menggunakan perangkat matematika ekonomi dan ekonometri
untuk membentuk dan mengestimasi model keputusan yang ditujukan untuk
menentukan perilaku optimum perusahaan. Matematika ekonomi digunakan untuk
memformalkan model ekonomi yang dipostulatkan oleh teori ekonomi. Ekonometri
menerapkan peralatan statistik pada data dunia nyata untuk mengestimasi model
yang dipostulatkan oleh teori ekonomi dan untuk peramalan.
Bila diasumsikan bahwa selera tidak berubah
maka kita dapat mempostulatkan model formal sebagai berikut :
Q = f ( P, Y, PC, PS )
Jadi ekonomi manajerial adalah aplikasi
teori ekonomi dan perangkat ilmu pengambilan keputusan untuk menemukan solusi
optimal pada masalah keputusan manajerial.
c) Keterkaitan
dengan Berbagai Area Fungsional Ilmu Administrasi Bisnis
Hubungan antara ekonomi manajerial dan area fungsional ilmu administrasi
bisnis, seperti di ketahui area fungsional tersebut meliputi akuntansi,
keuangan, pemasaran, manajemen sumber daya manusia, dan produksi. Berbagai
disiplin ilmu ini mempelajari lingkungan bisnis di mana perusahaan beroperasi
dan dengan demikian, menyediakan latar belakang bagi pengambilan keputusan
manajerial. Jadi, ekonomi manajerial dapat dianggap sebagai palajaran yang
ruang lingkupnya luas yang mengintegrasikan teori ekonomi, ilmu pengambilan
keputusan, dan area fungsional ilmu administrasi bisnis; dan membahas bagaimana
hal tersebut berintegrasi satu sama lain pada saat perusahaan berusaha untuk
mencapai tujuannya dengan cara yang paling efisien.
Area fungsional tersebut meliputi
akuntansi, keuangan, pemasaran, manajemen sumber daya manusia atau personalia
dan produksi. Proses – proses yang berkaitan dengan semua pengambilan keputusan
manajerial pada pada dasarnya adalah sama. Proses tersebut antara lain :
· menetapkan tujuan perusahaan atau
organisasi
· mendefinisikan permasalahan yang dihadapi
perusahaan atau organisasi dalam usaha mencapai tujuan tersebut.
· mengidentifikasikan berbagai solusi
· memilih solusi terbaik dari solusi yang
tersedia
· mengimplementasikan keputusan
2.
Teori Perusahaan
Teori perusahaan mengakui maksimisasi nilai yang di harapkan sebagai
tujuan sebuah bisnis. Maksimisasi nilai adalah yang di harapkan
penekanannya para maksimisasi laba yang mencakup ketidakpastian dan
dimensi waktu
a. Batasan teori perusahaan
Kebanyakan keputusan manajerial dibuat
berdasarkan batasan yang dikenakan oleh teknologi, kelangkaan sumber daya,
kewajiban kontrak dan batasan-batasan pemerintah. Untuk mengambil keputusan
yang memaksimumkan nilai, para manajer harus mempertimbangkan baik
implikasi jangka pendek maupun jangka panjang serta bagaiimana berbagai
batasan eksternal tsb mempengaruhi kemampuan mereka untuk mencapai
tujuan organisasi.
Tiga kategori batasan
perusahaan adalah :
i.
Batasan Sumber Daya
contoh :
-
tenaga terlatih
-
bahan mentah
-
mesin
-
ruang gudang
ii.
Batasan Jumlah
Atau Mutu Keluaran
contoh :
-
tingkat keluaran minimum ttt harus diproduksi untuk
memenuhi kebutuhan pengiriman
-
persyaratan gizi untuk untuk campuran makanan
-
persyaratan keandalan untuk produk-produk elektronik
-
persyaratan untuk tingkat pelayanan
iii.
batasan hukum
contoh :
-
upah minimum
-
standar kesehatan dan keamanan
-
standar emisi polusi
-
persyaratan efisiensi bahan bakar
-
praktek penetapan harga yang wajar
b. Pembatasan teori perusahaan
Teori perusahaan menyatakan bahwa para
manajer meamksimumkan nilai perusahaan dengan di kenakan batasan – batasan yang
di tetapkan oleh sumber daya, teknologi, dan masyrakat. Taori tersebut tidak
secara ekplisit mengenai sasaran – sasaran lainya, termasuk kemungkinaan bahwa
para manajer kemungkinan mengambil tindakan – tindakan yang akan menguntungkan
pihak – pihak lain di luar para pemengang saham, kemunkinanmanajer itu sendiri
atau masyrakat pada umum nya, tetapi mengurangi kekayaan pemengan saham,jadi
model tersebut tampak nya mengabaikan kemungkinaan tindakan yang sekedar
memadai, kepentingan diri manajer, dan tanggung jawab social sukarela di pihak
bisnis.
Apakah model ekonomi dari perusahaan ini
benar-benar cukup sebagai dasar studi kita tentang pengambilan
keputusan manajerial ?
Jawabannya adalah
‘YA”, alasannya :
§ riset telah memperlihatkan
bahwa persaingan kuat pada umumnya, baik dalam pasar produk maupun pasar modal
(u/ memperoleh modal) memaksa para manajer untuk mengusahakan maksimisasi
nilai dalam keputusan-keputusan mereka.
§ Para manajer harus
mempertimbangkan baik biaya maupun keuntungan dari setiap tindakan
sebelum mereka dapat membuat keputusan yang beralasan
§ Model maksimisasi nilai
memberikan pendalaman untuk kegiatan-kegiatan tanggung-jawab sosial suka rela
perusahaan, walaupun jika dilihat sekilas.
3.
Sifat
dan Teori Laba
Public dan masyarakat pada umumnya
mendifinisikan laba menggunakan konsep akuntansi. Di sini laba merupakan sisa
pendapatan penjualan setelah di kurangi biaya ekplisit ( akuntansi ) dalam
menjalankan bisnis laba adalah jumlah yang tersedia bagi modal atau posisi
kepemilikan setelah pembayaran untuk semua sumber daya lainya yang di
pergunakan perusahaan.
Bagi seorang ekonomi, laba merupakan laba
bisnis di kurangi biaya modal yang implicit dan masukan – masukan lain yang di
sediakan pemilik dan di pergunakan perusahaan, konsep laba ini sering kali di
rujuak sebagai laba ekonomi untuk membedakannya dengan konsep laba bisnis.
Konsep laba bisnis dan laba ekonomi
membantu mempertajam kita pada mengapa laba ada dan apa perannya dalam
perekonomian pasar bebas, konsep laba ekonomi mengenali pembayaran yang di
perlukan untuk penggunaan masukan yang di sediakan pemilik.
a.
Teori
friksi dari laba Ekonomi
Teori ini menyatakan bahwa pasar sering
kali tidak berada dalam ekulibrium karena adanya perubahan yang tidak di
antisipasi dalam permintaan produka atau produksi biaya
b.
Teori
Monopoli dari laba ekonomi
Teori ini menyatakan bahwa beberapa
perusahaan, karena faktor – faktor seperti skala ekonomi, persyaratan modal
yang tinggi, atau perlindungan impor, dapat mengembangkan posisi monopoli yang
memungkinkan mereka untuk mempertahankan laba di ats normal untuk periode waktu
yang lebih panjang
c.
Teori
inovasidari laba ekonomi
Teori ketiga dari laba ekonomi – teori
inovasi – juga berkaitan dengan friksi, Dalam teori ini laba yang di atas
normal dapat timbul sebagai hasil inovasi yang berhasil.
d.
Teori
kompensasi dari laba ekonomi
Menyatakan bahwa tingkat pengembalian yang
di atas normal semata – mata merupakan imbalan bagi perusahaan yang sangat
berhasil dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, memperthankan operasi yang evisien
dan sebagai nya. Teori ini juga mengenali laba ekonomi sebagai imbalan yang
penting bagi fungsi kewirausahaan dari para pemilik atau para manajer. Setiap
perusahaan dan produk di mulai sebagai sebuah gagasan untuk lebih baik dlam
melayani kebutuhan yang ada atau yang di pandang dari pelanggan yang ada atau
yang potensial.
4.
Peranan Bisnis dalam Masyarakat
Salah satu
pesyaratan terpanting untuk seorang manejar yang berhasil adalah kemampuan
membuat keputusan yang baik, dan salah satu alat terpenting yang di
pergunakan oleh para manajer yang berhasil adalah metodologi ekonomi manajerial.
Ekonomi
manajerial menerapkan teori dan metode ekonomi dalam bisnis dan pengambilan
keputusan administratife, karena menggunakan alat- alat ekonomi untuk
memecahkan masalah manajerial, manajerial ekonomi mengaitkan ekonomi
tradisional dengan ilmu keputusan untuk mengembangkan alat penting bagi
pengambil keputusan manjerial
a. Peran Ekonomi Manajerial Dan Pengambilan
Keputusan Manajerial
Ekonomi manajerial dapt di perrgunakan
untuk megindentifikasi cara cara untuk secara efisian mencapai, pada dasar nya,
setiap sasaran perusahaan. Ekonomi manajerial juga membantu para manajer untuk
tiba pada sekelompok peraturan operas yang mambantu pemamfaatan sumber daya
modal yang langka secara efisien. Ekonomi manajerial menggambarkan bagaima
kekuatan – kekuatan ekonomi mempegaruhi dan di pengaruhi keputusan-
keputusan manajerial.
Dengan komponen preskriptif dan deskriptif,
ekonomi manajerial menyediakan aplikasi yang menyeluruh dari teori dan
metodologi ekonomi terhadap pengambilan keputusan manajerial, ekonomi
manajerial juga relevan bagi manajemen organisasi nirlaba non bisnis seperti,
instansi pemerintah, kopersi, sekolah, rumah sakit, museum dan lembaga lambga
serupa lain nya, sama dengan relevansinya bagi bisnis yang berorentasi pada
lab.
b.
Peran Ekonomi Manajerial
dan Pengambilan Keputusan Manajerial
Masalah Keputusan
Manajemen :
·
Harga
dan keluaran produk
·
Membuat
atau membeli
·
Teknik
Produksi
·
Tingkat
Persediaan
·
Media
dan Instansi Periklanan
·
Penerimaan
dan Pelatihan Tenaga Kerja Investasi dan Pendanaan
Pemecahan optimal terhadap masalah-masalah
Keputusan Manajerial
Ø Ilmu Keputusan
Alat dan teknik Analisis
:
· Analisis Numerik
· Estimasi Statistik
· Peramalan
· Teori Permainan
·
Optimisasi
Ø Konsep Ekonomi
Kerangka Kerja untuk
Keputusan :
· Teori Perilaku Konsumen
· Teori Perusahaan
· Teori Struktur dan
Penetapan Harga Pasar.
Ekonomi manajerial dapat menjelaskan peran
penting yang di mainkan perusahaan dalam masyrakat dan menunjukan cara – cara
untuk meningkatakan manfaat mereka bagi masyrakat.
Bukti bahwa bisnis di amerika serikat telah
berkontribusi secara berati bagi kesejahteraan social adalah jelas dan
menyakainkan. Perekonomian telah mendukung tingkat pertumbuhan yang patut di
catat dan tidak pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa dasawarsa dan manfaat
dari pertumbuhan itu telah di ditribusikan secara meluas. Pemasok modal, tenaga
kerja, dan sumber daya lainya semuanaya mmenerima pengembalian yang cukup bagi
kontribusi mereka,para konsumen memperoleh maanfaat baik dari jumlah maupun
mutu barang dan jasa yang tersedia untuk komsumsi. Pajak atas laba usaha
perusahaan, serta pajak atas pembayaran yang di lakukan kepada pemasok untuk
tenaga kerja, bahan, modal dan masukan lainya, telah memberikan pendapatan yang
di perlukan pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Semua
kontribusi untuk kesejahteraan social ini berakar secara langsung pada
efisiensi yang melayani perekonomian.
c.
Keadaan Pasti dan Ketidakpastian
Dalam teori mikro ekonomi,
para ekonom beranggapan bahwa pelaku ekonomoi menguasai informasi sepenuhnya,
atau sudah daalm keadaan yang pasti. Produsen dengan pasti mengetahui
permintaan produk yang dihasilkan dan biaya produksinya sehingga ia secara
pasti mengetahui berapa jumlah yang diminta pasar sekaligus dengan tingkat
harganya.
Dalam dunia usaha,
perusahaan-perusahaan bekerja dalam kondisi dimana informasi yang diperlukan
tidak semuanya dikuasai, sehingga informasi yang diperoleh perusahaan tidaklah
sempurna. Karena informasi yang dimiliki tidak sempurna berarti mereka bekerja
dalam kondisi yang tidak pasti. Perusahaan harus memperkirakan jumlah produk
yang harus dibuatnya, mengestimasi permintaan pasar, dan juga memperkirakan
biaya produksi yang harus dikeluarkan. Oleh karena itu sekalipun mikro ekonomi
merupakan unsur dominan dalam ekonomi manajerial, namun tetap berusaha
mengembangkannya agar dapat memberikan petunjuk bagi para pengambil keputusan
untuk dapat mengambil keputusan sekalipun dalam kondisi yang tidak pasti.
d.
Ekonomi Manajerial sebagai
ilmu Ekonomi Normatif
Ilmu ekonomi dibedakan atas
ilmu ekonomi positif dan ilmu ekonomi normative. Ilmu ekonomi positif bersifat
deskriptif apa adanya bagaimana pelaku ekonomi atau system ekonomi bekerja.
Sebaliknya imlu ekonomi normative bersifat preskriptif. Ia menentukan (prescribe) bagaimana sebaiknya pelaku
ekonomi atau system ekonomi bekerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Ekonomi manajerianl merupakan
ilmu ekonomi normative karena ekonomi manajerial mencari aturan-aturan dan
prinsip-prinsip yang diterapkan dalam pengambilan keputusan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
e.
Penggunaan Model Matematika
dalam Ekonomi Manajerial
Model adalah penyederhanaan
dari kompleksitas system atau institusi. Model merupakan abstraksi dari
kenyataan dengan menghilangkan hal-hal yang dipandang kurang esensial terhadap
tujuan yang ingin dicapai. Ekonomi manajerial banyak memanfaatkan model
matematika, yaitu seperangkat persaman matematika yang menggambarkan hubungan
variabel-variabel yang ditelaah guna
menganalisis perilaku dari variabel-variabel tersebut.
f.
Mengevaluasi Model
Model harus dievaluasi sesuai
dengan tjuan penyususnan model itu. Apabila model disusun dengan tujuan
pengajaran, untuk mengajarkan hubungan variabel-variabel yang sederhana hingga
yang kompleks di dalam sistem, maka model harus dinilai atas dasar tujuan
tersebut.
5.
Analisis
a.
Analisis Nilai Sekarang
(Present Value)
Banyak keputusan yang
meliputi aliran kas yang harus dilakukan pada saat sekarang (keputusan
diimplementasikan). Dalam hal ini perlu dibedakan antara penerimaan yang segera
akan diterima (waktu sekarang) dengan penerimaan waktu yang akan datang.
Ø Nilai sekarang (PV) dan Nilai untuk Masa yang akan Datang (FV)
Nilai untuk masa yang akan
datang (FV=Future Value)
FV (Future Value) = nilai masa yang akan
datang,
PV (Present Value) = nilai sekarang,
r = tingkat bunga,
n = waktu berapa bulan, tahun.
Ø Opportunity Discount Rate
Tingkat bunga diskonto
merupakan opportunity discount rate yang
dapat diartikan sebagai tingkat bunga atau hasil yang tersedia apabila suatu
dana didepositokan atau dipinjamkan, dengan batasan bahwa investasi alternative
yang mempunyai resiko yang sama, atau semuanya tidak berubah (citiris paribus).
Opportunity Discount Rate (ODR) adalah tingkat bunga atau
penerimaan yang diterima oleh pengambilan keputusan dari penggunaan dana pada
alternative yang palinga baik pada tingkat risiko yang sama.
b.
Analisis Nilai Sekarang (Net
Preset Value)
NPV : Net Present Value
FV : Future value
C : biaya awal (investasi)
r : tingkat bunga
t :waktu dimana aliran kas diharapkan
Ø Penggunaan Discount Rate Harian
M
= adalah jumlah hari.
Ø Perencanaan perusahaan dan Time Horizon
Pengertian periode
perencanaan adalah periode waktu dimana perusahaan menentukan biaya dan
penerimaan sebagai implikasi keputusan yang telah ditetapkan. Time Horizon
suatu perusahaan adalah waktu untuk masa mendatang dimana perusahaan tidak lagi
mempertimbangkan penerimaan dan biaya sebagai implikasi keputusan yang telah
diambil. Dengan demikina time horizon merupakan akhir dari periode perencanaan.
c.
Analisis Nilai yang
Diharapkan
Untuk menganalisis nilai yang
diharapkan (expected value), perlu mendapat penjelasan arti dari resiko dan
ketidakpastian, karena dua pengertian ini akan mempunyai implikasi pada
distribusi dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan.
d.
Hal yang Pasti, Resiko dan
Ketidakpastian
Dalam keadaan yang pasti
(certainty), pengambilan keputusan hanya dihadapakan pada hasil tunggal yang secara
sempurna diketahui. Ketidakpastian (uncertainty) terjadi apabila keputusan yang
diambil dihadapkan pada beberapa hasil yang secara pasti tidak diketahui lebih
jauh, kecuali hanya aka nada distribusi kemungkinan dari hasil keputusan dimana
pengambilan keputusan untuk menginvestasikan.
e.
Distribusi probabilitas dari
Hasil yang mungkin
Probabilitas merupakan rasio
antara terjadinya suatu peristiwa dengan banyaknya peristiwa. Kalau ini
dikatakan sebagai definisi probabilitas ynag diartikan ‘kemungkinan’, tetapi
masih menggunakan istilah “kemungkinan yang mungkin terjadi”. Secara sistematis
:
Dimana:
P= probabilitas
X=munculnya peristiwa
N= banyaknya kejadian
Kategori lain dari risiko
adalahprobabilitas yang ditentukan atas dasar posteriori atau atas dasar pengalaman yang lalu dalam kondisi yang
sama.
f.
Nilai yang Diharapkan
(expected value) dari keputusan
Hasil yang diharapkan
(expected Value) dari suatu hasil adalah nilai hasil dikalikan kemungkinan
terjadinya hasil tersebut. Karena berbagai hasil adaalh mungkin di bawah
kondisi yang berisiko dan ketidakpastian maka nilai yang diharapkan merupakan
penjumlahan dari semua nilai hasil yang
mungkin terjadi.
R =
penerimaan hasil, yang I
I =
1,2,3,… n
P =
probabilitas dari hasil
g.
Menentukan Probabilitas dalam
praktik
Misalnya sebuah perusahaan
mau masuk pasar yang bersaing dengan produk yang telah ada. Perusahaan telah
mendesain produk sama dengan produk yang telah ada dan harganya pun sama. Dalam
hal ini perusahaan harus mengetahui berapa unit produk yang diharapkan terjual
dipasar, untuk menentukan berapa produk yang dihasilkan, berapa bahan, dan
tenaga kerja yang diperlukan.
6.
Tujuan Perusahaan
Maksud
dan tujuan perusahan adalah memaksimumkan kekayaan atau nilai sekarang dari
keuntungan perusahaan di masa akan datang (Present Value Of Profit The Firm).
Keuntungan perusahaan dimasa depan harus didiskontokan ke masa sekarang karena
nilai satu dollar keuntungan dimasa depan lebih kecil dari nilai satu dollar
keuntungan saat ini.
Tujuan
perusahaan diasumsikan untuk memperoleh keuntungan jangka pendek yang maksimum.
Ada 3 kelompok dalam neraca perusahaan yaitu asset, liabilitas, dan owner’s
equity. Asset perusahaan merupakan penjumlahan net worth dan liabilitas. Dengan
demikian memaksimumkan net worth adalah memaksimumkan selisih antara asset dan
liabilitas, atau memaksimumkan owner’s equity.
a.
Periode Sekarang dan Keadaan
yang pasti
Skenario yang sangat
sederhana adalah keadaan sekarang dalam keadaan yang pasti, dimana informasi
sepenuhnya dikuasai oleh perusahaan. Dengan demikian tidak diperlukan analisis
present value maupun analisis expected value. Perusahaan akan memaksimumkan net
worth dengan memaksimumkan profit jangka pendek. Perusahaan-perusahaan yang
beroperasi dimana time horizon perusahaan dalam periose sekarang dan dalam
kondisi keadaan pasti, kriteria keputusan yang diambil untuk memaksimumkan net
worth adalah untuk memasimumkan keuntungan jangka pendek.
b.
Periode pada Masa yang Akan
Datang Keadaan yang pasti
Apabila perushaan mengetaui
informasi secara penuh tentang penerimaan dan biaya tetapi time horizon berada
pada masa yang akan datang, perusahaan harus menggunakan analisis present value
untuk menilai keputusan-keputusan alternatif secara tepat. Perusahaan yang
berkeinginan untuk memaksimumkan net worth dalam arti nilai sekarang akan
selalu memilih keputusan alternative yang memungkinkan present value dari
keuntungan yang lebih besar. Perusahaan yang beroprasi dalam lingkungan yang
pasti dan time horizon pada masa yang akan datang, criteria keputusan yag cocok
untuk memaksimumkan net worth perusahaan adalah dengan memaksimumkan present
value keuntungan.
c.
Periode sekarang dengan
ketidak-pastian
Ketidak-pastian (uncertainty) berarti bahwa keputusan
mempunyai lebih dari satu hasil, dan
keputusan harus didasarkan pada distribusi probabilitas hasil (outcome) masa lalu. Analisis expected
value diperlukan untuk mengikhtisar distribusi probabilitas dari berbagai hasil
keputusan alternative yang memugkinkan untuk melakukan seleksi keputusan yang
akan memaksimumkan net worth adalah memaksimumkan expected value keuntungan.
d.
Periode masa yang akan datang
dengan ketidak-pastian
Time Horizon berada pada
periode masa yang akan datang dan perusahaan tidak mempunyai informasi
sepenuhnya tentang biaya dan penerimaan potensial. Kondisi yang demikian
merupakan kenyataan yang dihadapi oleh operasi bisnis. Pada umumnya
perusahaan-perusahaan melihat bahwa biaya dan penerimaan merupakan implikasi
dari keputusan mereka.
Perusahaan yang beroperasi
dalam lingkungan yang tidak pasti dan time horizon perusahaan berada pada
periode masa yang akan datang, kriteria keputusan yang cocok untuk
memaksimumkan net worth perusahaan adalah memaksimumkan EPV keuntungan.
Tabel: Kriteria keputusan
untuk Net Worth perusahaan
Informasi |
Kebenaran Time Horizon Perusahaan |
|
Periode Sekarang |
Periode yang akan datang |
|
Pasti |
Memaksimumkan Keuntungan |
Memaksimumkan PV Keuntungan |
Tidak Pasti |
Memaksimumkan EPV Keuntungan |
Memaksimumkan EPV Keuntungan |
e.
Kendala - Kendala Dalam
Operasi
Kendala membatasi besarnya
kemungkinan atau kebebasan tindakan perusahaan dan membatasi nilai perusahaan
sampai ke tingkat yang lebih rendah dibanding apabila tidak ada kendala.
Beberapa kendala kendala yang dihadapi perusahaan sebagai berikut :
· Terbatasnya ketersediaan input-input
penting, seperti : perekrutan tenaga ahli sebanyak mungkin dalam waktu singkat.
· Ketidakmampuan untuk
memperoleh bahan mentah sebanyak yang diminta.
· Keterbatasan ruang pabrik,
gudang, dan dana modal untuk suatu proyek atau keperluan tertentu.
· Hukum mengenai upah minimum,
standar kesehatan dan keselamatan, standar emisi polusi, hukum dan peraturan
yang melarang perusahaan melakukan praktik-praktik bisnis yang tidak jujur
(kecurangan).
C.
PENUTUP
1. Kegiatan
Perkuliahan
a. Kegiatan Dosen
1) Dengan metode ceramah bervariasi
menjelaskan topic 1.
2) Mengarahkan presentase dan diskusi.
3) Member dan
menagih penugasan individu untuk tugas.
b. Kegiatan Mahasiswa
1) Memperhatikan dan mengkaji penjelasan
materi topic 1.
2) Melaksanakan diskusi dan presentase
3) Menyelesaikan dan menyerahkan tugas
kelompok dan individu 1.
2. Evaluasi
a. Jenis Evaluasi:
Pre test dan post test, serta partisipasi
kegiatan pembelajaran.
b. Alat Evaluasi:
Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi
pokok bahasan 1
c. Materi Evaluasi:
1) Jelaskan pengertian, sifat dan ruang
lingkup ekonomi manajerial.
2) Jelaskan teori perusahaan.
3) Jelaskan sifat dan teori laba
4) Jelaskan peranan bisnis dalam masyarakat.
5) Jelaskan Analisis yang digunakan.
6) Jelaskan Tujuan Perusahaan
BAB II
OPTIMISASI EKONOMI
A. PENDAHULUAN
Materi pembelajaran pada Bab II ini
bertujuan memberikan pemahaman tentang Optimasi Ekonomi kepada mahasiswa
tentang gambaran umum ekonomi manajerial, sehingga setelah mempelajari
materi dalam bab II ini, diharapkan
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Optimasi Ekonomi manajerial.
Secara khusus, setelah mempelajari Bab II
ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1) Menjelaskan proses memaksimalkan nilai
perusahaan.
2) Menjelaskan metode-metode pengekspresian
hubungan ekonomi.
3) Menjelaskan Marginal sebagai derivative
fungsi.
4) Menjelaskan kalkulus diferensial dan
kaidah-kaidah penurunan fungsi.
5) Menjelaskan Memaksimalkan dan meminimalkan fungsi.
6)
Menjelaskan
kendala - kendala optimisasi?
7)
Menjelaskan
Peralatan Manajemen Baru Untuk Optimisasi?
B.
PENYAJIAN MATERI
Berdasarkan
bahasan pada bab I, dapat dinyatakan bahwa ekonomi manajerial sebagai konsep
yang terbangun dari berbagai teori, antara lain matematika, statistika, dan
teori ekonomi mikro.
1.
Memaksimalkan
Nilai Perusahaan
Kompleksitas
analisis dalam pengambilan keputusan memerlukan suatu teknik yang dapat dipakai
untuk keputusan sehari-hari misalnya teknik optimasi parsial yang sederhana.
Teknik
optimasi parsial menyederhanakan kompleksitas persoalan dengan memusatkan pada
tujuan-tujuan yang terbatas. Misalnya persoalan dalam departemen pemasaran
yaitu penetapan biaya periklanan minimum yang bisa mencapai tujuan penjualan
tertentu, sesuatu dengan lini produk dan kendala-kendala harga pasar contoh
lain yang terjadi didepartemen produksi yaitu meminimalisasi biaya produksi
dengan kualitas tertentu dan sebagainya.
Untuk
proses pengambilan keputusan maka masalah optimasi harus dapat disajikan dalam
bentuk hubungan analitas (persamaan tabel dan grafik) serta menerapkan teknik
untuk menentukan penyelesaian optimal.
Dalam ekonomi manajerial,
tujuan utama manajemen dianggap untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Tujuan
ini diekspresikan dalam suatu persamaan sebagai berikut:
Value = =
Dimana:
TRt = Total Revenue
(total pendapatan) pada periode t
TCt = Total Cost
(total biaya) pada periode t
TR = P x Q.
Faktor-faktor berpengaruh terhadap pendapatan (P*Q) adalah Demand dan
Supply:
· Disain produk
· Strategi periklanan
· kebijakan harga jual
produk
· Kondisi ekonomi secara
umum; dan
· Tingkat persaingan yang
terjadi.
Proses keputusan memerlukan 2 langkah:
· Hub ekonomi harus
diekspresikan dlm bentuk yang tepat agar dapat dianalisis.
· Apl berbagai teknik eval
berbagai alt untuk memperoleh solusi optimal
2.
Metode Dalam Menggambarkan Hubungan
Ekonomi.
Menggambarkan hubungan ekonomi dalam bentuk
persamaan juga berguna karena kita dapat mempergunakan teknik yang kuat dari
kalkulus diferensial dalam menentukan solusi optimum dari suatu masalah.
Guna menjelaskan hubungan antar variabel
dalam ekonomi dapat dilakukan baik dengan berbagai metode baik tabel, persamaan
maupun grafik. Tabel dan grafik dapat
digunakan untuk menggambarkan hubungan yang cukup sederhana, namun manakala
hubungan tersebut nampak rumit maka diperlukan metoda persamaan.
Bentuk persamaan ini juga sangat bermanfaat
dalam penentuan solusi optimal, karena memungkinkan digunakan teknik kalkulus
diferensial. Persamaan (Fungsi) merupakan suatu metode untuk menggambarkan
hubungan dalam ekonomi.
Misalkan hubungan antara penerimaan total (
total revenue – TR ) perusahaan dan kuantitas ( quantity – Q ) barang atau jasa
yang dijual perusahaan pada waktu tertentu.
Contoh:
TR = PQ. Q
= 200Q – 2 0Q2. (Persamaan)
Total Revenue over of period time
(misal 1 tahun)
Kuantitas dari barang/jasa
yang dijual dalam suatu waktu tertentu
(misal 1 tahun)
Tabel Total Penerimaan
Q |
100Q – 10Q2 |
TR |
0 |
100*0 –
10*02 |
0 |
1 |
100*1 –
10*12 |
90 |
2 |
100*2 –
10*22 |
160 |
3 |
100*3 –
10*32 |
210 |
4 |
100*3 –
10*42 |
240 |
5 |
100*3 –
10*52 |
250 |
6 |
100*3 –
10*62 |
240 |
(Grafik)
TR
250
TRmax
5 Q
Studi
Kasus
Fungsi biaya PT FRITZ dirumuskan sebagai berikut
TC = 182 + 56Q
Tabel, Biaya total, biaya
rata-rata dan biaya Marginal
Q |
TC=190 + 50Q |
AC= TC/Q |
MC=dTC/dQ |
0 |
190 |
#DIV/0! |
- |
1 |
240 |
240 |
50 |
2 |
290 |
145 |
169 |
3 |
340 |
113 |
241 |
4 |
390 |
98 |
302 |
5 |
440 |
88 |
358 |
6 |
490 |
82 |
412 |
Ø Hubungan
Biaya Total, Rata – rata, dan Marginal .
Hubungan
antara total, rata-rata dan marginal merupakan konsep serta ukuran yang sangat
penting dalam optimasi. Pada dasarnya hubungan antara total, rata-rata dan
marginal adalah sama, baik untuk biaya, penerimaan, produksi maupun laba.
Tabel: Hubungan Total, Rata-rata dan biaya Marginal Perusahaan
Q |
TC |
AC=TC/Q |
MC=dTC/dQ |
0 |
20 |
- |
- |
1 |
140 |
140 |
120 |
2 |
160 |
80 |
20 |
3 |
180 |
60 |
20 |
4 |
240 |
60 |
60 |
5 |
480 |
96 |
240 |
·
TC = FC + VC;
·
TC= Total Cost,
·
FC = Fixed Cost,
·
VC = Variable Cost.
·
AC = AFC + AVC;
·
AC = Average Cost,
·
AFC = Average
Fixed Cost,
·
AVC = Average Variable
Cost
·
MC = DTC/DQ
Dalam analisis optimasi, hubungan total,
average dan marginal menjadi sangat penting. Pendapatan marginal adalah
perubahan pada total pendapatan sebagai akibat dari perubahan satu unit output.
Berikut ini disajikan hubungan antara total, marginal dan average dalam suatu
fungsi keuntungan hipotetis.
Tabel 2 Hubungan
Total, Marginal dan Average dalam suatu fungsi keuntungan hipotetis
Unit Output |
Total keuntungan |
Keuntungan marginal |
Keuntungan Average |
0 |
$ 0 |
$ 0 |
- |
1 |
19 |
19 |
$ 19 |
2 |
52 |
33 |
26 |
3 |
93 |
41 |
31 |
4 |
136 |
43 |
34 |
5 |
175 |
39 |
35 |
6 |
210 |
35 |
35 |
7 |
217 |
7 |
31 |
8 |
208 |
- 9 |
26 |
Pengetahuan mengenai hubungan geometrik
antara total, marginal dan average dapat juga menjadi bukti untuk penggunaan
dalam pengambilan keputusan manajerial. Gambar dibawah ini (a) menyajikan
hubungan keuntungan dengan output. Dan gambar (b) menunjukkan hubungan antara keuntungan
marginal, keuntungan average dan unit output.
Keuntungan
average =
Secara geometrik, hubungan ini ditujukkan dengan slop garis dari titik 0
sampai titik tertentu pada kurva keuntungan total.
Slop adalah perubahan marjinal Y sebagai akibat dari perubahan 1 unti X
Slop = =
Oleh karena Y1 dan X1 terletak pada titik 0, maka keduanya bernilai (0 ,
0), sehingga slopnya menjadi =
Jadi slop OB adalah = 93
Beberapa hal penting berkenaan dengan hubungan total, marginal dan average
sebagai berikut:
a. Slop kurva keuntungan
total meningkat dari titil 0 sampai titik C
b. Antara titik C dan E,
keuntungan total terus meningkat, karena
keuntungan marginal masih positif, tapi terus menurun.
c. Pada titik E slop kurva
keuntungan total adalah 0, dimana keuntungan marginalnya sama dengan 0 dan
keuntungan totalnya menjadi maksimal
d. Dibawah titik E kurva
keuntungan total mempunyai slop negatif yang menunjukkan keuntungan marginalnya
negatif.
3.
Analisis Optimisasi
Laba total (MP) adalah selisih antara
penerimaan total dan biaya total.
Jadi,
MP = TR – TC
Analisis marginal merupakan salah satu
konsep terpenting dalam ekonomi manajerial secara umum dalam analisis
optimisasi khususnya. Menurut analisis marginal, perusahaan memaksimumkan laba
bila pendapatan marginal sama dengan biaya marginal. Biaya marginal (marginal
cost – MC) telah didefinisikan sebagai perubahan biaya total per unit perubahan
output dan ditunjukkan oleh kemiringan kurva TC. Pendapatan marginal (marginal
revenue – MR) yaitu perubahan penerimaan total per unit perubahan output atau
penjualan merupakan kemiringan kurva TR.
Menurut analisis marginal (marginal
analysis) selama manfaat marginal dari suatu aktivitas maka akan bermanfaat
bagi organisasi. Manfaat bersih total (laba) mencapai maksimum pada saat
manfaat marginal sama dengan biaya marginal.
Pendekatan Marginal.
Perusahaan
memaksimimkan keuntungan pada saat penerimaan marginal (MR) sama dengan biaya
marginal (MC)
Biaya
Marginal (MC) adalah perubahan biaya total perunit perubahan output. Secara matematis dirumuskan:
Penerimaan
Marginal (MR) adalah perubahan penerimaan total per unit output atau penjualan.
4.
Optimisasi Dengan Kalkulus
Optimisasi sering diperlukan untuk
menentukan nilai maksimal atau nilai minimal suatu fungsi. Turunan dari fungsi
adalah nol baik pada titik minimum maupun maksimum. Untuk membedakan antara
titik minimum maupun maksimum kita menggunakan turunan kedua. Aturannya adalah
bila turunan kedua positif maka kita mempunyai minimum, dan jika turunan kedua
negatif maka kita mempunyai maksimum.
a. Kalkulus
Diferensial : Turunan dan Aturan Diferensial
· Konsep
Turunan
Konsep turunan berhubungan erat dengan konsep
margin.pendapatan marginal atau kemiringan kurva penerimaan bervariasi pada
setiap titik dikurva penerimaan total. Bila kita terapkan TR = Y dan Q = X,
turunan dari Y terhadap X adalah merupakan perubahan Y terhadap X, pada saat
perubahan X mendekati nol.
b. Aturan
– aturan Deferensial
Diferensiasi (differentiation) adalah proses
menentukan turunan suatu fungsi yang maksudnya menemukan perubahan Y untuk
perubahan X, pada saat perubahan X mendekati nol.
·
Aturan untuk fungsi pangkat
Turunan dari fungsi pangkat, Y = aXb, dimana a dan b
konstan, sama dengan eksponen b dikali variabel X pangkat b – 1. jadi, untuk
fungsi
·
Aturan untuk Penjumlahan dan Pengurangan
Turunan dari penjumlahan (pengurangan) adalah sama dengan
penjumlahan (pengurangan) dari setiap turunan individu. Jadi bila,
U = g (X) dan V = h (X)
Dimana U adalah fungsi yang tidak spesifik, g dari X,
sedangkan V adalah fungsi lain yang tidak spesifik, h dari X4, maka untuk
fungsi
·
Aturan untuk Perkalian
Turunan dari perkalian dua fungsi adalah sama dengan
fungsi pertama dikalikan dengan turunan fungsi kedua, ditambah fungsi kedua
dikali dengan turunan yang pertama. Jadi, untuk fungsi
Dimana U = g (X) dan V = h(X),
·
Aturan untuk Pembagian
Turunan dari pembagian dua fungsi adalah sama dengan
penyebut dikali dengan turunan dari pembilang, dikurangi pembilang dikali
dengan turunan penyebut, semua kemudian dibagi dengan penyebut kuadrat. Jadi,
untuk fungsi
Dimana U = g(X) dan V = h(X),
·
Aturan untuk fungsi dari fungsi (Rantai)
Jika Y = f(U) dan U = g(X), maka turunan dari Y
terhadap X adalah sama dengan turunan dari Y terhadap X dikali dengan turunan U
terhadap X. Jadi
5.
Optimisasi Multivariat
Dampak
marginal diukur dengan turunan parsial (partial derivative) yang ditunjukkan
dengan simbol . Untuk memaksimumkan dan meminimumkan suatu fungsi dengan banyak
variabel, kita harus membuat setiap turunan parsial sama dengan nol dan
memecahkan beberapa persamaan secara bersamaan untuk memperoleh nilai optimum
dari variabel disisi sebelah kanan.
Tujuaan: memnentukan titik optimum dari suatu fungsi yang mempunyai
lebih dari dua variable.
- Penting untuk menentukan dampak marjinal pada variable terikat
(dengan turunan parsial), symbol d.
Turunan parsial p terhadap X:
Turunan parsial p terhadap Y
6.
Optimisasi Terkendala
Perusahaan juga akan menghadapi kendala
hukum atau lingkungan. Kita mempunyai masalah optimisasi terkendala
(constrained optimization), yaitu maksimisasi atau minimisasi fungsi tujuan
dengan berbagai kendala. Adanya kendala tersebut mengurangi kebebasan tindakan
perusahaan dan biasanya menghalangi pencapaian optimisasi tanpa kendala.
Masalah optimisasi terkendala dapat dipecahkan mula – mula dengan memecahkan
persamaan kendala untuk satu variabel keputusan, dan kemudian mensubsitusikan
nilai variabel ini kedalam fungsi tujuan yang dicari perusahaan untuk
dimaksimumkan atau diminimumkan.
Bila persamaan kendala terlalu rumit atau
tidak dapat dipecahkan dengan mempergunakan satu variabel keputusan sebagai
fungsi eksplisit variabel yang lain, teknik substitusi untuk memecahkan masalah
optimisasi kendala dapat menyulitkan atau tidak mungkin.maka kita dapat
menggunakan metode pengali langrange.
7.
Peralatan Manajemen Baru Untuk Optimisasi
Alat yang paling penting adalah
perbandingan (benchmarking), manajemen kualitas total (total quality management
– TQM), rekayasa ulang (reengineering), dan organisasi pembelajar (learning
organization).
· Perbandingan
Perbandingan berarti menentukan dengan cara terbuka dan jujur. Perbandingan
membutuhkan :
- Memilih suatu proses yang spesifik
- Mengirim utusan pembanding
· Manajemen
Kualitas Total
TQM
menerapkan metode perbaikan kualitas pada semua proses perusahaan dari mulai
produksi sampai ke pelayanan pelanggan, penjualan dan pemasaran dan bahkan
keuangan.
Lima aturan
untuk menentukan suksesnya suatu program TQM :
-
Pejabat
eksekutif perusahaan harus secara tegas dan nyata mendukung tersebut
-
Program
TQM harus secara tegas menunjukkan bagaimana program tersebut menguntungkan
pelanggan.
-
Program
TQM harus mempunyai tujuan strategis
-
Program
TQM harus memberikan hasil keuangan dan kompensasi dalam waktu singkat
-
Program
TQM harus dibuat khusus untuk perusahaan tertentu
· Rekayasa
Ulang
Rekayasa
ulang adalah kecenderungan manajemen yang paling terkenal. Rekayasa ulang
berusaha mengorganisasikan perusahaan secara keseluruhan.
Ada dua
alasan utama untuk melakukan rekayasa ulang :
-
Takut
pesaing muncul dengan produk, pelayanan dan cara baru
-
Ketamakan
· Organisasi
Pembelajar
Organisasi
Pembelajar menghargai pembelajaran berkelanjutan. Organisasi Pembelajar
didasarkan pada lima komponen dasar, yaitu :
- Model mental
- Kemahiran personal
- Pemikiran system
- Visi bersama
- Pembelajaran tim
Peralatan
Manajemen Yang Lain:
-
Perluasan
pembatasan
-
Model
bisnis langsung (direct business model)
-
Membuat
jaringan kerja (networking)
-
Kekuatan
menentukan harga (pricing power)
-
Manajemen
proses (process management)
-
Model
dunia kecil (small-world model)
-
Integrasi
maya (virtual integration)
-
Manajemen
maya (virtual management)
C.
PENUTUP
1) Kegiatan
Perkuliahan
a. Kegiatan Dosen
1)
Dengan
metode ceramah bervariasi menjelaskan topic 2.
2)
Mengarahkan
presentase dan diskusi.
3)
Member
dan menagih penugasan individu untuk
tugas.
b. Kegiatan Mahasiswa
1)
Memperhatikan
dan mengkaji penjelasan materi topic 2.
2)
Melaksanakan
diskusi dan presentase
3)
Menyelesaikan
dan menyerahkan tugas kelompok dan
individu 1.
3.
Evaluasi
a. Jenis Evaluasi:
Pre test dan post test, serta partisipasi
kegiatan pembelajaran.
b. Alat Evaluasi:
Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi
pokok bahasan 2
c. Materi Evaluasi:
1) Jelaskan proses memaksimalkan nilai
perusahaan?
2) Jelaskan metode-metode pengekspresian
hubungan ekonomi?
3) Jelaskan Marginal sebagai derivative
fungsi?
4) Jelaskan kalkulus diferensial dan
kaidah-kaidah penurunan fungsi?
5) Jelaskan Memaksimalkan dan meminimalkan fungsi?
6)
Jelaskan
kendala-kendala optimisasi?
7)
Jelaskan
Peralatan Manajemen Baru Untuk Optimisasi?
BAB III
FUNGSI PERMINTAAN, PENAWARAN
DAN
HARGA KESEIMBANGAN PASAR
A.
PENDAHULUAN
Secara umum
materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman
kepada mahasiswa tentang fungsi permintaan, penawaran dan keseimbangan ekonomi
manajerial, sehingga setelah mempelajari materi
dalam bab III ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami fungsi
permintaan, penawaran dan keseimbangan ekonomi manajerial.
Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:
1) Menjelaskan sisi permintaan pasar dalam
bentuk kurva .
2) Menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi
permintaan dan macam-macam permintaan.
3) Menjelaskan sisi penawaran pasar dalam
bentuk kurva.
4) Menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi
penawaran dan macam-macam penawaran.
5) Menjelaskan kurva harga keseimbangan pasar.
B.
PENYAJIAN MATERI
Dalam
ekonomi manajerial kita sangat tertarik pada permintaan terhadap suatu
komoditas yang dihadapi oleh suatu perusahaan. masih bergantung pada ukuran
dari total permintaan pasar atau industri terhadap komoditas tersehut, yang
lebih lanjut merupakan jumlah dan seluruh permintaan konsumen individual
terhadap komoditas tersebut di dalam suatu pasar.
Teori
permintaan konsumen (consumer demand theory) mempostulatkan bahwa jumlah
komoditas yang dirninta merupakan suatu fungsi dari atau bergantung pada harga
komoditas tersebut, pendapatan konsumen, harga komoditas yang berhubungan
(komplementer atau substitusi), dan selera konsumen.
Karena
analisis tentang suatu perusahaan merupakan pokok dari ekonomi manajerial,
ketertarik kepada permintaan yang dihadapi oleh suatu perusahaan. Permintaan
terhadap komoditas yang dihadapi perusahaan bergantung kepada ukuran permintaan
pasar atau industri terhadap komoditas tersebut, bentuk organisasi industrinya,
dan jumlah perusahaan yang dalam industri tersebut
Kurva permintaan pasar (market demand curve) untuk suatu
komoditas secara sederhana merupakan penjumlahan secara horizontal dari kurva
kurva permintaan semua konsumen dalam suatu pasar
1.
Sisi Permintaan Pasar
Sisi
permintaan dapat disajikan dengan kurva permintaan pasar, yang menunjukkan
jumlah komoditas yang ingin dibeli oleh para pembeli pada harga yang berbeda.
Kurva permintaan digambar dengan menggunakan asumsi bahwa selera, pendapatan
pembeli, jumlah konsumen dalam pasar, dan harga komoditas yang berkaitan tidak
berubah. Perubahan yang terjadi pada setiap faktor tersebut akan mengakibatkan
kurva permintaan bergeser.
Permintaan adalah bergai
jumlah (kuantitas) suatu barang dimana konsumeb bersedia membayar pada bergai
alternative harga atas barang itu (Dr. Soeharno).
Pada saat
konsumen menyusun daftar permintaan, apakah hanya mempertimbangkan harga saja?
Tentunya tidak, bukan? Konsumen juga harus mempertimbangkan uang yang
dimilikinya. Jika uang yang tersedia dapat digunakan untuk memenuhi keinginan
konsumen untuk membeli maka permintaan suatu barang atau jasa tidak dapat
terjadi. Lalu apakah yang dimaksud permintaan? Apabila dalam merumuskan
pengertian permintaan hanya memerhatikan faktor harga barang dan jumlah barang
yang diminta, serta menganggap faktor-faktor selain harga tidak berubah, maka
permintaan adalah keseluruhan jumlah barang atau jasa yang bersedia diminta
pada berbagai tingkat harga, waktu, dan tempat tertentu.
a) Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
bahwa selain faktor harga masih ada faktor-faktor lain yang memengaruhi
permintaan. Namun, faktor-faktor selain harga pengaruhnya tidak sekuat faktor
harga. Berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi permintaan.
a. Harga Barang itu Sendiri
Harga barang akan memengaruhi jumlah barang
yang diminta. Jika harga naik jumlah permintaan barang tersebut akan meningkat,
sedangkan jika harga turun maka jumlah permintaan barang akan menurun.
Dalam gambar
diatas Nampak bahwa permintaan kurva permintaan mula-mula adalah DD, kemudian
berubah menjadi D1D1 dan D2D2. Perubahan
ini disebut sebagai perubahan permintaan (menurun) ditunjukkan oleh D2D2.
Kenaikan permintaan mungkin
disebabkan meningkatnya pendapatan dan sebaliknya menurunnya permintaan karena
menurunnya pendapatan. Ini berarti ada hubungan positif antara pendapatan
dengan permintaan.
Berbagai factor
yang mempengaruhi perubahan permintaan yaitu pendapatan riil, selera, dan
preferensi, harga barang lain yang berkaitan (substitusi atau komplementer),
pendapatan akan pengharapan harga relative dimasa depan dan jumlah penduduk.
b. Harga Barang Subtitusi (Pengganti)
Harga barang dan jasa pengganti
(substitusi) ikut memengaruhi jumlah barang dan jasa yang diminta. Apabila
harga dari barang substitusi lebih murah maka orang akan beralih pada barang
substitusi tersebut. Akan tetapi jika harga barang substitusi naik maka orang
akan tetap menggunakan barang yang semula. Contohnya kaos adalah pengganti
kemeja. Jika di pasar harga kaos lebih murah dibandingkan kemeja, maka
permintaan akan kaos lebih banyak bila dibandingkan permintaan terhadap kemeja.
c. Harga Barang Komplementer (Pelengkap)
Barang pelengkap juga dapat memengaruhi
permintaan barang/jasa. Misalnya sepeda motor, barang komplementernya bensin.
Apabila harga bensin naik, maka kecenderungan orang untuk membeli sepeda motor
akan turun, begitu juga sebaliknya.
d.
Pendapatan
Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh
seseorang turut menentukan besarnya permintaan akan barang dan jasa. Apabila
pendapatan yang diperoleh tinggi maka permintaan akan barang dan jasa juga
semakin tinggi. Sebaliknya jika pendapatannya turun, maka kemampuan untuk
membeli barang juga akan turun. Akibatnya jumlah barang akan semakin turun.
Misalnya pendapatan Ibu Tia dari hasil dagang minggu pertama Rp200.000,00 hanya
dapat untuk membeli kopi 20 kg. Tetapi ketika hasil dagang minggu kedua
Rp400.000,00, Ibu Tia dapat membeli kopi sebanyak 40 kg.
e.
Selera
Konsumen
Selera konsumen terhadap barang dan jasa
dapat memengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika selera konsumen terhadap barang
tertentu meningkat maka permintaan terhadap barang tersebut akan meningkat
pula. Misalnya, sekarang ini banyak orang yang mencari hand phone yang
dilengkapi fasilitas musik dan game, karena selera konsumen akan barang
tersebut tinggi maka permintaan akan hand phone yang dilengkapi musik dan game
akan meningkat.
f.
Intensitas
Kebutuhan Konsumen
Intensitas kebutuhan konsumen berpengaruh
terhadap jumlah barang yang diminta. Kebutuhan terhadap suatu barang atau jasa
yang tidak mendesak, akan menyebabkan permintaan masyarakat terhadap barang
atau jasa tersebut rendah. Sebaliknya jika kebutuhan terhadap barang atau jasa
sangat mendesak maka permintaan masyarakat terhadap barang atau jasa tersebut
menjadi meningkat, misalnya dengan meningkatnya curah hujan maka intensitas
kebutuhan akan jas hujan semakin meningkat. Konsumen akan bersedia membeli jas
hujan hingga Rp25.000,00 walaupun kenyataannya harga jas hujan Rp15.000,00.
g. Perkiraan Harga di Masa Depan
Apabila konsumen memperkirakan bahwa harga
akan naik maka konsumen cenderung menambah jumlah barang yang dibeli karena ada
kekhawatiran harga akan semakin mahal. Sebaliknya apabila konsumen
memperkirakan bahwa harga akan turun, maka konsumen cenderung mengurangi jumlah
barang yang dibeli. Misalnya ada dugaan kenaikan harga bahan bakar minyak
mengakibatkan banyak konsumen antri di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum) untuk mendapatkan bensin atau solar yang lebih banyak.
h. Jumlah Penduduk
Pertambahan penduduk akan memengaruhi
jumlah barang yang diminta. Jika jumlah penduduk dalam suatu wilayah bertambah
banyak, maka barang yang diminta akan meningkat.
a. Permintaan Menurut Daya Beli
Berdasarkan daya belinya, permintaan dibagi
menjadi tiga macam, yaitu :
1) Permintaan efektif adalah permintaan masyarakat
terhadap suatu barang atau jasa yang disertai dengan daya beli atau kemampuan
membayar. Pada permintaan jenis ini, seorang konsumen memang membutuhkan barang
itu dan ia mampu membayarnya.
2) Permintaan potensial adalah permintaan
masyarakat terhadap suatu barang dan jasa yang sebenarnya memiliki kemampuan
untuk membeli, tetapi belum melaksanakan pembelian barang atau jasa tersebut.
Contohnya Pak Luki sebenarnya mempunyai uang yang cukup untuk membeli kulkas,
namun ia belum mempunyai keinginan untuk membeli kulkas.
3) Permintaan absolut adalah permintaan
konsumen terhadap suatu barang atau jasa yang tidak disertai dengan daya beli.
Pada permintaan absolut konsumen tidak mempunyai kemampuan (uang) untuk membeli
barang yang diinginkan. Contohnya Hendra ingin membeli sepatu olahraga. Akan
tetapi uang yang dimiliki Hendra tidak cukup untuk membeli sepatu olahraga.
Oleh karena itu keinginan Hendra untuk membeli sepatu olahraga tidak bisa
terpenuhi.
b. Permintaan Menurut Jumlah Subjek
Pendukungnya
Berdasarkan jumlah subjek pendukungnya,
permintaan terdiri atas :
1) Permintaan individu adalah permintaan yang
dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Contoh bentuk
permintaan individu seperti pada Tabel 3.1 mengenai daftar permintaan konsumen
2) Permintaan kolektif atau permintaan pasar
adalah kumpulan dari permintaan-permintaan perorangan/individu atau permintaan
secara keseluruhan para konsumen di pasar.
c) Hukum Permintaan
Semakin tinggi harga suatu barang,
permintaan akan turun. Kondisi tersebut menggambarkan bunyi hukum permintaan.
Hukum permintaan adalah hukum yang menjelaskan tentang adanya hubungan yang
bersifat negatif antara tingkat harga dengan jumlah barang yang diminta.
Apabila harga naik jumlah barang yang diminta sedikit dan apabila harga rendah
jumlah barang yang diminta meningkat. Dengan demikian hukum permintaan
berbunyi:
Pada hukum permintaan berlaku asumsi
ceteris paribus. Artinya hukum permintaan tersebut berlaku jika keadaan atau
faktor-faktor selain harga tidak berubah (dianggap tetap).
·
Kurva
Permintaan
Hukum permintaan yang telah di pelajari di
atas dapat digambarkan menggunakan suatu grafik yang disebut kurva permintaan.
Bentuk kurva permintaan di atas memiliki
kemiringan (slope) negatif atau bergerak dari kiri atas ke kanan bawah. Artinya
apabila harga jeruk turun, jumlah barang yang diminta bertambah atau sebaliknya
(ceteris paribus). Perlu disadari, bahwa ketika menganalisis permintaan,
terdapat dua istilah yang berbeda, yaitu permintaan
dan jumlah barang yang bersedia diminta.
Apakah perbedaan dari kedua istilah
tersebut? Menurut para ahli ekonomi, permintaan adalah keseluruhan dari kurva
permintaan atau keseluruhan dari titik yang ada pada kurva (A + B + C + D + E +
F + G). Dengan demikian permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan daripada
hubungan antara harga dan jumlah permintaan. Adapun jumlah barang yang bersedia
diminta adalah banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu. Misalnya
titik A, menggambarkan bahwa pada harga Rp4.500,00 jumlah yang diminta adalah
140 kg. Dengan demikian, setiap titik yang ada pada kurva menggambarkan jumlah
barang yang diminta.
Pergeseran kurva permintaan menunjukkan
adanya perubahan permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor selain harga.
Pergeseran kurva permintaan ditunjukkan dengan bergeraknya kurva ke kanan atau
ke kiri. Berubahnya jumlah barang yang diminta konsumen akibat dari perubahan
harga barang itu sendiri. Bagaimana jika faktor lainnya seperti pendapatan
konsumen memengaruhi jumlah jeruk yang diminta? Apabila pendapatan konsumen
mengalami peningkatan, maka jumlah barang yang diminta pun juga akan meningkat.
Namun ketika pendapatan konsumen mengalami penurunan maka jumlah barang yang
diminta akan turun.
Perhatikan kurva permintaan di atas. Kurva
permintaan mengalami pergeseran ke kanan dari D ke D1 dan bergeser ke kiri dari
D ke D2. Pergeseran ke kanan dari kurva permintaan menunjukkan pertambahan
jumlah permintaan karena adanya peningkatan pendapatan. Sedangkan kurva
bergeser ke kiri menunjukkan penurunan jumlah permintaan karena penurunan
pendapatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan pendapatan
dapat mengubah jumlah permintaan akan barang serta dapat menggeser kurva
permintaan.
· Perbedaan
antara “permintaan” dan “kuantitas yang diminta”
Permintaan adalah suatu kurava atau skedul
sedangkan kuantitas yang diminta adalah jumlah yang diminta pada suatu tingkat
harga. Perubahan permintaan berarti bahwa kurva permintaan bergeser secara
keseluruhan karena perubahan salah satu atau lebih varibel yang dianggap
konstan.
Rumus matematis untuk permintaan :
Q = a - bp
2.
Sisi Penawaran Pasar
Sisi
permintaan dapat disajikan dengan kurva penawaran pasar. Kurva penawaran
digambar dengan asumsi bahwa teknologi konstan dan harga input atau sumber daya
juga konstan.
Penawaran
adalah keseluruhan jumlah barang yang bersedia ditawarkan pada berbagai tingkat
harga tertentu dan waktu tertentu. Jika harga naik, jumlah barang yang
ditawarkan bertambah. Begitu juga ketika harga turun, maka jumlah barang yang
ditawarkan juga turun atau semakin sedikit.
Seperti halnya
pembeli, apakah penjual juga hanya memperhitungkan faktor harga saja dalam
menyusun daftar penawaran? Tentu saja tidak. Pada kenyataannya banyak faktor
yang memengaruhi penawaran penjual. Namun ketika merumuskan penawaran, cukup
dengan menghubungkan harga dan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan.
Faktor-faktor selain harga dianggap tidak berubah (ceteris paribus).
a) Faktor-faktor yang Memengaruhi Penawaran
Penawaran dan produksi mempunyai hubungan
yang sangat erat. Hal-hal yang mendorong dan menghambat kegiatan produksi
berpengaruh terhadap jumlah penawaran. Berikut ini faktor-faktor yang
memengaruhi penawaran.
a. Harga Barang itu Sendiri
Apabila harga barang yang ditawarkan
mengalami kenaikan, maka jumlah barang yang ditawarkan juga akan meningkat.
Sebaliknya jika barang yang ditawarkan turun jumlah barang yang ditawarkan
penjual juga akan turun. Misalnya jika harga sabun mandi meningkat dari
Rp1.500,00 menjadi Rp2.000,00, maka jumlah sabun mandi yang penjual tawarkan
akan meningkat pula.
b. Harga Barang Pengganti
Apabila harga barang pengganti meningkat
maka penjual akan meningkatkan jumlah barang yang ditawarkan. Penjual berharap,
konsumen akan beralih dari barang pengganti ke barang lain yang ditawarkan,
karena harganya lebih rendah. Contohnya harga kopi meningkat menyebabkan harga
barang penggantinya yaitu teh lebih rendah, sehingga penjual lebih banyak
menjual teh.
c. Biaya Produksi
Biaya produksi berkaitan dengan biaya yang
digunakan dalam proses produksi, seperti biaya untuk membeli bahan baku, biaya
untuk gaji pegawai, biaya untuk bahan-bahan penolong, dan sebagainya. Apabila
biaya-biaya produksi meningkat, maka harga barang-barang diproduksi akan
tinggi. Akibatnya produsen akan menawarkan barang produksinya dalam jumlah yang
sedikit. Hal ini disebabkan karena produsen tidak mau rugi. Sebaliknya jika
biaya produksi turun, maka produsen akan meningkatkan produksinya. Dengan
demikian penawaran juga akan meningkat.
d. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi sangat berpengaruh
terhadap besar kecilnya barang yang ditawarkan. Adanya teknologi yang lebih
modern akan memudahkan produsen dalam menghasilkan barang dan jasa. Selain itu
dengan menggunakan mesin-mesin modern akan menurunkan biaya produksi dan akan
memudahkan produsen untuk menjual barang dengan jumlah yang banyak. Misalnya
untuk menghasilkan 1 kg gula pasir biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
Manis sebesar Rp4.000,00. Harga jualnya sebesar Rp7.500,00/kg. Namun dengan
menggunakan mesin yang lebih modern, perusahaan Manis mampu menekan biaya
produksi menjadi Rp3.000,00. Harga jual untuk setiap 1 kilogramnya tetap yaitu
Rp7.500,00/kg. Dengan demikian perusahaan Manis dapat memproduksi gula pasir
lebih banyak.
e. Pajak
Pajak yang merupakan ketetapan pemerintah
terhadap suatu produk sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya harga. Jika
suatu barang tersebut menjadi tinggi, akibatnya permintaan akan berkurang,
sehingga penawaran juga akan berkurang.
f. Perkiraan Harga di Masa Depan
Perkiraan harga di masa datang sangat
memengaruhi besar kecilnya jumlah penawaran. Jika perusahaan memperkirakan
harga barang dan jasa naik, sedangkan penghasilan masyarakat tetap, maka
perusahaan akan menurunkan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Misalnya
pada saat krisis ekonomi, harga-harga barang dan jasa naik, sementara penghasilan
relatif tetap. Akibatnya perusahaan akan mengurangi jumlah produksi barang dan
jasa, karena takut tidak laku.
Apabila ditinjau dari jumlah barang yang
ditawarkan, penawaran dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penawaran
perorangan dan penawaran kolektif.
Ø Penawaran Individu
Penawaran individu adalah jumlah barang
yang akan dijual oleh seorang penjual.
Ø Penawaran Kolektif
Penawaran kolektif disebut juga penawaran
pasar. Penawaran kolektif adalah keseluruhan jumlah suatu barang yang
ditawarkan oleh penjual di pasar. Penawaran pasar merupakan penjumlahan dari
keseluruhan penawaran perorangan.
Semakin tinggi harga, jumlah barang yang
ditawarkan semakin banyak. Sebaliknya semakin rendah harga barang, jumlah barang
yang ditawarkan semakin sedikit. Inilah yang disebut hukum penawaran. Hukum
penawaran menunjukkan keterkaitan antara jumlah barang yang ditawarkan dengan
tingkat harga.
Dengan demikian bunyi hukum penawaran
berbunyi:
Hukum penawaran akan berlaku apabila
faktor-faktor lain yang memengaruhi penawaran tidak berubah (ceteris paribus).
a. Kurva Penawaran
Kurva penawaran adalah suatu kurva yang
menunjukkan hubungan antara harga barang dengan jumlah barang yang ditawarkan.
Kurva penawaran dapat dibuat berdasarkan tabel tersebut.
Perhatikan kurva di atas. Kurva bergerak
dari kiri bawah ke kanan atas. Dengan demikian kurva penawaran mempunyai slope
positif. Artinya jumlah barang yang ditawarkan berbanding lurus dengan harga
barang. Semakin tinggi harga, semakin banyak jumlah barang yang ditawarkan.
b. Pergeseran Kurva Penawaran
Sama halnya pada pergeseran kurva
permintaan, kurva penawaran juga dapat mengalami pergeseran karena adanya
perubahan faktor-faktor yang memengaruhi penawaran selain faktor harga.
Bergesernya kurva penawaran ditandai dengan bergeraknya kurva ke kanan atau ke
kiri. Kurva penawaran bergeser ke kiri, artinya jumlah penawarannya mengalami
kenaikan. Namun, ketika kurva penawaran barang bergeser ke kiri, berarti
terjadi penurunan penawaran barang.
Perhatikan kurva penawaran di atas. Kurva
penawaran S bergeser ke kiri menjadi S1. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
penawaran akan jeruk mengalami penurunan. Jadi dapat disimpulkan bahwa adanya
perubahan dari salah satu atau lebih faktor-faktor yang dulu dianggap tetap,
akan mengubah jumlah penawaran sekaligus menggeser kurva penawaran.
c.
Perbedaan antara “penawaran” dan “jumlah
yang ditawarkan”
Penawaran adalah skedul atau kurva secara
keseluruhan. Sedangkan kuantitasa yang ditawarkan pada suatu tingkat harga.
Perubahan penawaran ditunjukkan oleh pergeseran kurava penawaran karena
perubahan satu atau lebih variabel-variabel yang dianggap konstan
Rumus matematis untuk penawaran :
Q = a - bp
3.
Harga Keseimbangan
Harga
keseimbangan komoditas ditentukan oleh perpotongan kurva penawaran pasar dan
kurva permintaan pasar komoditas tersebut. Kekuatan pasar selalu mendorong
harga menuju level keseimbangan. Pasar akan mengalami keseimbangan jika
kuantitas yang ditawarkan sama dengan kuantitas yang diminta. Keseimbangan
terjadi pada saat kurva penawara berpotongan dengan kurva permintaan yaitu pada
saat keinginan para konsumen bertemu dengan keinginan para produsen.
Grafik: Harga Keseimbangan Permintaan dan Penawaran
C.
PENUTUP
1. Kegiatan
Perkuliahan
a. Kegiatan Dosen
1)
Dengan
metode ceramah bervariasi menjelaskan topic 3.
2)
Mengarahkan
presentase dan diskusi.
3)
Member
dan menagih penugasan individu untuk
tugas.
b. Kegiatan Mahasiswa
a.
Memperhatikan
dan mengkaji penjelasan materi topic 3.
b.
Melaksanakan
diskusi dan presentase
c.
Menyelesaikan
dan menyerahkan tugas kelompok dan
individu 1.
2) Evaluasi
a. Jenis Evaluasi:
Pre test dan post test, serta partisipasi
kegiatan pembelajaran.
b. Alat Evaluasi:
Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi
pokok bahasan 3
c. Materi Evaluasi:
1) Menjelaskan sisi permintaan pasar dalam
bentuk kurva .
2) Menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi
permintaan dan macam-macam permintaan.
3) Menjelaskan sisi penawaran pasar dalam
bentuk kurva.
4) Menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi
penawaran dan macam-macam penawaran.
5) Menjelaskan kurva harga keseimbangan pasar.
BAB IV
ANALISIS SENSITIVITAS/ ELASTISITAS
PERMINTAAN
A.
PENDAHULUAN
Secara umum
materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pemahaman kepada mahasiswa
tentang analisis sensitivitas/elastisitas permintaan ekonomi manajerial,
sehingga setelah mempelajari materi
dalam bab IV ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
analisis sensitivitas/elastisitas permintaan ekonomi manajerial.
Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:
1) Menjelaskan Kurva elastisitas permintaan.
2) Menjelaskan elastisitas harga permintaan.
3) Menjelaskan elastisitas pendapatan
4) Menjelaskan elastisitas silang
5) Menjelaskan permintan yang elastisitas
unitary dan inelastisitas.
6) Menjelaskan penggunaan elastisitas dalam
pengambilan keputusan.
B.
PENYAJIAN MATERI
1.
ELASTISITAS PERMINTAAN
Kurva
permintaan adalah kurva yang menghubungkan antara harga dan jumlah produk yang
diminta oleh pasar. Jika harga produk tersebut tinggi maka hanya sedikit
permintaan terhadap produk tersebut. Tetapi, jika harganya semakin menurun maka
permintaan terhadap produk tersebut akan semakin tinggi. Untuk jelasnya dapat
dilihat pada gambar berikut:
Salah satu ukuran derajat
kepekaan yang paling sering digunakan dalam analisis permintaan adalah
elastisitas, yang didefinisikan sebagai persentase perubahan kuantitas yang
diminta sebagai akibat dari perubahan nilai salah satu variable yang menentukan
permintaan sebesar 1 persen.
Dalam rangka pengambilan
keputusan manajerial, maka pihak manajemen harus mengetahui besarnya respon
perubahan permintaan konsumen akibat adanya perubahan faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan tersebut.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan konsumen terhadap suatu barang dapat dibedakan menjadi:
- Faktor-faktor yang dapat dikontrol oleh
perusahaan seperti harga barang itu sendiri dan biaya iklan. Faktor-faktor ini
disebut variable endogen.
- Faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol
oleh perusahaan seperti pendapatan konsumen, harga barang pesaing.
Faktor-faktor ini disebut variable eksogen
Elastisitas
harga permintaan mengukur seberapa banyak permintaan barang dan jasa (konsumsi)
berubah ketika harganya berubah. Elastisitas permintaan ditunjukkan dalam
bentuk prosentase perubahan atas kuantitas yang diminta sebagai akibat dari satu
persen perubahan harga.
· Koefisien Elastisitas Permintaan
Perhitungan koefisien elastisitas
permintaan dengan menggunakan metode mid point adalah sebagai berikut :
Ed = % perubahan kuantitas diminta / % perubahan
harga,
Keterangan :
E =
Elastisitas permintaan
Q2 = Kuantitas permintaan setelah
perubahan
Q1 = Kuantitas permintaan awal
P2 = Harga setelah perubahan
P1 = Harga awal
Dalam perhitungan koefisien elastisitas
ini, angka minus tidak perlu ditulis karena kita telah mengetahui bahwa antara
harga dan permintaan berslope negatif. Artinya, kenaikan harga akan menurunkan
permintaan, dan sebaliknya (hukum permintaan).
Contoh : Apabila harga es krim naik dari $2
menjadi $2,2 dan jumlah pembelian turun dari 10 batang menjadi 8 batang, maka
elastsitas permintaan dihitung sebagai berikut :
Koefisien sebesar 2,32 menunjukkan bahwa
perubahan harga sebesar 1 persen akan menimbulkan perubahan permintaan sebesar
2,32 %. Elastisitas permintaan memiliki hubungan negatif (arahnya berbalikan),
yaitu ketika harga naik permintaan akan turun, vice versa.
· Jenis-jenis Elastisitas Permintaan
Ada lima jenis elastisitas permintaan :
1. Permintaan tidak elastis sempurna :
Elastisitas = 0.
Perubahan harga tidak mempengaruhi jumlah yang
diminta. Dengan demikian, kurvanya berbentuk vertikal. Kurva berbentuk vertikal
ini berarti bahwa berapapun harga yang ditawarkan, kuantitas barang/jasa tetap
tidak berubah. Contoh barang yang permintaannya tidak elastis sempurna adalah
tanah (meskipun harganya naik terus, kuantitas yang tersedia tetap terbatas),
lukisan milik pelukis yang telah meninggal (berapapun harga yang ditawar atas lukisan,
pelukis tersebut tidak akan mampu menambah kuantitas lukisannya), dan contoh
lainnya yang sejenis.
2. Permintaan tidak elastis :
Elastisitas < 1.
Prosentase perubahan kuantitas permintaan < dari
prosentase perubahan harga. Contoh permintaan tidak elastis ini dapat dilihat
diantaranya pada produk kebutuhan. Misalnya beras, meskipun harganya naik,
orang akan tetap membutuhkan konsumsi beras sebagai makanan pokok. Karenanya,
meskipun mungkin dapat dihemat penggunaannya, namun cenderung tidakakan sebesar
kenaikan harga yang terjadi. Sebaliknya pula, jika harga beras turun konsumen
tidak akan menambah konsumsinya sebesar penurunan harga. Ini karena konsumsi
beras memiliki keterbatasan (misalnya rasa kenyang). Contoh lainnya yang
sejenis adalah bensin. Jika harga bensin naik, tingkat penurunan penggunaannya
biasanya tidak sebesar tingkat kenaikan harganya. Ini karena kita tetap
membutuhkan bensin untuk bepergian. Sama halnya, ketika harganya turun, kita
juga tidak mungkin bepergian terus menerus demi menikmati penurunan harga
tersebut. Karakteristik produk yang seperti ini mengakibatkan permintaan
menjadi tidak elastis.
3. Permintaan uniter elastis :
Elastisitas = 1.
Prosentase perubahan kuantitas permintaan = prosentase
perubahan harga. Contoh produk yang elastisitasnya uniter tidak dapat
disebutkan secara spesifik. Jenis permintaan ini sebenarnya lebih sebagai
pembatas antara permintaan elastis dan tidak elastis, sehingga belum tentu ada
produk yang dapat dikatakan memiliki permintaan uniter elastis.
4. Permintaan elastis :
Elastisitas > 1.
Prosentase perubahan kuantitas permintaan >
prosentase perubahan harga. Ini sering terjadi pada produk yang mudah dicari
substitusinya. Misalnya saja pakaian, makanan ringan, dan lain sebagainya.
Ketika harganya naik, konsumen akan dengan mudah menemukan barang penggantinya.
5. Permintaan elastis sempurna :
Elastisitas tak terhingga.
Dimana pada suatu harga tertentu pasar sanggup membeli
semua barang yang ada di pasar. Namun, kenaikan harga sedikit saja akan
menjatuhkan permintaan menjadi 0. Dengan demikian, kurvanya berbentuk
horisontal. Contoh produk yang permintaannya bersifat tidak elastis sempurna
diantaranya barang/jasa yang bersifat komoditi, yaitu barang/jasa yang memiliki
karakteristik dan fungsi sama meskipun dijual di tempat yang berbeda atau
diproduksi oleh produsen yang berbeda. Dengan demikian, secara nalar
barang/jasa tersebut seharusnya memiliki harga yang sama pula. Misalnya saja
paperclip dan pen tinta biasa (seperti pen merek S dan P yang rata-rata
berharga 1000-1500). Jika kita pergi ke supermarket untuk membeli paperclip,
misalnya, kita cenderung tidak akan memperhatikan perbedaan merek. Satu-satunya
yang sering kita jadikan bahan perbandingan adalah harga, dimana kita akan
membeli paperclip yang harganya paling murah (atau pada harga rata-rata yang
diterima pasar). Akibatnya, bagi perusahaan yang menjual paperclip diatas harga
rata-rata, permintaan akan barangnya akan turun ke nol. Ini karena semua
paperclip, meskipun harganya berbeda-beda, memberikan fungsi yang sama.
· Faktor Penentu Elastisitas Permintaan
Ada empat faktor utama dalam menentukan
elastisitas permintaan :
a. Produk
substitusi.
Semakin banyak produk pengganti
(substitusi), permintaan akan semakin elastis. Hal ini dikarenakan konsumen
dapat dengan mudah berpindah ke produk substitusi jika terjadi kenaikan harga,
sehingga permintaan akan produk akan sangat sensitif terhadap perubahan harga.
b. Prosentase
pendapatan yang dibelanjakan.
Semakin tinggi bagian pendapatan yang
digunakan untuk membelanjakan produk tersebut, maka permintaan semakin elastis.
Produk yang harganya mahal akan membebani konsumen ketika harganya naik,
sehingga konsumen akan mengurangi permintaannya. Sebaliknya pada produk yang
harganya murah.
c. Produk
mewah versus kebutuhan.
Permintaan akan produk kebutuhan cenderung
tidak elastis, dimana konsumen sangat membutuhkan produk tersebut dan mungkin
sulit mencari substitusinya. Akibatnya, kenaikan harga cenderung tidak
menurunkan permintaan. Sebaliknya, permintaan akan produk mewah cenderung elastis,
dimana barang mewah bukanlah sebuah kebutuhan dan substitusinya lebih mudah
dicari. Akibatnya, kenaikan harga akan menurunkan permintaan.
d. Jangka
waktu permintaan dianalisis.
Semakin lama jangka waktu permintaan
dianalisis, semakin elastis permintaan akan suatu produk. Dalam jangka pendek,
kenaikan harga yang terjadi di pasar mungkin belum disadari oleh konsumen,
sehingga mereka tetap membeli produk yang biasa dikonsumsi. Dalam jangka
panjang, konsumen telah menyadari kenaikan harga, sehingga mereka akan pindah
ke produk substitusi yang tersedia. Selain itu, dalam jangka panjang kualitas
dan desain produk juga berubah, sehingga lebih mudah menyebabkan konsumen
pindah ke produk lain.
2.
ELASTISITAS HARGA
Kepekaan respons dari
kuantitas komoditas yang diminta terhadap perubahan harganya merupakan factor
yang sangat penting bagi perusahaan. Pada subbab ini, kita akan membahas
tentang elastisitas permintaan terhadap harga.
Elastisitas permintaan
terhadap harga (EP) – price elasticity of demand, merupakan persentase
perubahan kuantitas komoditas yang diminta dibagi dengan persentase perubahan
harganya, dengan menjaga semua variable yang lainnya dalam fungsi permintaan
konstan.
Ø Elastisitas permintaan titik terhadap harga
– point price elasticity of demand, atau elastisitas pada titik tertentu dari
suatu kurva permintaan. Dengan menggunakan rumus elastisitas titik, elastisitas
harga dapat diperoleh dengan rumus berikut:
Dimana ∆Q/∆P merupakan turunan parsial dari fungsi
permintaan pada P; P dan Q adalah harga dan kuantitas pada sebuah titik pada
kurva permintaan. Penggunaan dari elastisitas titik hanya terbatas untuk
menganalisis perubahan variable yang sangat kecil.
Ø Elastisitas permintaan busur terhadap harga
– aarc price elasticity of demand atau elastisitas permintaan terhadap harga
antara dua titik dalam suatu kurva permintaan. Berikut rumus dari elastisitas
permintaan busur terhadap harga:
Elastisitas busur merupakan konsep yang lebih baik
dalam mengukur elastisitas rata-rata sepanjang suatu kisaran yang lebih luas.
Rumus dari elastisitas permintaan busur terhadap harga ini, sangat berguna dalam
menganalisis derajat kepekaan rata-rata permintaan terhadap perubahan harga
pada suatu kisaran yang cukup besar.
Ada dua factor yang menjadi penentu elastisitas
terhadap harga, yaitu: permintaan industry dan permintaan perusahaan.
3.
ELASTISITAS PENDAPATAN
Tingkat pendapatan konsumen
juga merupakan determinanyang penting dalam permintaan. Kita dapat mengukur
kepekaan perubahan dari permintaan akan suatu komoditas terhadap perubahan
pendapatan konsumen dengan menggunakan elastisitas permintaan terhadap pendapatan
(EI) – income elasticity of demand. Ini diberikan oleh persentase perubahan
permintaan suatu komoditas dibagi dengan persentase perubahan pendapatan,
dengan memegang variable lain dalam persamaan permintaan konstan, termasuk
harga.
Sama seperti elastisitas
terhadap harga, dalam elastisitas terhadap pendapatan, juga memiliki
elastisitas titik dan elastisitas busur.
Ø Elastisitas titik terhadap pendapatan
(point income elasticity of demand) ditunjukkan oleh:
Dimana ∆Q dan ∆I mengacu secara berturut-turut kepada
perubahan dalam kuantitas dan pendapatan.
Sama seperti elastisitas permintaan titik terhadap
harga, elastisitas permintaan titik terhadap pendapatan juga memberikan hasil
yang berbeda-beda, tergantung kepada apakah pendapatan meningkat atau menurun.
Untuk menghindari hal tersebut, biasanya digunakan elastisitas permintaan busur
terhadap pendapatan.
Ø Elastisitas busur terhadap pendapatan – arc
income elasticity of demand. Ini menggunakan rata-ratadari pendaatan awal dan
baru, dan juga rata-rata dari kuantitas awal dan baru. Dengan menggunakan hal
tersebut, kita akan mendapatkan hasil yang sama pada saat pendapatan meningkat
atau menurun. Sehingga, rumusnya dapat dituliskan sebagai berikut:
Dimana angka subscript 1 dan 2 mengacu kepada tingkat
pendapatan dan kuantitas barang yang awal dan yang baru. Maka, elastisitas
permintaan busur terhadap pendapatan mengukur rata-rata kepekaan relative dalam
permintaan suatu komoditas terhadap perubahan pendapatan dalam jarak antara I1
dan I2.
Elastisitas permintaan terhadap pendapatan lebih rumit
daripada elastisitas permintaan terhadap harga. Karena perbedaan konsep
mengenai pendapatan bisa digunakan dalam pengukuran pendapatan nasional, GNP,
dll. Konsep ini sangat berguna bagi perusahaan untuk mengestimasi dan
memperkirakan permintaan keseluruhan atas produk yang dijual dalam pasar
tertentu dan untuk pendapatan konsumen pada tingkat tertentu.
4.
ELASTISITAS SILANG
Permintaan akan suatu
komoditas juga bertgantung pada harga dari komoditas yang berhubungan
(substitusi dan komplemeter). Sebagai contoh, jika harga teh meningkat,
permintaan akan kopi meningkat karena konsumen menukar teh dengan kopi untuk
dikonsumsinya. Pada saat lain, jika harga gula meningkat, maka permintaan kopi
akn menurun, karena harga secangkir kopi dengan gula pasti aan menjadi lebih
tinggi.
Kita dapat mengukur kepekaan
perubahan dari permintaan akan komoditas X terhadap perubahan harga (EXY)
– Cross price elasticity of demand. Ini diberikan oleh presentase perubahan
dalam permintaan komoditas X. sama seperti elastisitas terhadap pendapatan dan
elastisitas terhadap harga, kita juga mempunyai elastisitas permintaan silang
terhadap harga secara titik busur.
Ø Elastisitas permintaan silang titik
terhadap harga (Point cross-price elasticity of demand) dirumuskan sebagai
Dimana ∆QX dan ∆Py secara
berturut-turut merupakan perubahan dalam kuantitas yang diminta dari komoditas
X dan perubahan dalam harga komoditas Y.
Sama halnya dengan elastisitas permintaan titik
terhadap harga dan pendapatan, elastisitas permintaan silang titik dari harga
juga memberikan hasil yang berbeda tergantung dari apakah harga dari komoditas
yang berhubungan (Py) naik turun. Untuk menghindari hal ini, kita
biasanya mengukur elastisitas permintaan silang busur terhadap harga(arc
cross-price elasticity of demand).
Konsep elastisitas silang ini digunakan untuk dua
tujuan utama.
· Pertama, konsep ini sangat penting bagi suatu
perusahaan untuk mengetahui bagaimana kemungkinan permintaan akan produknya
dalam respon perubahan harga barang lain. Informasi ini diperlukan untuk
merumuskan strategi penetapan harga perusahaan tersebut dan untuk menganalisis
resiko yang disebabkan oleh produk yang bermacam-macam. Ini penting sekali
terutama bagi perusahaan yang mempunyai lini produk (product lines) yang luas,
dimana hubungan substitusi dan komplementer terjadi antaraberbagai macam produk
tersebut.
· Kedua, elastisitas silang ini digunakan dalam
sector industry untuk mengukur keterkaitan antar industry. Misalnya suatu
perusahaan mungkin muncul untuk menguasai suatu pasar tertentu, ia merupakan
satu-satunya pemasok atau supplier sesuatu barang di pasar tersebut. Namun
demikian, jika nilai elastisitas silag antara produk perusahaan tersebut dengan
produk-produk industry lainnya yang berhubungan adalah besar dan positif, maka
walaupun perusahaan tersebut tampaknya seperti monopolis, perusahaan tersebut
tidak akan bisa menaikkan harganya tanpa mengalami penurunan jumlah
penjualannya. Penurunan jumlah penjualan perusahaan tersebut akan di pasok oleh
perusahaan-perusahaan lainnya yang memproduksi produk-produk substitutnya.
5.
PERMINTAAN YANG ELASTIS UNITARY DAN
INELASTIS
Untuk tujuan pembuatan
keputusan, elastisitas harga dibedakan menjadi 3 kisaran. Dengan menggunakan ϵp untuk menggambar
nilai mutlak dan elastisitas harga, ketiga kisaran elastisitas tersebut adalah:
1)
I e I> 1, didefinisikan
sebagai permintaan yang elastis
Misalnya: | ϵp
| = -3,2 dan | ϵp
| = 3,2
2)
I = 1, didefinisikan sebagai elastisitas uniter (unitary elasticity)
Misalnya: | ϵp
| = -3,2 dan | ϵp
| = 1
3)
I e I < 1,
didefinisikan sebagai permintaan yang inelastis
Misalnya: | ϵp
| = -0,5 dan | ϵp
| = 0,5
Jika permintaan bersifat
elastis (yakni | ϵp
| > 1), yang menunjukkan
persentase perubahan kuantjtas Iebih besardaripada persentase perubahan harga,
maka suatu persentase kenaikan harga akan menyebabkan persentase penurunan
kuantitas lebih besar, dan akhirnya menurunkan TR.
Jadi ,jika permintaan
bersifat elastis, suatu kenaikan harga akan menurunkan TR dan penurunan harga
akan menaikkan TR.
Elastisitas uniter
(unitary elasticity) yaitu suatu keadaan yang menunjukkan persentase perubahan
kuantitas dibagi dengan persentase perubahan harga = -1. OIeh karena harga dan
kuantitas berhubungan terbalik, maka elastisitas harga =1, dan ini berarti
bahwa pengaruh perubahan harga secara tepat ditutup (offset) oleh perubahan
kuantitas yang diminta, sehingga TR (harga produk dikalikan kuantitas) tidak
berubah. Akhirnya,jika permintaan bersifat inelastis, yang berarti suatu
kenaikan harga akan menyebabkan penurunan kuantitas yang diminta Iebih kecil
daripada perubahan harga tersebut, maka TR akan naik. Hubunganhubungan tersebut
diringkas sebagai berikut:
1)
Permintaan yang elastis | ϵp | > 1. TR turun jika harga naik; TR
naik jika harga turun.
2)
Elastis uniter | ϵp
| = 1. TR tidak terpengaruh oleh
perubahan harga.
3)
Permintaan yang inelastis | ϵp | < 1.
TR naik jika harga naik; TR turun jika harga turun.
Contoh kasus:
•
Diketahui apabila harga barang
X Rp 500, maka permintaan sebanyak 100 unit. Turunnya harga barang X tersebut
menjadi Rp 400, menyebabkan naiknya jumlah barang yang diminta menjadi 150
unit. Berapakan besarnya koefisien elastisitas permintaan barang X tersebut?
150 – 100 50
100 100
0,5
Ed = ----------------
=--------- = -------- = - 2,5
400 – 500 - 100 - 0,2
500 500
Ed = - 2,5 (tanda minus
hanya menunjukan arah perubahan yang negatif yaitu sifat hubungan antara harga
dan kuantitas berlawanan arah) Maka Ed = 2,5 > 1 yang berarti ELASTIS
6.
PENGGUNAAN ELASTISITAS
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJERIAL
Analisis dan kekuatan
atau variabel-variabel yang memengaruhi permintaan dan estimasi yang dapat
dipercaya terhadap dampaknya secara kuantitas terhadap penjualan adalah sangat
penting bagi perusahaan untuk membuat keputusan produksi yang terbaik dan
rencananya untuk pertumbuhan. Beberapa kekuatan yang memengaruhi permintaan
dapat dikontrol oleh perusahaan, tetapi yang lainnya tidak dapat. Sebuah
perusahaan biasanya dapat menentukan harga dan komoditas yang mereka jual dan
menentukan tingkat pengeluarannya dalam ikian, kualitas produk, dan pelayanan
pelanggan, tetapi mereka tidak mempunyai kontrol terhadap tingkat dan
pertumbuhan pendapatan konsumen, harapan harga kepada konsumen, keputusan harga
para pesaing, dan keputusan pesaing dalam pengeluaran untuk iklan, kualitas
produk, dan pelayanan pelanggan.
Perusahaan dapat
memperkirakan elastisitas permintaan terhadap semua kekuatan yang memengaruhi
permintaan komoditas yang mereka jual. Perusahaan memerlukan estimasi terhadap
berbagai elastisitas untuk menentukan kebijakan optimal bagi proses
operasionalnya dan jalan yang paling positif untuk merespons berbagai kebijakan
perusahaan pesaing.
Sebagai contoh, jika
permintaan untuk produknya inelastis terhadap harga, perusahaan tidak akan
menurunican harganya karena akan mengakibatkan penurunan penerimaan total, dan
meningkatkan biaya totalnya (berhubungan dengan bertambah banyaknya komoditas
yang dijual pada harga yang lebih rendah) dan, karenanya memberikan laba yang
lebih rendah. Sama halnya jika elastisitas penjualan perusahaanterhadap iklannya
positif dan tinggi daripada terhadap pengeluaran untuk kualitas dan pelayanan
pelanggan, maka perusahaan akan berkonsentrasj dalam usaha penjualannya lewat
perikianan dan tidak terhadap kualitas produk dan pelayanan pelanggan.
Elastisitas dan
penjualan perusahaan terhadap variabel-variabel yang berada di luar kontrol
perusahaan juga sangat penting bagi perusahaan agar dapat merespons kebijakan
perusahaan pesaing secara efektif dan merencanakan strategi perkembangan yang
terbaik.
Sebagaj contoh, jika perusahaan
sudah menduga bahwa tingkat elastisitas silang antara permintaan dan produbiya
terhadap harga dan barang pesaing sangat tinggi, maka hams cepat bertindak
terhadap penurunan harga dan pesaing, atau perusahaan akan mengalami kerugian
yang cukup besar dalam penjualannya. Tetapi, perusahaan akan berpikir dua kali
lebih dahulu sebelum menurunkan harganya, karena dapat berakibat terhadap
terjadinya perang harga.
Contoh:
Sebuah perusahaan memasarkan kopi merek x
dan mengestimasi regresi dari permintaan produknya sebagai berikut:
Qx
= 1,5 -3,0Px + 0,8 I +2,0 PY – 0,6 Ps
+ 1,2A
Dimana:
Qx =
penjualan produk (jutaan pon per tahun)
Px =
harga produk ($2)
I = pendapatan personal disposable ($2,5)
PY =
harga produk pesaing ($1,80)
Ps =
harga gula ($0,50)
A = pengeluaran
iklan ($1)
Maka akan menghasilkan persamaan :
Qx = 1,5 -3,0(2)+ 0,8(2,5)+2,0 (1,80) – 0,6 (0,50) + 1,2(1)
=2
Maka pada tahun ini perusahaan akan menjual 2 juta pon kopi merek x.
Perusahaan dapat menggunakan
informasi diatas untuk menemukan elatisitas permintaan kopi terhadap harga,
pendapatan, hatga pesaing, haga gula dan iklan. sehingga:
Misalkan Jika perusahaan ingin
menaikan harganya sebesar 5%, pengeluaran iklan 12%, pendapatan personal
disposable 4%, PY 7%, dan Ps menurun 8%. Peruahaan
dapat menentukan penjualannya ditahun depan (Q’X) sebesar :
= 2+2(5%)(-3) + 2(4%)(1) + 2(7%)(1,8) +
2(-8%)(-0,15) + 2(12%)(0,6)
= 2+2(0,05)(-3) + 2(0,04)(1) + 2(0,07)(1,8)
+ 2(-0,08%)(-0,15)+2(0,12)(0,6)
=
2(1 - 0,15 + 0,04 + 0,126 + 0,012 + 0,072)
=
2(1 + 0,1)
=
2(1,1)
=
2,2 atau 2.200.000 pon
Perusahaan juga dapat
menggunakan informasi tersebut untuk menentukan bahwa ia bisa menjual kopinya
tahun depan dengan jumlah yang sama dengan tahun ini dengan meningkatkan harga
sebesar 8,33% jika yang lain tetap sama
C.
PENUTUP
1. Kegiatan
Perkuliahan
a. Kegiatan Dosen
1)
Dengan
metode ceramah bervariasi menjelaskan topic 4.
2)
Mengarahkan
presentase dan diskusi.
3)
Member
dan menagih penugasan individu untuk
tugas.
b.Kegiatan Mahasiswa
1)
Memperhatikan
dan mengkaji penjelasan materi topic 4.
2)
Melaksanakan
diskusi dan presentase
3)
Menyelesaikan
dan menyerahkan tugas kelompok dan
individu 1.
2.Evaluasi
a. Jenis Evaluasi:
Pre test dan post test, serta partisipasi
kegiatan pembelajaran.
b. Alat Evaluasi:
Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi
pokok bahasan 4
c. Materi Evaluasi:
1)
Jelaskan
Kurva elastisitas permintaan.
2)
Jelaskan
elastisitas harga permintaan.
3)
Jelaskan
elastisitas pendapatan
4)
Jelaskan
elastisitas silang
5)
Jelaskan
permintan yang elastisitas unitary dan inelastisitas.
6)
Jelaskan
penggunaan elastisitas dalam pengambilan keputusan.
BAB V
PENAFSIRAN FUNGSI PERMINTAAN
A.
PENDAHULUAN
Secara umum
materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pemahaman kepada mahasiswa
tentang penafsiran fungsi permintaan pada
ekonomi manajerial, sehingga setelah mempelajari materi dalam bab V ini, diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami penafsiran fungsi permintaan ekonomi manajerial.
Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:
1) Menjelaskan fungsi permintaan pasar.
2) Menguraikan daftar permintaan pasar yang
ada.
3) Menjelaskan Hubungan Antara Permintaan
dengan Keputusan Manajerial.
4) Menjelaskan Metode Estimasi Permintaan.
5) Menguraikan
metode langsung dan tak langsung estimasi fungsi permintaan.
6) Menjelaskan Masalah-
Masalah Dalam Analisa Regresi
B.
PENYAJIAN MATERI
1.
Fungsi Permintaan Pasar
Untuk
memecahkan masalah keputusan dalam suatu bidang bisnis, salah satu data yang
diperlukan adalah data permintaan. Permintaan konsumen terhadap suatu
produk/barang dapat dinyatakan dengan suatu fungsi yang merupakan hubungan
antara variabel dependen dengan variable independen. Variabel-variabel inilah
yang nantinya akan dicari nilai koefisiennya dan akhirnya dengan suatu teknik
tertentu dapat diketahui hubungan antara kedua variabel tersebut. Fungsi
permintaan pasar akan sebuah produk akan menunjukkan hubungan antara jumlah
produk yang akan diminta dengan semua factor yang mempengaruhinya.
Variabel
penentu permintaan digolongkan menjadi :
· Variable strategis.
Adalah harga barang yang bersangkutan, advertensi,
kualitas dan desain barang, serta saluran distribusi.
· Variabel konsumen,
Adalah tingkat pendapatan, selera konsumen,dan harapan konsumen
terhadap harga dimasa yang akan datang.
· Variabel pesaing
Adalah harga barang substitusi atau komplementer, advertensi, dan
promosi barang lain, saluran distribusi barang lain, serta kualitas dan desain
barang jadi.
· Variabel lain
Adalah kebijakan pemerintah, jumlah penduduk, dan cuaca. Variable
strategis dapat dikendalikan langsung oleh perusahaan (controllable variables),
sedangkan variable-variabel di luar merupakan variable yang tidak dapat
dikendalikan.
2.
Daftar Permintaan
Daftar permintaan ialah
suatu table yang member gambaran dalam angka-angka tentang hubungan antara
harga dengan jumlah yang diminta masyarakat. Dengan menggambarkan besarnya
permintaan yang ada pada berbagai tingkat harga.
Fungsi permintaan bias
ditentukan baik untuk industry secara keseluruhan maupun untuk perusahaan
secara individual. Namun demikian, variable-variabel independen yang digunakan
dalam fungsi permintaan industry sedikit agak berbeda dengan yang digunakan
dalam suatu perusahaan.
Fungsi permintaan
perusahaan lebih menekankan pada variable independen yang menunjukkan perilaku
para pesaing. Misalnya fungsi permintaan perusahaan akan memasukkan harga dan
biaya iklan dari perusahaan pesaingnya. Permintaan akan produk suatu perusahaan
berhubungan negative dengan harganya sendiri tetapi berhubungan positif dengan
harga yang ditetapkan oleh harga perusahaan saingannya. Oleh karena fungsi
permintaan perusahaan dan industry berbeda, maka analisis kita harus berbeda
pula untuk kedua macam permintaan tersebut.
3.
Hubungan Antara Permintaan dengan Keputusan
Manajerial
Perusahaan
harus mempunyai informasi yang baik dan layak tentang fungsi permintaan
akan produknya agar dapat membuat keputusan operasional yang efektif, baik untuk jangka panjang
maupun jangka pendek. Dalam perencanaan jangka panjang, penafsiran derajat
kepekaan ( sensitivity ) permintaan secara tepatakan membuat perusahaan mampu
untuk meramalkan potensi di masa yang akan datang , dan oleh karena
itu perusahaan tersebut akan mampu pula untuk menentukan
program jangka panjangnya secara lebih efektif.
Untuk
memecahkan masalah keputusan dalam suatu bidang bisnis, salah satu data yang
diperlukan adalah data permintaan. Permintaan konsumen terhadap suatu
produk/barang dapat dinyatakan dengan suatu fungsi yang merupakan hubungan
antara variabel dependen dengan variable independen. Variabel-variabel inilah
yang nantinya akan dicari nilai koefisiennya dan akhirnya dengan suatu teknik
tertentu dapat deiketahui hubungan antara kedua variabel tersebut.
4.
Metode
Estimasi Permintaan.
Metode
estimasi nilai koefisien beta dalam fungsi permintaan bisa digolongkan baik
sebagai yang langsung maupun tidak langsung. Estimasi permintaan dengan metode
langsung diperoleh melalui wawancara, survay dan eksperimen paper, dalam mana
pembeli potensial diberi pertanyaan tentang reaksi yang mungkin muncul sebagai
akibat adanya perubahan harga maupun perubahan variabel lainnya. Metode tidak
langsung estimasi permintaan merupakan bentuk analisis statistika dengan tujuan
untuk mengetahui perubahan permintaan sebagai akibat adanya perubahan dalam
variabel penting bebasnya, analisis ini dikenal dengan metode regresi.
5.
Metode Langsung
Metode langsung estimasi permintaan, secara
sederhana dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada pembeli maupun
pembeli potensial tentang reaksi-reaksi petensial terhadap perubahan dalam
harga ataupun determinan lain atas keputusan mereka untuk membeli produk.
a.
Interview dan Survey
Pappas (Terjem. 1995:200), teknik ini dapat
diterapkan secara naip dengan semata-mata mencegat orang-orang yang berbelanja
dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang jumlah produkyang akan mereka beli
di berbagai tingkat harga.
Dalam ekstrim lainnya, para pewawancara
terlatih mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang canggih ke sebuah sampel
pelanggan yang dipilih secara seksama untuk menghasilkan informasi yang
diinginkan. Walaupun kelihatannya sederhana, dalam pelaksanaannya pendekatan
ini menghadapi banyak kesulitan, yaitu :
o
Keacakan
random
Individu yang disurvey harus mewakili pasar
secara keseluruhan sehingga hasilnya tidak bisa. Oleh sebab itu sampel harus
cukun besar dan menggunakan metode random sehingga informasi pasar yang layak
untuk mengadakan rencana perubahan.
o
Bias
pewawancara.
Dalam hal ini kehadiran pewawancara dapat
mempengaruhi perasaan responden menjadi agak bodoh sehingga responden dapat
memberikan jawaban-jawaban yang tidak benar. Biasa pewawancara sering terjadi
baik dalam personal interview, dan bahkan koesioner yang diposkan sekalipun
(sebab ada orang lain yang membacanya).
o
Adanya
kesenjangan antara niat dan tindakan.
Arsyad (1993:169), masalah ini sering
disebut juga sebagai masalah akurasi jawaban (response accuracy). Konsumen
benar-benar berniat membeli suatu produk ketika di wawancarai, tetapi ketika
dipasarkan mungkin sesuatu hal telah mengubah niat dan pikiran konsumen
tersebut. Akhirnya jawaban-jawaban responden juga tidak dapat dipercaya bila
pertanyaan yang diajukan membingungkan atau ditafsir salah atau mengandung
hal-hal di luar dunia imajinasi konsumen.
Secara ringkas bisa dikatakan bahwa dalam
membuat koesioner, harus dipikirkan masak-masak dan hati-hati dan harus disertai
analisis dalam menginterprestasikan hasil surpey. Berikut diberikan contoh
hasil survey pasar.
b. Situasi Pasar Simulasi
Alat lain untuk melihat respon konsumen
terhadap perubahan harga dan usaha promosi adalah pembuatan pasar simulasi.
Pasar simulasi dimaksudkan untuk mempertimbangkan prilaku konsumen, dimana
konsumen yang dipilih diberi uang mainan dan disuruh berbelanja dipasar
simulasi/buatan untuk kelompok partisipan yang berbeda ditetapkan harga dan
promosi yang berbeda pula. Bila partisipan dipilih dengan tepat, maka respon
mereka terhadap perubahan harga dan usaha promosi dapat disimpulkan sama. Hasil
dari uji pasar simulasi ini harus diamati dengan jeli. Cara partisipan
membelanjakan uang orang lain mungkin berbeda dengan cara mereka membelanjakan
uang sendiri. Kemungkinan lain adalah mereka akan memilih produk tertentu bila
harga diturunkan, ini hanya agar mereka Nampak sebagai pembelanja yang hemat
dan bertanggung jawab. Metode ini mahal, karena biayanya relatif tinggi seharga
pembuatan pasar simulasi ini dipilih hanya sejumlah kecil sampel yang hasilnya
kemungkinan tak representatif.
c. Eksperimen Pasar Secara Langsung
Eksperimen pasar secara langsung ini
melibatkan orang-orang yang benar-benar berada di situasi pasar sebenarnya yang
membelanjakan uangnya untuk barang dan jasa yang mereka inginkan. Perusahaan
memilih satu kota atau lebih, pasar regional, atau negara dan melakukan
eksperimen pada “pasar-pasar uji” ini dirancang untuk mencari tahu “penerimaan”
konsumen atas produk dan mengidentifikasi dampak perubahan dari satu variabel
yang dapat dikendalikan atau lebih terhadap jumlah yang diminta. Sebagai
contoh, pada sebuah pasar regional perusahaan dapat memotong harga produknya
sebesar 10% dan membandingkan reaksi penjualan pada pasar tersebut dengan pasar
regional serupa lainnya. Kemungkinan lain, perusahaan tersebut dapat
meningkatkan promosi di pasar tertentu untuk “menilai” dampak dari suatu
perubahan sebelum menanggung biaya dan resiko yang lebih besar untuk melakukan
perubahan tersebut di seluruh wilayah negara.
6.
Metode Tidak Langsung
Ø Analisis Regresi Permintaan Konsumen.
Adalah sebuah teknik statistik yang
digunakan untuk menemukan ketergantungan dari suatu variabel terhadap satu atau
lebih variabel lain. Jadi teknik ini dapat diterapkan untuk mencari nilai dari
koefisien-koefisien tersebut menunjukkan pengaruh dari variabel yang menentukan
permintaan sebuah produk. Untuk analisis regresi, kita membutuhkan sejumlah
observasi, masing-masing terdiri dari variabel dependen Y dan nilai variabel independen
X yang berhubungan. Analisa regresi ini memungkinkan kita untuk menarik
kesimpulan dari pola hubungan yang ditunjukan oleh hasil opservasi. Dalam
analisis ini dapat digunakan data runtut waktu (time series) maupun data
seksi-silang (cross-section).
Ø Analisa Runtut Waktu Versus Waktu
Seksi-Silang.
Analisa runtut waktu menggunakan observasi
yang telah dicatat selama waktu tertentu dalam situasi tertentu. Misalnya
tingkat harga dan penjualan bulanan suatu produk dari sebuah perusaan yang
telah dikumpulkan selama enam atau dua belas bulan. Satu malsalah dalam
analisis ini adalah bahwa beberapa faktor yang dapat dikendalikan yang
mempengaruhi penjualan cendrung untuk berubah selama periode waktu tersebut,
sehingga beberapa perbedaan dalam ebservasi penjualan merupakan akibat dari
pengaruh-pengaruh ini, dan bukan karena pengaruh tingkat harga. Jika perubahan
variabel-variabel tak terkendali tersebut dapat diamati dan diukur, kita dapat
memasukan variabel-variabel ini sebagai variabel indevenden dalam analisis
regresi. Misalnya, tindakan para pesaing dan perubahan tingkat pendapatan
konsumen sebaiknya dikuantifikasikan (secara langsung atau dengan variabel
proksi yang tepat) dan dimasukan kedalam analisis.
Sebaiknya, perubahan selera dan pola
preferensi konsumen sulit diukur dan diamati, walaupun kedua hal tersebut
berubah sepanjang waktu. Kita dapat memasukkan pengaruh selera dan
faktor-faktor lain yang cendrung berubah sepanjang waktu tersebut dengan cara
memasukan variabel waktu sebagai variable independen dalam analisis regresi.
Analisis seksi silang menggunakan
obsevasi-observasi dari perusahaan yang berbeda dalam lingkungan bisnis yang
sama. Dengan demikian, analisis ini bisa mengurangi masalah yang ditimbulkan
oleh perubahan variabel-variabel tak terkendali sepanjang waktu, tetapi timbul
faktor-faktor seperti efektifitas tenaga penjualan, posisi aliran kas, tingkat
kegiatan promosi, dan tujuan manajemen berbeda-beda antar perusahaan, maka
kesemua hal tersebut akan mempunyai dampak yang berbeda pula terhadap tingkat
penjualan. Sekali lagi, jika faktor-faktor ini dapat dikuantifikasikan dan
datanya dapat dimasukan kedalam analisis regresi untuk mengetahui dampaknya
terhadap variabel dependen.
Ø Linieritas Persamaan Regresi.
Dengan hipotesis bahwa Y adalah suatu
fungsi dari X atau beberapa variable X, maka dapat ditentukan bentuk
ketergantungan variabel Y terhadap variabelvariabel X. dalam analisis regresi
menurut "ketergantungan" dinyatakan dalam bentuk yang linier. Dengan
formulasi umum sebagai berikut :
Y = a+b1 X1 +b2X2
+ …….+ bnXn +e
dimana:
Y = nilai yang diprediksi
a =
konstanta
b1,b2,b3 = parameter
e = nilai residu/galat
Sebagai tambahan, bahwa apabila fungsi
permintaan itu berbentuk hubungannon linier seperti:
Y =a. X1b1. X2c2=1
dimana variabel-variabel independen dalam kasus ini X1
dan X2 mempunyai pengaruh multiplikasif terhadap variabel dependen Y, maka
hubungan garis lengkung ini dapat dinyatakan sebagai suatu hubungan garis lurus
dengan transformasi logaritma. Sehingga menjadi :
log Y = log a +β1 logX1 + β2
logX2
Ø Pengestimasian Parameter-Parameter Regresi
Metode kuadrat terkecil sering
disebut ordinary least squares (OLS), adalah proses matematis
untuk memilih intersep dan slope garis yang paling tepat diminumkan. Jadi
persamaan regresi menyatakan garis yang paling tepat. Garis tersebut dipilih
dengan prosedur matematis yang menempatkan garis tersebut sedemikian rupa
sehingga jumlah selisih/kesalahan kuadrat (residu/galat = e2 ) dapat
diminimumkan. Kesalahan-kesalahan dikuadratkan untuk menghindari penghilangan
deviasi-deviasi negarif, dan untuk lebih meratakan deviasi-deviasi yang lebih
besar. Perhitungan persamaan regresi secara mendalam tidak dijelaskan dalam
makalah ini sebab telah tersedia program-program komputer, tetapi disini secara
sederhan disajikan bagaimana cara mendapatkan dan tanpa pembuktian melalui
formula sebagai berikut :
a = Y – bX
Dimana Y adalah rata-rata
aritmatika untuk nilai-nilai Y ; X adalah rata-rata aritmatika untuk nilai X; Σ
(sigma) melambangkan jumlah dan hal-hal yang dimaksud/ditujukan; dan n adalah
jumlah observasi atau titik data.
Ø Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi, biasanya dinyatakan
dengan R2, adalah angka yang menunjukan proporsi variasi variabel dependen yang
dijelaskan oleh variasi variable independen. Pengaruhnya R²=0,98. Ini
menunjukan bahwa perubahan-perubahan pada variabel-variabel independen
menyebabkan 98% perubahan pada variabel dependen. Nilai R2 = 1 menunjukan bahwa
semua variabel y dijelaskan oleh variasi variabel X, dan akibatnya, semua titik
data akan terletak pada garis yang paling tepat. Sebaliknya, nilai R2 = 0,32
misalnya, akan menunjukan betapa lebar titik-titik data terpencar dengan
variasi yang relatif besar terhadap garis yang paling tepat dan adanya hubungan
yang relatif lemah antara variabel-variabel dependen dan independen.
Koefisien determinasi dapat dihitung dengan
formulasi sebagai berikut:
Ø Standar Error Estimasi
Standar error estimasi adalah ukuran
penyebaran (dispersi) data dari garis yang paling tepat. Dengan standar error
estimasi (Se)., kita dapat menghitung interval konfidensi (sekitar nilai
estimasi untuk variabel independen) untuk tingkat-tingkat konfidensi yang
berbeda. Interval konfindensi adalah kisaran nilai-nilai dimana observasi
aktual diharapkan terletak dalam prosentase tertentu pada waktu tertentu.
Standar error estimasi dapat dihitung
dengan rumus berikut :
Ø Daya Prediksi Persamaan Regresi
Standar error koefisien dalah ukuran atau
ketetapan nlai β yang telah dihitung, yang merupakan koefisien yang
mengestimasi hubungan marjinal antara variabel Y dan variabel X. Standar error
koefisien (Sβ) bila relatif kecil, memungkinkan kita untuk
menyatakan keyakinan bahwa hasil perhitungan nilai β sangat mendekati nilai
yang “benar”. Nilai β yang besar dapat diverifikasi bila dipunyai populasi
observasi yang menyeluruh yang meliputi variabel-variabel Ydan X, tidak
sekedar sebuah sampel. Singkatnya, Sβ adalah standar
deviasi dari distribusi sampling β. Semakin kecil standar error
koefisien, semakin besar keyakinan akan koefisien regresi yang diperoleh dari
data nilai-nilai Xi dan nilai Y. Standar
error koefisien dapat dirumuskan sebagai berikut :
7.
Masalah-
Masalah Dalam Analisa Regresi
Ada enam
masalah utama yang harus diperhatikan dalam analisis regresi, yaitu antara lain
:
a.
Kesalahan
Spesifikasi.
Yang menyebabkan hasil regresi kurang dapat
dipercaya antara lain disebabkan oleh kekeliruan dalam menentukan hubungan
antara variabel tidak bebas dengan variabel bebas. Ada dua kemungkinan
kesalahan tersebut, yang pertama adalah kesalahan dalam menggunakan bentuk
hubungan fungsi antar variabel. Misalnya bentuk hubungan yang sesungguhnya
tidak linier tetapi cetakan regresi yang dipakai menunjukan hubungan linier.
Sebenarnya dalam batas-batas tertentu landasan teori memberikan petunjuk
mengenai bentuk hubungan tersebut. Akan tetapi dalam menemukan bentuk yang
tepat, kita dapat menggunakan cara dengan mencoba berbagai bentuk persamaan.
Bentuk persamaan yang nilai R2 paling tinggi kita anggap paling tepat.
Sedangkan yang kedua kesalahan yang lain adalah kesalahandalam bentuk tidak
memasukan variabel penjelasan yang relevan. Masalah ini diminimumkan melalui
pengkajian teoritik yang cukup memadai. Mamang disamping itu dengan cara
merubah komposisi variabel-variabel penjelas, kita dapat mengatasi masalah ini.
b.
Kesalahan
Pengukuran
Kesalahan pengukuran dapat timbul dari
berbagai sebab. Daftar pertanyaan atau kuisioner yang kurang baik, wawancara
yang kurang memadai, pendefinisian variabel yang tidak betul, dan sebagainya
dapat berakhir pada kurang dapat dipercayainya hasil estimasi fungsi permintaan
melalui besaran-besaran statistik R2 yang terlalu kecil, statistik t yang
terlalu kecil, statistik f yang terlalu kecil dan seterusnya.
c.
Hubungan
Persamaan Simultan
Dalam merancang sebuah fungsi regresi tidak
dibenarkan adanya hubungan timbal balik antara variabel tidak bebas dengan
salah satu atau lebih variabel bebas. Bila ketentuan ini dilanggar maka timbul
apa yang disebut bias persamaan (equation bias). Contoh yang sangat puler
adalah penggunaan metode OLS untuk mengestimasi kurva permintaan pasar, dimana
terdapat hubungan timbal balik antara harga dan kuantitas yang diminta. Kita
dapat memperlakukan baik harta ataupun jumlah yang diminta sebagai variabel
bebas atau sebagai variabel tidak bebas. Hal ini disebabkan oleh baik darisegi
teori maupun dalam kenyataan keduanya ditentukan secara simultan (besamaan)
oleh kedua variabel itu sendiri.
d.
Multikolinieritas
Multikolinieritas timbul sebagai akibat
adanya hubungan kausal antara dua variabel penjelas (variabel bebas) atau
lebih, atau sebagai akibat adanya kenyatan bahwa dua variabel penjelas atau
lebih secara bersama-sama dipengaruhi oleh variabel ketiga yang berada diluar
sistem persamaan regresi. Keberadaan multikolinieritas dapat ditemukan melalui
tes korelasi antar variabel penjelas. Kalau diketemukan korelasi yang tinggi,
maka salah satu variable penjelas dilepas. Dengan adanya multikolinieritas maka
hasil estimasi koefisien regresi bersifat bias. Analisa regresi tidak mampu
menemukan hubungan yang benar dan kemampuan prediksinya menjadi lemah. Namun
demikian masalah adanya multikolinieritas dalam fungsi regresi dapat ditoleransi
apabila persamaan itu dimaksudkan untuk tujuan prediksi, karena kita ingin
mengetahui pengaruh seluruh variabel bebas bersama-sama dan bkan untuk
menjelaskan kekuatan-kekuatan hubungan masing-masing variabel bebas terhadap
variabel tidak bebas. Tetapi bila regresi digunakan untuk keperluan sebagai
modal penjelas, maka harus tidak ada multikolinieritas.
e.
Heteroskedastisitas
Keadaan unsur ini dapat dilihat dari grafik
distribusi nilai “residuals”. Kalau grafiknya secara teratur membengkok atau
mengecil dengan bertambah besarnya nilai variabel penjelas, maka kita
harus waspada dalam menginterprestasikan besaran statistik t dan R2 karena
kurang dapat dipercaya dengan kecendrungan terlalu tinggi diatas nilai yang
sebenarnya. Nilai kesalahan standar koefisien regresi memberikan indikasi yang
keliru. Masalah ini dapat diatasi dengan meninjau kembali komposisi
variavel-variabel penjelas dan merubah bentuk persamaan hubungan fungsional.
f.
Otokorelasi
atau serialkolerasi
Otokorelasi adalah masalah lain yang timbul
bila kesalahan tidak sesuai dengan batasan yang disyaratkan oleh analisis
regresi. Otokorelasi atau serialkorelasi hanyaterjadi kalau kita menggunakan
data kurun waktu (times sries) dan ditandai oleh pola kesalahan yang beruntun.
Yakni besarnya kesalahan kian besar atau kecil. Yang menunjukan pola siklus
atau lainnya, karena observasiobservasi X disusun secara
kronologis, pola ini menandakan bahwa beberapa variabel lain berubah secara
sistematis dan mempengaruhi variabel dependen. Otokorelasi dapat ditemukan
secara visual melalui grafik times series residuals atau uji statistik “Durbin
Waston”. Otokorelasi dapat dihilangkan dengan menambahkan variabel yang dapat
menjelaskan perubahan yang sangat sistematis tersebut kedalam persamaan
regresi. Sebagai contoh, bila residu nampak mengikuti pola siklus, variabel
“dummy” dibutuhkan bagi perhitungan variasi musiman.
C.
PENUTUP
1.
Kegiatan Perkuliahan
a. Kegiatan Dosen
1) Dengan metode ceramah bervariasi
menjelaskan topic 5.
2) Mengarahkan presentase dan diskusi.
3) Member dan
menagih penugasan individu untuk tugas.
b. Kegiatan Mahasiswa
1) Memperhatikan dan mengkaji penjelasan
materi topic 5.
2) Melaksanakan diskusi dan presentase
3) Menyelesaikan dan menyerahkan tugas
kelompok dan individu 1.
2. Evaluasi
a. Jenis Evaluasi:
Pre test dan post test, serta partisipasi
kegiatan pembelajaran.
b. Alat Evaluasi:
Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi
pokok bahasan 5
c. Materi Evaluasi:
1)
Jelaskan
fungsi permintaan pasar.
2)
Uraikan
daftar permintaan pasar yang ada.
3)
Jelaskan
Hubungan Antara Permintaan dengan Keputusan Manajerial.
4)
Jelaskan
Metode Estimasi Permintaan.
5)
Uraikan metode langsung dan tak langsung estimasi
fungsi permintaan.
6)
Jelaskan Masalah- Masalah Dalam Analisa Regresi
BAB VI
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN
A.
PENDAHULUAN
Secara umum
materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman
kepada mahasiswa tentang analisis perilaku konsumen pada ekonomi manajerial,
sehingga setelah mempelajari materi
dalam bab VI ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami analisis
perilaku konsumen pada ekonomi manajerial.
Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:
1) Menjelaskan Pengertian Perilaku Konsumen.
2) Menguraikan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Konsumen.
3) Menjelaskan Pendekatan Teori Tingkah Laku
Konsumen.
4) Menjelaskan Efek-Efek Perubahan Harga,
Pendapatan, dan Substitusi Terhadap Perilaku Konsumen
B.
PENYAJIAN MATERI
1.
Pengertian Perilaku Konsumen
Konsumsi adalah pengeluaran oleh rumah
tangga atas barang dan jasa. Elemen-elemen pokok dari konsumsi di antara yang
paling penting adalah perumhan, kendaraan bermotor, makanan, dan perawatan
medis. Ilmu statistik menunjukkan bahwa ada keteraturan yang dapat diramalkan
dalam cara orang-orang mengalokasikan pengeluaran mereka antara makanan,
pakaian dan hal-hal pokok lainnya.
Sejumlah pertanyaan muncul saat kita
berbicara tentang kegiatan konsumen untuk membeli, kita tidak tahu mengapa
orang-orang membeli suatu produk baru, keinginan apa yang mereka penuhi dan
penjelasan-penjelasan yang mungkin ada secara psikologis dan sosiologi mengenai
mengapa konsumen membeli satu produk dan bukan produk lainya. Hal inilah yang
membuat kita perlu untuk mengetahui dan mempelajari segala hal tentang perilaku
konsumen dalam kegiatan konsumsi. Teori tingkah laku konsumen menerangkan tentang
perilaku konsumen di pasaran, yaitu menerangkan sikap konsumen dalam membeli
dan memilih barang yang akan dibelinya. Teori ini dikembangkan dalam dua
bentuk: teori utility dan analisis kepuasan sama.
Perilaku konsumen timbul karena adanya
kendala dalam keterbatasan pendapatan di satu sisi dan di sisi lain adanya
keinginan untuk mengkonsumsi barang dan jasa sebanyak-banyaknya. Pada intinya
yang akan dijelaskan dalam teori perilaku konsumen adalah bagaimana fungsi
permintaan konsumen itu berbentuk dan lebih jelasnya kapan kepuasan konsumen
itu tercapai. Teori perilaku konsumen pada dasarnya menjelaskan bagaimana
konsumen itu mendayagunakan sumber daya yang ada (uang) dalam rangka memuaskan
kebutuhan/keinginan dari satu atau lebih produk. Penilaian kepuasan umumnya
bersifat subjektif baik bagi pemakai langsung maupun bagi penilai.
Jadi, Perilaku konsumen adalah studi dari
proses keputusan mengapa konsumen dapat membeli dan mengkonsumsi produk-produk (RW.Griffin & RJ. Ebert, 2003:366).
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Konsumen
Menurut
judul salah satu studi klasik, kita termasuk ke dalam “social animals”. Jadi,
untuk memahami perilaku konsumen bergantung pada psikologi dan sosiologi.
Hasilnya berfokus pada empat bidang yang menjadi pengaruh utama terhadap
perilaku konsumen: psikologis, pribadi, sosial, dan budaya (RW.Griffin & RJ. Ebert,
2003:366)
a. Pengaruh psikologis mencakup motivasi,
presepsi, kemampuan belajar, dan sikap perseorangan.
b. Pengaruh pribadi mencakup gaya hidup,
kepribadian, dan status ekonomi.
c. Pengaruh sosial mencakup keluarga, pendapat
pemimpin (orang yang pendapatnya diterima oleh orang lain), dan kelompok
referensi lainya seperti teman, rekan sekerja, dan rekan seprofesi.
d. Pengaruh budaya mencakup budaya (“cara
hidup” yang membedakan satu kelompok besar dengan kelompok lainya), subkultur
(kelompok yang lebih kecil, seperti kelompok etnis yang memilliki nilai-nilai
bersama), dan kelas sosial (kelompok-kelompok berdasarkan peringkat budaya
menurut kriteria seperti latar belakang, pekerjaan, dan pendapatan.
Walaupun
seluruh faktor itu dapat berdampak besar pada pilihan konsumen, dampk
faktor-faktor itu terhadap pembelian aktual beberapa produk menjadi sangat lemah atau dapat diabaikan. Beberpa konsumen,
misalnya, memperlihatkan loyalitas terhadap merek (Brand Loyalty) tertentu,
yang berarti mereka secara rutin membeli produk-produk karena mereka puas atas
kinerja merek produk itu.
Setelah
konsumen dipengaruhi dengan adanya factor-faktor pembelian tersebut pastinya
konsumen akan malakukan pembelian terhadap produk tersebut. Adapun
perilaku-perilaku yang akan muncul pada saat konsumen tersebut melakukan
pembelian.
a) Perilaku
pembelian konsumen
· Perilaku pembelian yang rumit, konsumen
dihadapkan pada perbedaan yang tipis pada merek dan kualitas, produk yang
mahal, jarang dibeli,dan beresiko
· Perilaku pembelian pengurangan disonasi
(ketidaknyamanan), konsumen munkin mengalami disonasi yang muncul dari
pengamatan terhadap hal-hal yang mengganggu pendiriannya
· Perilaku pembelian karena kebiasaan, konsumen
yang mengkonsumsi barang karena kebiasaan
· Perilaku pembelian yang mencari variasi.
Perusahaan akan mendorong pencari variasi dengan menawarkan harga yang lebih
rendah, penawaran khusus, kupon , dan lain-lain.
b) Peran
pembelian
· Pencetus (inisiator), seorang yang pertama
kali mengusulkan gagasan untuk membeli produk atau jasa
· Pemberi pengaruh (influencer), seorang
dengan pandangan atau saran yang mempengaruhi keputusan
· Pengambil keputusan (decider), seorang yang
memutuskan setiap komponen dari suatu keputusan pembelian;apakah membeli, tidak
membeli, bagaimana membeli dan dimana akan membeli
· Pembeli (buyer), orang yang melakukan
pembelian yang sesungguhnya
· Pemakai (user), seseorang yang mengkonsumsi
atau menggunakan produk atau jasa yang bersangkutan
c) Proses
pengambilan keputusan
· Pengenalan kebutuhan; tahap dimana konsumen
mengenali permasalahan atau kebutuhan
· Pencari informasi; tahap dimana konsumen
tergerak untuk mencari informasi tambahan, konsumen mungkin sekedar
meningkatkan perhatian atau mungkin pula mencari informasi secara aktif
· Pengevaluasi alternatif; tahapdimana
konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasiberbagai merek alternatif
didalam serangkaian pilihan
· Keputusan pembelian; tahap dimana konsumen
secara actual melakukan pembelian produk
· Perilaku setelah pembelian;tahap dimana
konsumen melakukan tindakan lebih lanjut setelah pembelian berdasarkan pada
kaputusan atau ketidakpuasan mereka.
d) Perilaku
setelah pembelian
Setelah pembelian, konsumen mungkin
mengalami konflik dikarenakan melihat fitur mengkhawatirkan tertentu atau
mendengar hal-hal menyenangkan tentang merek lain dan waspada terhadap
informasi yang mendukung keputusannya. Komunikasi pemasaran seharusnya memasok
keyakinan dan evaluasi yang memperkuat pilihan konsumen dan membantunya merasa
nyaman tentang merek tersebut.
Karena itu, tugas pemasar tidak berakhir
dengan pembelian. Pemasar harus mengamati kepuasan pasca pembelian dan tindakan
pasca pembelian.
· Kepuasan pasca pembelian
Kepuasan merupakan fungsi kedekatan antara
harapan dan kinerja produk. Jika kinerja tidak memenuhi harapan, konsumen
kecewa; jika memenuhi harapan, konsumen puas; jika melebihi harapan, konsumen
sangat puas. Perasaan ini menentukan apakah pelanggan membeli produk kembali
dan membicarakan hal-hal menyenangkan atau tidak menyenangkan tentang produk
itu kepada orang lain.
· Tindakan pasca pembelian
Jika konsumen puas. Ia mungkin ingin
membeli produk itu kembali. Pelanggan yang puas juga cenderung mengatakan
hal-hal baik tentang merek kepada orang lain. Dipihak lain, konsumen yang
kecewa mungkin mengabaikan atau mengembalikan produk. Mereka mungkin mencari
informasi yang memastikan nilai produk yang tinggi. Mereka mungkin mengajukan
tuntutan umum dengan melayangkan keluhan ke kelompok lain. Tindakan pribadi
mencakup keputusan untuk berhenti membeli produk (opsi keluar) atau
memperingatkan teman (opsi suara).
3.
Pendekatan Teori Tingkah Laku Konsumen
Terdapat
dua pendekatan terkait dengan perilaku konsumen, yaitu pendekatan nilai guna
(utility) kardinal dan pendekatan niali guna ordinal. Dalam pendekatan niali
guna kardinal dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen
dapat dinyatakan secara kualitatif. Nilai guna total dapat diartikan sebagai
jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejulah barang
tertentu. Sedangkan nilai guna marginal berarti penambahan (atau pengurangan)
kepuasan sebagai akibat dan pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu unit
barang tertentu.
a.
Pendekatan Kardinal
Pendekatan kardinal memberikan penilaian
bersifat subyektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu barang, artinya tinggi
rendahnya suatu barang tergantung sudut pandang subyek yang memberikan
penilaian tersebut, yang biasanya berbeda penilaian dengan orang lain.
Pendekatan ini merupakan gabungan dari
beberapa pendapat para ahli ekonomi aliran subyektif dari Austria seperti: Karl Menger, Hendrik Gossen, Yeavon, dan Leon Walras. Menurut pendekatan ini
daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau util, dan tinggi rendahnya nilai
atau daya guna bergantung kepada subyek yang menilai.
Dalam pendekatan ini akan banyak didasari
oleh suatu hukum dari tokoh terkenal, Gossen, yaitu hokum Gossen.
- Hukum Gossen I menyatakan bahwa jika
kebutuhan seseorang dipenuhi terus-menerus maka kepuasanya akan semakin
menurun.
- Hukum Gossen II menyatakan bahwa orang akan
memenuhi berbagai kebutuhanya sampai mencapai intensitas yang sama. Intensitas
yang sama itu ditunjukkan oleh rasio antara marginal
utility dengan harga dari barang
yang satu dengan rasio marginal utility dengan
harga barang yang lain.
Hipotesis utama teori nilai guna atau lebih
dikenal sebagai hukum nilai guna marginal yang semakin menurun, menyatakan
bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan
satu barang akan menjadi semakin sedikit
apabila orang tersebut terus-menerus menambah konsumsinya pada barang tersebut.
Gambar 6.1
Grafik Nilai Guna Total Dan Marginal
Dalam hal pemaksimuman nilai guna total,
syarat pemaksimuman nilai guna adalah jika konsumen berada dalam keadaan
sebagai berikut: (Sadono Sukirno, 2005:130)
1. Seseorang akan memaksimumkan niali guna
dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila perbandingan nilai guna
marginal berbagai barang tersebut adalah sama dengan perbandingan harga-harga
barang tersebut.
2. Seseorang akan memaksimumkan niali guna
dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila nialu guna marginal untuk
setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap barang yang
dikonsumsikan.
Dalam pendekatan teori tingkah laku konsumen
melelui pendekatan kardinal terdapat
sejumlah asumsi yang mesti berlaku. Berikut beberapa asumsi dari
pendekatan ini yang harus terpenuhi adalah: (Dr. Eeng Ahman M.S dan Yana
Rohmana S.pd, 2007: XX )
a. Daya guna diukur dalam satuan uang/util.
b. Konsumen bersifat rasioanal, artinya
konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasan dengan batasan pendapatanya.
c. Diminishing
marginal utility, artinya
tambahan utilitas yang diperoleh konsumen makin menurun dengan bertambahnya
konsumsi dari komoditas tersebut.
d. Pendapatan konsumen tetap.
e. Constan
marginal utility of money
(daya guna marginal dari uang tetap)
f. Total
utility adalah additive (melengkapi) dan independent (sendiri atau tidak terikat)
g. Barang normal dan periode konsumsi
berdekatan
Walaupun pendekatan ini telah berhasil
menyusun formulasi fungsi permintaan secara baik tetapi pendekatan ini masih
dianggap mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan dan kritik terhadap pendekatan
ini antara lain: (Tati Joerson &
M.Fathorrozi, 2003:50)
1. Sifat subyektif dari daya guna dan tidak
adanya alat ukur yang tepat dan sesuai.
2. Constan
marginal utility of money,
semakin banyak memiliki uang maka penilaian terhadap uang itu semakin rendah.
3. Diminishing
marginal utility sangat
sulit diterima sebagai aksioma, sebab penilaian dari segi psikologis yang
sangat sukar.
b.
Pendekatan Ordinal
Dalam pendekatan Ordinal daya guna suatu
barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat
urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok
barang. Dasar dari pemikiran dari pendekatan ini adalah semakin banyak barang
yang dikonsumsi semakin memberikan kepuasaan terhadap konsumen. Dalam
menganalisa tingkat kepuasan dalam pendekatan ini digunakan kurva Indifferen
(indifferent Curve) yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang
memberikan tingkat kepuasan yang sama dan garis anggaran (Budget line) yang
menunjukkan berbagai kombinasi dari dua macam barang yang berbeda yang dapat
dibeli oleh konsumen dengan pendapatan yang terbatas.
Gambar 6.2 Garis Anggaran Pengeluaran
Dengan menggunakan kedua kurva ini akan
ditunjukkan bahwa konsumen akan mencapai kepuasan yang maksimum apabila
garis anggaran pengeluaran disinggung
oleh kurva kepuasan yang peling tinggi. Di mana persinggungan antara Budget Line dan Indefferent Curve ini
akan menggambarkan kombinasi barang yang diinginkan konsumen, beararti konsumen
akan mencapai kepuasan yang maksimum, keadaan ini terkenal dengan sebutan garis
keseimbangan konsumen. Dengan demikian, pemaksimuman kepuasan yang digambarkan
adalah tingkat kepuasan maksimum dari mengkonsumsi dua barang dengan
menggunakan sejumlah pendapatan tertentu.
Seperti halnya pendekatan tingkah laku
konsumen melalui pendekatan kardinal, pendekatan teori tingkah laku konsumen
melalui pendekatan ordinal juga memiliki sejumlah asumsi yang mesti berlaku.
Beberapa asumsi yang harus ada pada pendekatan ordinal ini adalah: (Dr. Eeng Ahman M.S dan Yana Rohmana S.pd, 2007: XX )
1. Konsumen Rasional
2. Konsumen mempunyai pola preferensi terhadap
barang yang disusun berdasarkan urutan besar kecilnya daya guna.
3. Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu
4. Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan
maksimum
5. Konsumen konsisten
6. Berlaku hukum transitif
4.
Efek-Efek Perubahan Harga,
Pendapatan, dan Substitusi Terhadap Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen dalam
kegiatan pembelian sering dipengarugi oleh beberapa faktor ekonomi dari segi
mikro ekonomi, misalnya perubahan harga, perubahan pendapatan dan substitusi.
Oleh karena, ketika faktor-faktor tersebut berubah maka relatif pola perilaku
konsumen dalam proses kegiatan konsumsi juga mengalai perubahan.
Tabel Efek-Efek Terhadap dan dari Perubahan
Pendapatan, Substitusi, dan harga
Jenis Efek |
Pendapatan Uang |
Harga |
Pendaptan Riel |
Efek pendapatan Efek harga Efek substitusi |
Berubah Konstan Berubah |
Konstan Berubah Berubah |
Berubah Berubah Konstan |
·
Efek Perubahan Harga
Konsekuensi yang paling menarik dari suatu
perubahan yang dihadapi oleh konsumen adalah efek harga. Di sini, harga-harga
barang yang kita bicarakan relatif berubah tetapi tidak ada variasi kompensasi
pendapatan. Oleh karena itu, pendapatan nyata konsumen bisa naik atau turun.
Pendapatanya dalam bentuk uang memberikan kepuasan yang lebih besar atau lebih
kecil daripada sebelumnya karena harga-harga telah berubah.
Kita telah melihat bagaimana seorang
konsumen dengan keinginan-keinginan tertentu dan penghasilan yang tetap
menentukan barang-barang apa yang harus dibeli dan berapa banyak. Berdasarkan
asumsi pokok tentang rasionalitas konsumen akan berusaha mencapai posisi
ekuilibrium baru sehingga ia bisa mencapai kepuasan yang maksimal. Berbagai
macam cara konsumen menghadapi suatu perubahan situasi. Ada tiga perubahan
penting yang mempengaruhi ekuilibrium pada suatu kurva indiferensi, yaitu:
a. Ada kemungkinan keadaan konsumen menjadi
lebih baik atau lebih buruk karena pendapatanya berubah tetapi harga-harga
tetap konstan. Kebutuhan-kebutuhan konsumen bisa bertambah atau berkurang
sesuai dengan pendapatanya semakin besar atau kecil untuk dibelanjakan.
Akibat-akibat perubahan semacam ini dinamakan efek-efek pendapatan.
b. Ada kemungkinan harga-harga berubah tetapi
pendapatan konsumen dalam bentuk uang juga berubah sedemikian rupa dalam waktu
yang bersamaan sehingga akibatnya ia tidak menjadi lebih baik dan juga tidak
menjadi lebih buruk. Namun sementara itu, ia akan merasa lebih baik membeli
baranag-barang yang harganya relatif murah lebih banyak lagi. Ia akan mengganti
barang-barang yang harganya relatif mahal dengan barang-barang yang harganya
relatif lebih murah. Akibat perubahan semacam ini disebut efek-efek substitusi.
c. Kemungkinan harga dari suatu barang bisa
naik atau turun, sedangkan pendapatan konstan, sehingga konsumen bisa
menjadi lebih buruk atau bisa menjadi lebih baik. Dalam situasi seperti ini,
konsumen tidak hanya harus mengatur kembali pembelianya berdasarkan efek
substitusi. Pendapatan riel-nya, penghasilanya dalam bentuk barang-barang yang
dibelinya, juga harus berubah.
Grafik. Efek Perubahan Harga Terhadap Perilaku
Konsumsi
·
Efek Perubahan Pendapatan
Kalau pendapatan tidak mengalami perubahan
maka kenaikan harga menyebabkan pendaptan riil menjadi semakin sedikit. Dengan
perkataan lain, kemampuan pendapatan yang diterima untuk membeli barang-barang
menjadi bertambah kecil dari sebelumnya. Maka kenaikan harga menyebabkan
konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang dibelinya, termasuk barang yang
mengalami kenaikan harga. Penurunan harga suatu barang menyebabkan pendapatan
riil bertambah, dan ini akan mendorong konsumen menambah jumlah barang yang
dibelinya. Akibat perubahan harga terhadap pendapatan ini, yang disebut efek
pendapatan, lebih memperkuat lagi efek penggantian di dalam mewujudkan kurva
permintaan yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah.
Ketika menjelaskan
perkaitan antara teori nilai guna dan teori permintaan telah diuraikan bahwa
hukum permintaan yang menyatakan bahwa ceteris paribus kalau harga naik
permintaan berkurang atau sebaliknya kalau harga turun permintaan bertambah,
dapat diterangkan dengan menganilisis dua faktor: faktor efek penggantian dan
efek pendapatan. Dalam uraian itu pada hakikatnya bahwa penurunan harga akan
menambah permintaan karena: (Sadono Sukirno, 2005:130)
-
Konsumen lebih banyak mengkonsumsi barang itu dan
mengurangi konsumsi barang lain.
-
Penurunan harga menambah p-endapatan riil konsumen dan
kenaikan pendapatan riil ini akan menambah konsumsi
berbagai barang (efek pendapatan).
Survei membuktikan arti penting pendapatan setelah
pajak sebagai penentu pengeluaran konsumsi. Konsumsi pada makanan mengalami
penurunan sebagai presentase pendapatan saat pendapatan meningkat. Baik
observasi maupun kajian statistik menunjukkan bahwa tingkat pendapatan setelah
pajak saat ini merupakan faktor sentral yang menentukan konsumsi suatu negara.
Keluaraga-keluarga makin
harus membelanjakan pendapatan mereka terutama pada kebutuhan hidup: makanan
dan perumahan. Karena pendapatan meningkat, pengeluaran atas banyak barang
makanan naik. Orang makan lebih banyak dan lebih baik. Akan tetapi, ada batasan
terhadap uang ekstra yang akan dibelanjakan orang pada makanan ketika
pendapatan mereka naik. Akibatnya,
proposi total pengeluaran yang diberikan untuk makanan menurun saat pendapatan
meningkat.
Pengeluaran untuk pakaian,
rekreasi, dan kendaraan meningkat lebih banyak dari yang sebanding untuk
pendapatan stelah pajak, sampai pendapatan yang tinggi dicapai. Pengeluaran
untuk barang-barang mewah meningkat dalam proporsi yang lebih besar daripada
pendapatan.
Grafik Efek Perubahan Pendapatan Terhadap Perilaku
Konsumsi
Penelitian yang seksama
menunjukkan bahwa para konsumen biasanya memilih tingkat konsumsi mereka dengan
teliti baik untuk pendapatan saat ini maupun prospek pendapatan jangka-panjang.
Agar dapat memahami bagaiman konsumsi bergantung pada kecenderungan pendapatan
jangka-panjang. Para ekonom telah mengembangkan teori pendapatan-permanen dan
hipotesis siklus-hidup.
Pendapatan permanen
merupakan tingkat kecenderungan pendapatan; yakni, pendaptan setelah
menghilangkan pengaruh-pengaruh temporer atau sementara. Teori
pendapatan-permanen mengimplikasikan bahwa para konsumen tidak merespon secara
sama kepada semua kejutan pendapatan. Jika perubahan dalan pendapatan nampaknya
permanen, orang mungkin mengkonsumsi bagian yang besar dari peningkatan dalam
pendapatan. Di sisi lain jika perubahan pendapatan jelas bersifat sementara
maka suatu bagian yang signifikan dari pendapatan tambahan mungkin ditabung.
Hipotesis
siklus-kehidupan berasumsi bahwa orang menabung pada dasarnya untuk memuluskan
atau melancarkan kegiatan konsumsi mereka selam hidup. Satu tujuan pentingnya
adalah untuk mendapat pendapatan masa pensiun yang mencukupi. Satu implikasi
dari hipotesis siklus-kehidupan adalah bahwa suatu program seperti jaminan
sosial yang memberikan tambahan pendapatan yang dermawan untuk masa pensiun
akan mengurangi tabungan dari para pekerja setengah baya karena mereka tidak
lagi perlu menabung sebanyak untuk masa pensiun.
Ribuan investigasi anggaran dari pola
pengeluaran rumah tangga menunjukkan kesamaan yang luar biasa pada pola
perilaku yang umum dan kualitatif.
· Efek Pengganti (Substitusi)
Dalam
penurunan harga suau barang akan menyebabkan permintaan pada barang tersebut
semakin bertambah banyak. Penurunan harga barang tersebut mewujudkan nilai guna marginal per rupiah
yang lebih tinggi daripada nilai guna marginal marginal per rupiah dari
barang-barang lainya yang tidak berubah harganya. Maka, karena membeli barang
tersebut akan memaksimumkan nilai guna, permintaan pada barang tersebut menjadi
bertambah banyak apabila haragnya bertambah rendah. Dengan kata lain bahwa efek
penggantian akan menyebabkan konsumsi barang yang telah menjadi lebih murah dan
mengurangi konsumsi barang lain.
C.
PENUTUP
1. Kegiatan
Perkuliahan
a. Kegiatan Dosen
1) Dengan metode ceramah bervariasi
menjelaskan topic 6.
2) Mengarahkan presentase dan diskusi.
3) Member dan
menagih penugasan individu untuk tugas.
b.Kegiatan Mahasiswa
1) Memperhatikan dan mengkaji penjelasan materi
topic 6.
2) Melaksanakan diskusi dan presentase
3) Menyelesaikan dan menyerahkan tugas
kelompok dan individu 1.
2. Evaluasi
a. Jenis Evaluasi:
Pre test dan post test, serta partisipasi
kegiatan pembelajaran.
b.Alat Evaluasi:
Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi
pokok bahasan 6
c.Materi Evaluasi:
1) Menjelaskan Pengertian Perilaku Konsumen.
2) Menguraikan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Konsumen.
3) Menjelaskan Pendekatan Teori Tingkah Laku
Konsumen.
4) Menjelaskan Efek-Efek Perubahan Harga,
Pendapatan, dan Substitusi Terhadap Perilaku Konsumen
BAB VII
FUNGSI PRODUKSI
A.
PENDAHULUAN
Secara umum
materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman
kepada mahasiswa tentang fungsi produksi pada ekonomi manajerial, sehingga
setelah mempelajari materi dalam bab VII
ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami fungsi produksi pada
ekonomi manajerial.
Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:
1) Menjelaskan Konsep dan Kurva Fungsi
Produksi
2) Menjelaskan Fungsi Produksi Dengan Satu Input Variabel
3) Menjelaskan Penggunaan Input Variabel Secara Optimum
4) Menjelaskan Fungsi Produksi Dengan Dua Input Variabel
5) Menjelaskan
Fungsi Produksi Dengan Satu Faktor Produksi Variabel
6) Menjelaskan
Fungsi Produksi Dengan Dua Faktor Produksi Variabel
B.
PENYAJIAN MATERI
1.
Konsep dan Kurva Fungsi Produksi
Menurut Ferguson
and Gould. (1976), fungsi produksi dapat didefinisikan sebagai berikut:
Fungsi produksi adalah sebuah jadwal (atau tabel, atau persamaan
matematika) yang menunjukkan jumlah total suatu output yang diproduksi dari
beberapa input, yang dihasilkan dari teknologi yang ada.
Fungsi produksi adalah suatu hubungan matematis yang menggambarkan
suatu cara, dengan jumlah dari hasil produksi tertentu berdasarkan jumlah input
tertntu yang digunakan. Suatu fungsi produksi memberikan keterangan mengenai
hasil yang diharapkan apabila faktor – faktor produksi dikombinasikan.
Secara matematis fungsi produksi menggambarkan, Hubungan antara
faktor produksi dengan hasil produksinya dapat diberi ciri khusus berupa suatu
fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu hubungan matematis yang
menggambarkan jumlah hasil produksi tertentu ditentukan oleh jumlah faktor
produksi yang digunakan. Jumlah hasil produksi merupakan “dependent variabel”
dan jumlah faktor produksinya sebagai “independent variabel”. Secara matematis
fungsi produksinya ditulis sebagai berikut :
Y = f (X1, X2, X3, ...........Xn)
Dimana :
Y : hasil produksi fisik (matrik)
X1.......Xn : faktor-faktor produksi
Bentuk hubungan
antara faktor produksi dengan hasil produksinya yang sering digunakan adalah
sebagai berikut :
o
Yt = a + bXt + Et (Fungsi linier sederhana)
o
Yt = a + b1X1t + b2X2t +...... bnXnt + Et (Fungsi
linier berganda).
o
Yt = a + b1X1t + b2X1t2 + Et (Fungsi kuadratik).
o Yt = a X1tbi
10Et (Fungsi Cobb-Douglas
sederhana).
o Yt = a X1tb1 X2tb2
..... Xntbn 10Et (Fungsi Cobb-Douglas
berganda)
Suatu hal yang
harus diperhatikan adalah ada banyak sekali bentuk persamaan aljabar yang dapat
digunakan untuk menyatakan suatu fungsi produksi. Tidak ada suatu bentuk yang
dapat dipakai untuk menggambarkan produksi di setiap daerah dan pada suatu
keadaan. Tetapi jika bentuk fungsi produksi telah ditemukan, maka keterangan
itu sangat berguna bagi produsen untuk mengambil keputusan optimasi. Oleh
karena itu, penelitilah yang mempunyai tugas untuk menemukan fungsi produksi di
setiap keadaan usaha.
Bentuk persamaan
aljabar yang menyatakan fungsi produksi seperti diatas perlu disempurnakan
dengan menentukan konstanta dari a dan b secara statistik dihitung dengan metode
“Least Sguare” dari sekumpulan data produk dan faktor produksinya. Prinsip
“Least Sguare” adalah membuat suatu garis dari sekumpulan titik dalam suatu ruang
dimana letak garis tersebut mempunyai simpangan yang paling kecil dari letak titik-titik
yang ada. Cara yang lebih rinci dapat dipelajari dalam statistika.
Pada bentuk
persamaan yang melibatkan lebih dari dua variabel (satu variabel Y dan lebih
dari satu variabel X), maka hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksinya
tidak perlu digambar karena disamping sukar juga menyulitkan tafsirannya.
Tetapi jika hanya
melibatkan dua variabel saja, maka sebaliknya hubungan antara factor produksi
dengan hasil produksinya digambarkan untuk menjadikan jelas dalam tafsiran maknanya.
Dicontohkan dalam
soal pada Gambar fungsi linier Ŷ = 25 + 0,5X adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Fungsi linier itu menyatkan
bahwa setiap tambahan satu unit X (=25) akan mengakibatkan tambhan setengan
unit Y (=12,5). Gambar ini memperlihatkan gerak yang menaik lurus. Jika persamaan
fungsi produksi menjadi sebaliknya yaitu : Y = 100 –0,5X, maka gerak garis
menjadi menurun lurus dari titik awal 100 dan memperlihatkan berlakunya hukum
“Decreasing return”.
Gambar fungsi
produksi yang memperlihatkan berlakunya hukum “Diminishing Return” seperti yang
terlihat pada gambar yang ada. Gambar diatas
dibuat berdasarkan persamaan fungsi Cobb-Douglas sederhana Ŷ = 5X0,50. Pada gambar 3 terlihat
gerak garis lengkung (cembung dari sumbu datarnya) yang naik dengan tambahan
yang semakin berkurang.
Gambar ini memperlihatkan
fenomena (gejala) yang terdapat di alam yang dicoba diungkapkan melalui model
matematika dan statistika. Tentu saja satu model pendekatan tersebut belum
cukup mengungkap kejadian yang bersifat menyeluruh dari perilaku produksi juka
input di tambah terus menerus. Jadi, satu model fungsi produksi hanya berlaku
untuk menggambarkan satu tahapan proses produksi.
Gambar : Perilaku
Produksi dengan satu variabel input.
Gambar tersebut
merupakan “Kurva Produksi” yang berlaku umum dan banyak ditulis dalam buku-buku
teori ekonomi yang membahas perilaku produksi. Kurva produksi itu
memperlihatkan bahwa ada tiga proses perilaku dalam produksi jika input X2
ditambahkan secara terus menerus (kontinue) pada suatu input yang tetap
(misalnya X1). Pada proses pertama, setiap tambahan input akan
memberikan tambahan produk Ŷ = 5X0,5, yang semakin bertambah atau “Increasing
Return”. Proses ke dua ditandai dengan tambahan produk yang semakin berkurang
pada setiap tambahan input atau “Diminishing Return”. Pada proses ke tiga,
setiap tambahan input justru akan menurunkan hasil produksi atau “Decreasing
Return”.
Suatu contoh
perilaku produksi tersebut adalah pemberian obat-obatan dalam pakan ayam untuk
menaikkan produksi bobot telurnya. Pemberian dosis tahap pertama yang relatif
dari dosis nol sampai dosis agak tinggi menyebabkan adanya tambahan bobot telur
yang semakin bertambah. Jika dosis ditingkatkan lagi maka sifat obat akan menjadi
racun mulai tampak dengan ditandai tambahan bobot telur menjadi semakin
berkurang. Pada proses akhir,
jika dosis obat menjadi sangat berlebihan maka sifat racun obat berpengaruh
kuat dan menyebabkan tidak ada tambahan bobot telur tetapi justru ada penurunan
bobot telur tersebut.
Kurva produksi
total seperti gambar 4 tersebut perlu dilengkapi kurva produksi per satuan/unit
untuk keperluan analisis optimasi. Kurva produksi persatuan meliputi kurva
“Produk Rata-rata” (PR) atau Average Product (AP) dan “Produk Marginal” (PM) atau
Marginal Product (MP). Produk Rata-rata adalah hasil bagi antara Produk Total dengan
input total dalam satuan fisik. Produk Marginal adalah hasil bagi antara tambahan
produk total dengan tambahan input dalam sutuan fisik. Sifat-sifat gerak dari PR
dan PM mempunyai hubungan dengan gerak dari kurva produksinya, seperti yang
diperlihatkan dalam gambar di atas.
Fungsi produksi
dapat dipakai untuk studi market economy, seperti di China yang
sekarang menerapkan sistem tersebut. Beberapa contoh fungsi produksi adalah
fungsi produksi Cobb Douglass. Fungsi produksi dalam jangka panjang
akan mereduksi pada fungsi produksi Cobb
Douglass. (Jones, 2005) Bentuk fungsional Cobb- Douglass dari
fungsi produksi secara umum digunakan untuk mempresentasikan hubungan
dari input ke output. Hal tersebut dikemukakan oleh Wicjsell (1851 – 1926) dan dikaji ulang
secara statistik oleh Charles Cobb dan Paul Douglas pada tahun 1928. Fungsi
produksi Lucas merupakan pengembangan dari fungsi Cobb Douglas yang
menitikberatkan human capital dan kapital sebagai penentu pertumbuhan.
Produksi (production) merujuk pada perubahan bentuk berbagai input atau
sumber-sumber daya menjadi output berupa barang dan jasa.
Seperti halnya teori permintaan yang
berfokus pada konsep fungsi permintaan, teori produksi juga bergerak pada
sekitar konsep fungsi produksi. suatu fungsi produksi (productios function) ada
persamaan, tabel, atau grafik yang menunjukkan output komoditas maksimum
perusahaan yang bisa diproduksi pada setiap periode waktu dengan kombinasi
input.
Periode waktu dimana paling tidak ada satu
input yang tetap disebut : periode jangka pendek (short run), sedangkan apabila
periode waktu dimana seluruh input adalah variabel disebut jangka panjang (long
run)
Dalam Industri Modern aktivitas produksi
bukan sekedar transformasi Input ® Ouput, tetapi dipandang sebagai penciptaan nilai
tambah. Proses transformasi nilai tambah dari input menjadi output
melibatkan komponen struktural dan fungsional.
· Komponen Struktural : bahan (material),
mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi, tanah, dll.
· Komponen Fungsional : supervisi,
perencanaan, pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan yang berkaitan dengan
manajemen dan organisasi.
Sistem
produksi selalu berada dalam lingkungan, sehingga aspek-aspek lingkungan
seperti : perkembangan teknologi, sosial dan ekonomi, serta kebijakan
pemerintah akan mempengaruhi keberadaan sistem produksi.
Secara
sistematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut :
Q = f (K, L, R, T)
Dimana :
Q = Output
K = Kapital/modal
L = Labour/tenaga kerja
R = Resources/sumber daya
T = Teknologi
Dalam suatu
perekonoian, terdapat fungsi-fungsi produksi yang berbeda-beda, minimal satu
macam fungsi untuk satu perusahaan atau jenis barang. Kita dapat melihat bahwa
fungsi produksi suatu perusahaan amerupakan dasar kurva biaya perushaan
tersebut. Selanjutnya kita dapat melihat bagaimana fungsi produksi mendasari
permintaan perusahaan akan tanah, tenaga kerja, modal dan input produksi lain
yang dibutuhkannya.
2.
Fungsi
Produksi Dengan Satu Input Variabel
Teori produksi sederhana yang menggambarkan tentang
hubungan antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang
digunakan untuk menghasilkan tingkat produksi barang. (Faktor produksi lain :
tetap).
Hukum Hasil Lebih yang Semakin Berkurang (The Law of
Diminshing Return) menyatakan bahwa:
Apabila
faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus
ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak
pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi
tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif dan ini
menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya mencapai
tingkat yang maksimum kemudian menurun.
· Produk Total, Rata-rata, dan Marginal
Dengan menjaga kuantitas salah satu input konstan dan
mengubah kuantitas input lain yang digunakan, kita akan dapat menurunkan produk
total (total product) dan input variabel.
· Produksi
Marginal
Tambahan produksi yang diakibatkan
oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan.
MP : produksi
marginal
DTP : pertambahan produksi total
DL :
pertambahan tenaga kerja
· Produksi
Rata-rata
Produksi yang secara rata-rata
dihasilkan oleh setiap pekerja.
AP : produksi rata-rata
TP : produksi total
L : tenaga
kerja
3.
Penggunaan
Input Variabel Secara Optimum
Berapa
banyak tenaga kerja (input variabel dalam diskusi terdahulu) yang harus
digunakan oleh perusahaan untuk mendapatkan laba atau keuntungan maksimum?
Jawabannya adalah bahwa perusahaan harus mempekerjakan tambahan satu unit
tenaga kerja sepanjang tambahan penerimaan yang dihasilkan dari penjualan
output yang diproduksi melebihi tambahan biaya karena mempekenjakan tenaga
kerja tersebut .
Syarat :
Perusahaan menambah satu unit tenaga kerja
apabila tambahan penerimaan yang dihasilkan dari penjualan output diproduksi
melebihi tambahan biaya karena mempekerjakan tambahan kerja tersebut
Produk
penerimaan marjinal
(marginal revenue product) adalah Tambahan penerimaan yang dihasilkan oleh
penggunaan tambahan unit tenaga kerja
Biaya marjinal sumberdaya (marginal
resources cost/MRCL) adalah Tambahan biaya karena menambah unit tenaga kerja
MRPL
> MRCL sampai MRPL = MRCL
4.
Fungsi
Produksi Dengan Dua Input Variabel
Fungsi ini
bisa ditunjukkan secara grafis dengan isokuan, untuk mengembangkan kondisi yang
efisien bagi kombinasi input dalam produksi.
ü Kurva
Produksi Sama (Isokuan) :
Kombinasi dari dua input (mis, L dan K) berproduksi pada tingkat output
tertentu.
ü Wilayah ekonomis produksi
Perusahaan
tidak akan beroperasi pada kemiringan isokuan yang positip, karena pada tingkat
output yang sama perusahaan dapat
berproduksi dengan menggunakan modal dan tenaga kerja yang lebih
sedikit. Bagian
isokuan dengan kemiringan negatip mencerminkan wilayah ekonomis yang
relevan dari produksi = tahapan II (MPL dan MPK
positip tetapi menurun).
Isokuan
memiliki kemiringan negatif dalam daerah yang secara ekonomis relevan. jika
perusahaan ingin mengurangi kuantitas modal, perusahaan harus meningkatkan
kuantitas tenaga kerja untuk tetap berada pada isokuan yang sama.
Nilai
absolut dari kemiringan isokuan :
Gabungan
Tenaga Kerja dan Modal. Untuk menghasilkan 1000 unit produksi
Kurva Produksi Total,
Produksi Marginal Dan Produksi Rata-Rata
·
Tahap
I :
Menunjukkan tenaga kerja yang masih
sedikit, apabila ditambah akan meningkatkan total produksi, produksi rata-rata
dan produksi marginal.
·
Tahap
II :
Produksi total terus meningkat sampai
produksi optimum sedang produksi rata-rata menurun dan produksi marginal
menurun sampai titik nol.
·
Tahap
III :
Penambahan tenaga kerja menurunkan total
produksi, dan produksi rata-rata, sedangkan produksi marginal negatif.
Garis Biaya Sama (Isocost) yaitu: garis yang menggambarkan gabungan
faktor produksi yang dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah biaya
tertentu. Sarana visual untuk mencari metode produksi yang biasanya termurah
adalah dengan menggambarkan garis biaya sama (izocost).
Setiap
titik pada garis biaya tertentu menggambarkan total biaya yang sama. Garis ini
berbentuk lurus karena sifat konstan harga-harga faktor produksi dan semuanya memiliki kemiringan yang
negatif, setara dengan rasio harga tenaga kerja terhadap harga faktor produksi.
5.
Fungsi Produksi Dengan Satu Faktor Produksi Variabel
Fungsi produksi
dengan satu faktor produksi adalah hubungan antara tingkat produksi dengan satu
macam faktor produksi yang digunakan , sedangkan faktor-faktor produksi yang
lain dianggap penggunaannya tetap pada tingkat tertentu (ceteris paribus).
Secara matematis
fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan :
Y = f (X1/ X2, X3,
….., Xn)
Fungsi ini dibaca :
produk Y adalah fungsi dari faktor produksi X1, jika faktor-faktor produksi X2,
X3, ……, Xn ditetapkan penggunaannya pada suatu tingkat tertentu. Jadi,
satusatunya faktor produksi yang dapat diubah jumlah penggunaannya adalah
faktor produksi X1.
Di dalam
mempelajari fungsi produksi terdapat tiga ukuran penting yang perlu diperhatikan,
yaitu (1) Produk Total (PT), (2) Produk Rata-Rata (PR), dan (3) Produk Marjinal
(PM). Produk Total adalah tingkat produksi total ( = Y , dalam fungsi produksi diatas).
Produk Rata-Rata adalah hasil rata-rata per unit input variabel ( = Y/X).
Produk Marjinal adalah tambahan output yang dihasilkan dari tambahan satu unit
input variabel (ðY/ðX atau DY /DX). Untuk menganalisis fungsi produksi tersebut
perlu dipahami kurve-kurve yang berkaitan dengan ketiga ukuran di atas, yaitu:
1)
Kurve Produk Total (KPT) atau Total Physical
Product Curve (TPP) yaitu kurve yang menunjukkan tingkat produksi total
(=Y) pada berbagai tingkat penggunaan
input variabel.
2)
Kurve Produk Rata-Rata (KPR) atau Average Physical
Product Curve (APP), yaitu kurve yang menunjukkan hasil rata-rata per unit
input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut.
3)
Kurve Produk Marginal (KPM) atau Marginal Physical
Product Curve (MPP), yaitu kurve yang menunjukkan tambahan output (Y) yang
disebabkan oleh penggunaan tambahan satu unit input variabel.
Ø Efisiensi dan
Produksi Optimum
Konsep efisiensi dapat
dipandang dari dua aspek, yaitu dari aspek teknis dan dari aspek ekonomis.
Konsep efisiensi dari aspek teknis dinamakan konsep efisiensi teknis.
Efisiensi teknis maksimum
dicapai pada saat dicapai produk rata-rata maksimum. Tingkat pemakaian faktor
produksi yang menghasilkan produk rata-rata maksimum, secara teknis dipandang
sebagai tingkat produksi optimum. Untuk menentukan tingkat efisiensi dan produksi
optimum secara teknis ini cukup dengan diketahuinya fungsi produksi.
Konsep efisiensi dari aspek
ekonomis dinamakan konsep efisiensi ekonomis atau efisiensi harga. Dalam teori
ekonomi produksi, pada umumnya menggunakan konsep ini.
Dipandang dari konsep
efisiensi ekonomis, pemakaian faktor produksi dikatakan efisien apabila ia
dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Untuk menentukan tingkat produksi optimum
menurut konsep efisiensi ekonomis, tidak cukup hanya dengan mengetahui fungsi produksi.
Ada syarat lagi yang harus diketahui, yaitu rasio harga harga input-output.
Secara matematis, syarat
tersebut adalah sebagai berikut. Keuntungan (p) dapat ditulis : p = PY.Y - Px.X,
di mana Y = jumlah produk; PY = harga produk; X = faktor produksi; Px = harga
factor produksi. Agar supaya p mencapai maksimum maka turunan pertama fungsi
tersebut harus sama dengan nol atau dapat ditulis sebagai berikut:
Atau;
Atau;
NPM adalah nilai produk
marginal. Ingat, dY/dX = produk marginal.
Jadi jelaslah bahwa untuk
menentukan tingkat produksi optimum menurut konsep efisiensi ekonomis
diperlukan dua syarat , yaitu:
(1) Syarat keharusan (necessary
condition) : hubungan teknis antara
produk dan factor produksi atau fungsi produksi;
(2) Syarat kecukupan (
sufficiency condition) : nilai produk marginal dari faktor produksi yang
dipakai harus sama dengan harga satuan faktor produksi itu.
Berikut ini diberikan contoh menentukan tingkat produksi optimum.
Misalnya, diketahui fungsi produksi seperti yang tertera pada tabel diatas.
Harga satuan faktor produksi (Px) adalah Rp. 2000,- dan harga satuan produk
(PY) adalah Rp. 100,-.
Pertanyaan :
1)
Berapa satuankah faktor produksi yang harus digunakan
agar dicapai keuntungan maksimum?
2)
Berapa produksi optimumnya?
3)
Berapa tingkat keuntungan maksimumnya?
Jawaban:
1)
NPM yang terdekat dengan Px adalah Rp. 2.200,-, yaitu
Rp.100,- x 22 (PM). Nilai ini diperoleh dari pemakaian faktor produksi antara 6
dan 7. Jadi, pemakaian faktor produksi yang memberikan keuntungan maksimum
adalah antara 6 dan 7. Jika faktor produksi tidak dapat dipecah-pecah maka
penggunaan faktor produksi dapat ditetapkan 7 satuan.
2)
Berdasarkan jawaban no. 1) diatas, produksi optimumnya adalah antara 210 dan 232 atau 232
jika digunakan faktor produksi 7 satuan.
3)
Keuntungan maksimumnya : ( Rp.100) (232) – (Rp.2000,-)
(7) = Rp.9.200,-.
Selain melalui
pendekatan tabel seperti di atas, untuk menentukan tingkat produksi optimum
dapat pula melalui pendekatan grafis sebagai berikut. Dari tabel diatas dapat diperoleh tabel dibawah ini sebagai dasar
menentukan tingkat produksi optimal secara grafis.
Tabel keuntungan
Dari tabel diatas
dapat diketahui bahwa keuntungan paling besar adalah Rp. 6.200,-, dengan total
output 232, pada penggunaan input 7 satuan. Secara grafis perhitungan tersebut dapat
digambarkan seperti pada gambar dibawh ini. Kurve TVP ( Total Value Product)
menunjukkan hubungan antara input X dan TR ( Total Revenue). Kurve TFC (Total
Factor Cost) atau TIC (Total Input Cost) menunjukkan hubungan antara input X
dengan TC ( Total Cost).
Keuntungan maksimum
dicapai jika jarak vertikal antara TVP dan TFC adalah terbesar. Posisi ini
ditemukan pada tingkat penggunaan input di mana garis singgung dari TVP sejajar
dengan TFC. Pada Gambar terlihat bahwa keuntungan maksimum diperoleh pada penggunaan
input 7 satuan.
Apabila kita
mempunyai fungsi yang kontinyu, kita dapat menentukan keuntungan maksimum
secara matematis. Misalnya kita mempunyai fungsi produksi sebagai berikut:
Y = 400 X1/2
Jika harga satu
satuan faktor produksi X atau PX adalah Rp. 2000,- dan harga satu satuan produk
Y atau PY adalah Rp. 100,-, tentukan pada penggunaan X berapa akan dicapai keuntungan
maksimum? Soal ini dapat dipecahkan sebagai berikut. Untuk mencapai keuntungan
maksimum atau tingkat produksi optimum, nilai produk marjinal harus sama dengan
harga satuan faktor produksi.
PY
NPM = PY ----- = PX ;
PX
(100) (200 X-1/2) = 2000
20000
-------- = 2000 ; 2000 X1/2 = 20000; X1/2 = 20 ;
X1/2
X = 400
Jadi, untuk
memperoleh keuntungan maksimum maka pengusaha harus menggunakan 400 satuan
faktor produksi.
6.
Fungsi Produksi Dengan Dua Faktor Produksi Variabel
Dalam analisis ini
dimisalkan hanya ada dua faktor produksi yang dapat diubah-ubah penggunaannya
di dalam proses produksi. Dimisalkan pula bahwa kedua faktor produksi tersebut
dapat saling menggantikan. Misalnya, faktor produksi X1 dapat menggantikan factor
produksi X2,
demikian pula sebaliknya X2 dapat menggantikan X1.
Masalah yang
dihadapi produsen atau pengusaha dalam kasus ini adalah kombinasi mana dari
penggunaan dua faktor produksi itu yang memerlukan biaya tertendah untuk menghasilkan
suatu jumlah produk tertentu ( least cost combination).
Untuk menjawab
masalah tersebut perlu pemahaman beberapa konsep;
(1)
isoquant atau isoproduct atau kurve produksi
sama;
(2)
daya substitusi marginal atau marginal rate of
technical substitution (MRTS); dan
(3)
isocost atau price line atau garis harga.
Ø
Isoquant/Isoproduct/Kurve Produk sama
Isoquant adalah kurve yang
menunjukkan berbagai kemungkinan kombinasi dua input variabel untuk
menghasilkan tingkat output tertentu.
Contoh : Dalam tabel berikut
disajikan contoh kemungkinan kombinasi penggunaan input X1 dan X2 untuk menghasilkan
100 unit output (Y) dan 150 unit output (Y).
Tabel Kemungkinan
kombinasi X1 dan X2 untuk menghasilkan 100 unit output dan 150 unit output.
Dari tabel di atas
dapat digambarkan dua isoquant untuk dua output, yaitu untuk 100 unit dan 150
unit . Isoquant mempunyai sifat-sifat yang serupa dengan Indifference Curves.
Cembung kearah origin, menurun dari kiri atas ke kanan bawah, kurve yang
terletak lebih kanan atas menunjukkan tingkat output yang lebih tinggi.
C.
PENUTUP
1. Kegiatan
Perkuliahan
a.Kegiatan Dosen
1) Dengan metode ceramah bervariasi
menjelaskan topic 7.
2) Mengarahkan presentase dan diskusi.
3) Member dan
menagih penugasan individu untuk tugas.
b.Kegiatan Mahasiswa
1) Memperhatikan dan mengkaji penjelasan
materi topic 7.
2) Melaksanakan diskusi dan presentase
3) Menyelesaikan dan menyerahkan tugas
kelompok dan individu .
2. Evaluasi
a.Jenis Evaluasi:
Pre test dan post test, serta partisipasi
kegiatan pembelajaran.
b.Alat Evaluasi:
Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi
pokok bahasan 6
c.Materi Evaluasi:
1) Jelaskan Konsep dan Kurva Fungsi Produksi
2) Jelaskan Fungsi Produksi Dengan Satu Input Variabel
3) Jelaskan Penggunaan Input Variabel Secara Optimum
4) Jelaskan Fungsi Produksi Dengan Dua Input Variabel
5)
Jelaskan Fungsi
Produksi Dengan Satu Faktor Produksi Variabel
6) Menjelaskan
Fungsi Produksi Dengan Dua Faktor Produksi Variabel
BAB VIII
TEORI BIAYA
A.
PENDAHULUAN
Secara umum
materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman
kepada mahasiswa tentang teori-toeri biaya pada ekonomi manajerial, sehingga
setelah mempelajari materi dalam bab
VIII ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami teori-toeri biaya
pada ekonomi manajerial.
Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:
1) Menjelaskan konsep biaya-biaya.
2) Menjelaskan fungsi biaya jangka pendek.
3) Menjelaskan fungsi biaya jangka panjang.
4) Menjelaskan kurva pembelajaran
5) Menjelaskan manajemen logistic atau
penawaran berantai
6) Menjelaskan pola perilaku dan fungsi biaya.
B.
PENYAJIAN MATERI
1.
Konsep Biaya
Teori Biaya
memegang peranan penting dalam analisa prilaku konsumen, karena prinsip biaya
yang seminimum mungkin untuk mencapai hasil yang maksimal.
o Biaya Rata-rata,
Biaya Marjinal dan Biaya Total Rata-rata
Fungsi biaya rata-rata atau
unit-1 kadang-kadang lebih berguna dari fungsi biaya total dalam pengambilan
keputusan suatu usaha di sektor pertanian. Fungsi biaya rata-rata dapat
diperoleh dengan membagi fungsi biaya total yang relevan dengan output. Biaya
marjinal adalah perubahan biaya total yang berkaitan dengan perubahan output
(output). Fungsi biaya marjinal berpotongan dengan fungsi biaya total rata-rata
dan fungsi biaya variabel rata-rata di titik minimum ke dua fungsi tersebut.
o Fungsi biaya rata-rata
jangka panjang akan:
1. Menurun, apabila
skala pengembalian dalam produksi adalah meningkat,
2. Konstan, apabila
skala pengembalian dalam produksi adalah konstan, dan Meningkat, apabila skala
pengembalian dalam produksi adalah menurun.
3. Fungsi biaya rata-rata
jangka panjang adalah merupakan kurva amplop dari sejumlah kurva biaya
rata-rata jangka pendek.
Pada tingkat output
yang hasilnya di spesifikasi tingkat keuntungan ekonomi diperoleh dengan
membagi keuntungan ditambah biaya tetap total dengan kontribusi keuntungan.
Analisis titik impas adalah spesial pada kasus analisis keuntungan di mana
keuntungan diharuskan sama dengan nol. Suatu usaha dapat dikatakan tinggi
tingkat pengungkitannya apabila biaya tetap adalah relatif lebih besar (tinggi)
dari pada biaya variabel.
Pada umumnya,
penggunaan analisis pengungkitan operasi menyatakan secara tidak langsung
tingginya tingkat risiko keuntungan sepanjang waktu. Dalam arti kata,
peningkatan nilai pengungkitan operasi menyatakan lebih bervariasinya keuntungan
sepanjang waktu, oleh karena itu tinggi tingkat risikonya.
Pengungkitan
operasi dapat diukur dengan elastisitas keuntungan, yang didefinisikan sebagai
persentase perubahan keuntungan yang berkaitan dengan satu persen perubahan
output.
Secara matematis elastisitas
keuntungan dapat diformulasikan menjadi:
·
Biaya Total (TC)
Keseluruhan jumlah biaya
produksi yang dikeluarkan dinamakan biaya total. Biaya produksi total atau
biaya total (total costs) didapatkan darai menjumlahkan biaya tetap total
(TFC “Total Fixed Cost”) dan biaya berubah total (TVC “Total Variable Cost)
TC = FC + VC
·
Biaya Tetap Total (TFC)
Keseluruhan biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh factor produksi yang tidak dapat dubah jumlahnya
dinamakan biaya tetap total, contoh : membeli mesin, mendirikan pabrik.
·
Biaya Berubah Total (TVC)
Keseluruhan biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh factor produksi yang dapat diubah jumlahnya
dinamakan biaya berubah total.
·
Biaya Tetap Rata-Rata (AFC)
Didapatkan dari biaya tetap total (TFC) untuk memproduksi barang dalam
jumlah tertentu dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh
adalah biaya tetap rata-rata.
AFC = TFC / Q
·
Biaya Berubah Rata-Rata (AVC)
Biaya berubah total (TVC)
untuk memproduksi sejumlah barang (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut,
nilai yang diperoleh adalah biaya berubah rata-rata.
AVC = TVC / Q
·
Biaya Total Rata-Rata (AC)
Apabila biaya total (TC) untuk
memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi
tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya total rata-rata.
AC = TC / Q atau AC =
AFC + AVC
·
Biaya Marginal (MC)
Biaya marginal ada karena
adanya kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah produksi
sebanyak satu unit.
MC n = TC n – TC
n1 atau MC n = ∆ TC / ∆ Q
Ada tiga
konsep tentang ongkos, yaitu :
1. Ongkos
Alternatif (Opportunity cost); biasa disebut juga dengan “ongkos sosial”
Ongkos ini relatif paling penting bagi para
ekonom, karena timbulnya ongkos ini berkaitan dengan adanya kelangkaan dan
keterbatasan sumber daya. Misalnya, bila produsen memutuskan untuk membuat yang
telah ditentukan maka inputnya sebetulnya bisa untuk barang lainnya, sehingga
ada yang dikorbankan.
2. Ongkos
Akuntansi (Account Cost)
Ongkos-ongkos yang besar dikeluarkan oleh
produsen untuk sebuah produksi. Misalnya, ongkos depresiasi, ongkos historis, dan
lain sebagainya.
3. Ongkos
Ekonomi (Economic Cost).
Ongkos yang menunjukkan berapa biaya yang
harus dikeluarkan agar sumber daya dapat digunakan pada suatu proses produksi.
a.
Biaya Eksplisit (explicit
cost) dan Biaya Implisit (implicit
cost)
Dalam Analisis Biaya harus dibedakan antara
biaya eksplisit dengan biaya implisit. Biaya Eksplisit (explicit
cost) yaitu pengeluaran aktual perusahaan untuk memperkerjakan tenaga
kerja, menyewa atau membeli input yang dibutuhkan dalam produksi., sebagai
contohnya : upah tenaga kerja, harga sewa modal, perlengkapan, gedung, dan
harga pembelian bahan mentah serta barang setengah jadi. Biaya Implisit (implicit cost) yaitu nilai input yang
dimiliki dan digunakan oleh perusahaan dalam aktivitas produksinya sendiri.
Dalam ilmu ekonomi masih ada konsep biaya seperti : biaya alternatif atau oportunitas (alternative or opportunity cost) ; biaya
ekonomis (economic cost) ; biaya
akuntansi (accounting cost); biaya relevan (relevant cost); biaya tambahan (incremental cost) dan biaya terbenam (sunk cost).
Salah satu hal penting dalam analisis biaya
adalah perbedaan antara biaya eksplisit dan implisit.
-
Biaya
eksplisit (explicit cost) berarti pengeluaran aktual perusahaan untuk
mempekerjakan tenaga kerja, menyewa atau membeli input yang dibutuhkan dalam
produksi.
-
Biaya
implisit (implicit cost) berarti nilai input yang dimiliki dan digunakan oleh
perusahaan dalarn aktivitas produksinya sendiri
b.
Perbedaan Ongkos Jangka Pendek Dengan
Jangka Panjang
Dalam suatu proses produksi kita dapat
mengenali, adanya ongkos jangka pendek. Dimana dalam suatu proses produksi ada
input variabel dan input tetap yang tidak bisa secara cepat keseluuruhannya;
dan cenderung berubah bila ada perubahan produksi. Sedangkan jangka panjang,
sebaliknya bahwa input yang dapat secara keseluruhannya dan dapat dirubah untuk
sebuah perubahan produksi.
2.
Fungsi
Biaya Jangka Pendek
Fungsi biaya jangka pendek membedakan
antara biaya tetap (fixed cost) dengan biaya variable dari menurunkan fungsi
biaya total dan biaya per unit dari suatu perusahaan.
Fungsi Biaya total dan Biaya per Unit Jangka pendek Mendefinisikan jangka
pendek sebagai suatu periode di mana beberapa input perusahaan adalah tetap
.kewajiban total per periode perusahaan untuk seluh input tetap disebut biaya
total. Dalam jangka pendek kita mempunyal biaya tetap dan Maya variabel. Biaya
total sania dengan biaya tetap ditambah Maya variabel total.
Kurva biaya
total rata-rata, biaya variabel rata-rata, dan biaya marginal berbentuk U.
kurva biaya marginal mencapai minimum sebelum kurva biaya total rata-rata dan
biaya vaniabel rata rata serta memotong kedua kurva tersebut dan bawah pada
titik terendah.
Fungsi Jangka
Pendek :
1) Fungsi Biaya Total dan
2) Biaya perunit jangka pendek.
§ Fungsi Biaya Total :
Total Cost = TC = f(Q)
Total Fixed Cost = TFC
Total Variable Cost = TVC
TC = TFC + TVC
§ Biaya perunit Jangka Pendek ;
Average Total Cost = ATC = TC/Q
Average Fixed Cost = AFC = TFC/Q
Average Variable Cost = AVC = TVC/Q
Marginal Cost = DTC/DQ = DTVC/DQ
ATC = AFC + AVC
Contoh
:
Kurva Biaya Total dan Biaya per unit Jangka Pendek :
Average Variable Cost :
AVC = TVC/Q = w/APL
Marginal Cost:
∆TC/∆Q = ∆TVC/∆Q = w/MPL
3.
Fungsi
Biaya Jangka Panjang
Kurva biaya
jagka panjang melihat hubungan antara
larva biaya rata-rata jangka panjang dengan kurva biaya rata-rata jangka pendek
perusahaan tersebut. kita mendefinisikan jangka panjang sebagai suatu periode
di mana seluruh input adalah variabel. Sehingga, seluruh biaya adalah variabel
dalam jangka panjang (artinya, perusahaan tidak menghadapi biaya tetap).
Kurva biaya
total jangka panjang (long-run total cost/LTO diturunkan dari pola ekspansi
perusahaan dan menunjukkan biaya total jangka panjang minimal dalam memproduksi berbagai tingkat output.
Kurva Biaya Jangka Panjang :
Long-Run Total Cost = LTC = f(Q)
Long-Run Average Cost = LAC = LTC/Q
Long-Run Marginal Cost = LMC = DLTC/D
Penurunan
kurva biaya total, rata-rata dan marjinal dalam jangka panjang
Hubungan
antara Kurva Biaya Rata-rata Jangka Pendek dan Jangka Panjang :
Kemungkinan
Bentuk Kurva LAC (Long Average Cost)
:
Ø Ukuran Pabrik Dan
Skala Ekonomis
Ekonomis muncul pada tingkat output yang
lebih besar. “skala ekonomis” merujuk pada suatu situasi di mana pertumbuhan
output secara proporsional lebih cepat dibandingkan input.
Dengan harga input konstan, akan
menyebabkan biaya per unit menjadi Iehih tinggi. Sehingga, skala hasil menurun
tercermin dalam suatu kurva LAG yang meningkat (naik).
4.
Kurva Pembelajaran
Begitu
perusahaan memperoleh pengalaman dalam produksi suatu komoditas atau jasa,
biaya produksi rata-ratanya biasanya menurun. Artinya, untuk suatu tingkat
output per periode waktu, peningkatan output total secara kurmulatif selama
beberapa periode waktu, sering memberikan pengalaman memproduksi yang
memungkinkan perusahaan menurunkan biaya rata-rata produksi.
Kurva
Pembelajaran (Learning Curve)
menunjukan penurunan dalam biaya input rata-rata dalam produksi serta
peningkatan output total secara kumulatif sepanjang waktu, sebagai contohnya :
perusahaan membutuhkan 1.000 jam untuk
merakit pesawat terbang yang ke 100 tetapi untuk yang ke 200 hanya diperlukan
700 jam, ini disebabkan oleh para
manajer dan pekerja lebih efisien seiring dengan adanya pengalaman dalam
berproduksi.
Minimisasi
Biaya secara Internasional – Skala ekonomis yang baru :
· Perdagangan Internasional dalam input à sumber
input asing merupakan persyaratan untuk tetap kompetitif.
· Skala ekonomis internasional baru à harus
terus menerus melakukan eksplorasi sumber-sumber input yang murah dan produksi
di luar negeri untuk tetap kompetitif.
· Imigrasi tenaga kerja terdidik à pelarian
tenaga ahli
Analisis
Biaya-Volume Laba (cost-volume-profit or
breakeven analysis) :
Total Revenue (TR) = (P)(Q)
Total
Cost (TC) = TFC + (AVC)(Q)
Breakeven
Volume TR = TC
(P)(Q)
= TFC + (AVC)(Q)
QBEP
= TFC/(P - AVC)
Diketahui
data sebagai berikut :
P
= 40
TFC
= 200
AVC
= 5
QBEP
= 40
Gambar dari data diatas adalah :
Operating Leverage mengacu pada rasio biaya
tetap total dengan biaya variabel total
pada perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi leverage suatu
perusahaan.
Operating Leverage, BEP dan Variabilitas
Laba :
Estimasi Empiris
fungsi biaya : Bentuk fungsi biaya jangka pendek
Estimasi
empiris kurva biaya Jangka Panjang :
·
Cross-Sectional
Regression Analysis
·
Engineering
Method (tehnik rekayasa)
·
Survival
Technique (tehnik survival)
5.
Manajemen
Logistik Atau Penawaran Berantai
Logistik
(logistic), atau manajemen penawaran berantai, merujuk pada penggabungan di
tingkat korporat atas:
–
Pembelian
(Purchasing)
–
Transportasi
(Transportation)
–
Pergudangan
(Warehousing)
–
Distribusi
(Distribution)
–
Pelayanan
Konsumen (Customer Services)
daripada dilakukan
sendiri-sendiri secara terpisah di antara mereka di tingkat divisi.
•
Sumber keunggulan kompetitif (Source of competitive advantage)
•
Alasan
untuk pertumbuhan logistik :
–
Peningkatan
dalam teknologi komputer
–
Penurunan
biaya dalam pemecahan logistic
–
Pertumbuhan
penggunaan manajemen persediaan Just in time
–
Pembelian
input dan penjualan produk lebih rumit dan terintergrasi tertutup.
–
Globalisasi untuk produksi dan distribusi
–
Kenaikan
kompleksitas dari aliran input dan output.
Logistik juga
dapat membantu menghindarkan masalah-masalah serius lainnya (balikan
menggelikan). Ada tiga alasan munculnya dan pentumbuhan yang cepat atas
logistic, yaitu:
- Pertama adalah pengembangan algoritma yang
baru dan lebih cepat dan komputer-komputer yang lehih cepat yang secara luas
memfasilitasi pemecahan permasalahan logistik yang kompleks.
- Kedua adalah pertumbuhan penggunaan
manajemen persediaan just-in-time, di mana pembelian input dan penjualan produk
lebih rumit dan tenintegrasi lehih tertutup dengan keseluruhan fungsi fungsi
lain dalam perusahaan.
- Ketiga adalah meningkatnya kecenderungan
menuju globalisasi produksi dan distnibusi dunia saat ini. Dengan produksi.
distribusi, pemasaran, dan aktivitas keuangan perusahaan utama dunia yang
tersebar di selunuh dunia, kebutuhan manajemen logistik menjadi lebih
penting-dan menguntungkan.
6.
Pola Perilaku Dan Fungsi Biaya
Perubahan
biaya total sebagai akibat dari perubahan volume kegiatan perusahaan,
sebagaimana telah dibahas dimuka, ada 3 macam pola, yaitu :
- Jumlahnya tetap, meskipun volume
kegiatan berubah (biaya tetap)
- Jumlahnya berubah secara proporsional
dengan perubahan volume kegiatan (biaya variable)
- Jumlahnya berubah tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan (biaya semi variable)
Untuk
keperluan perencanaan dan pengendalian biaya, manajemen harus mengetahui pola
perilaku masing-masing biaya.
Untuk
menggambarkan hubungan antara biaya total dengan volume kegiatan perusahaan,
pada umumnya dinyatakan dengan fungsi biaya berikut :
Biaya Total = Biaya Tetap Total + Biaya Variabel
Total
Biaya
total merupakan gabungan antara biaya yang berpola tetap (biaya tetap) dan
berpola variable ( biaya variable). Umumnya untuk penyederhanaan dianggap pola
tersebut berbentuk garis lurus dan linier, untuk hal tersebut, diperlukan
beberapa asumsi, yaitu :
1. Hubungan teknis antara inputs
dan outputs bersifat linier, misalnya setiap satuan outputs memerlukan jumlah
inputs yang sama besarnya.
2. Jumlah input yang diperlukan
harus sama dengan jumlah input yang digunakan
3. Harga perolehan input bersifat
linier dengan Kuantitas input yang digunakan
Asumsi
tersebut hampir tanpa pengecualian dapat diterima oleh para akuntan dan manajer
dalam menentukan pola tingkah laku biaya. Pada kenyataannya banyak hal yang
membuat sesuatu biaya mutlak berperilaku tetap atau variable. Misalnya biaya
bahan baku tidak mutlak biaya variable, karena suatu pembelian bahan baku dalam
kuantitas yang lebih banyak kemungkinan besar akan mempunyai harga yang lebih
rendah disbanding jika dibeli dalam jumlah yang lebih sedikit. Karena asumsi
tersebut maka pola tingkah laku biaya yang tidak linear (nonlinear) tidak
dikemukakan pada pembahasan ini.
Biaya
variable total jumlahnya dipengaruhi oleh besar-kecilnya volume kegiatan.
Dengan perkataan lain biaya variable total merupakan hasil perkalian antara
biaya variable per unit dengan volume kegiatan. Dengan demikian fungsi biaya
tersebut diatas dapat pula dinyatakan sebagai berikut :
Biaya Total =
Biaya Tetap Total +Biaya Variabel per Unit
x Volume kegiatan
Ø Metode
Penentuan Pola Perilaku Biaya
Terdapat tiga pendekatan dalam
menentukan Pola Perilaku Biaya :
a. Pendekatan
Intuisi
Merupakan pendekatan yang didasarkan
intuisi manajemen. Intuisi tersebut bisa didasari atas surat-surat keputusan,
kontrak-kontrak kerja dengan pihak lain dan sebagainya. Ex : Manajemen
menetapkan bahwa biaya penyusutan merupakan biaya tetap, biaya komisi merupakan
biaya variable dan lain sebagainya.
b. Pendekatan
Analisis Enjinering
Yang didasarkan pada hubungan fisik yang
jelas antara masukan (input) dengan keluaran (output). Misalnya: sebuah
perusahaan yang memproduksi mobil, maka sebuah mobil secara fisik dapat
diketahui bahwa akan memerlukan sebuah mesin, 4 buah ban, dan lain sebagainya.
Dengan demikian harga ban merupakan harga yang membentuk biaya variable.
Insinyur dan atau tenaga kerja yang terlibat langsung dengan pengolahan fisik
mobil tersebut, biaya gaji atau upah mereka merupakan biaya variable.
c. Pendekatan
Analisis Data Biaya Masa Lalu
Pendekatan yang didasarkan pada data biaya
masa lalu. Pendekatan ini berasumsi bahwa biaya dimasa yang akan dating sama
perilakunya dengan biaya di masa yang lalu. Data biaya masa lalu dianalisis
untuk mengetahui perilaku masing-masing biaya.
Ada
beberapa metode untuk menentukan pola perilaku biaya dengan analisis perilaku
biaya masa lalu, antara lain :
1) Metode
Titik Tertinggi dan Titik Terendah
Merupakan sebuah cara /metode
untuk menganalisis biaya masa lalu pada volume kegiatan yang tertinggi dan
volume kegiatan yang terendah.
Contoh :
Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva
tetap pabrik tahun 1988 adalah sebagai berikut :
Bulan |
Volume
Produksi |
Biaya
Reparasi & Pemeliharaan (Rp) |
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember |
150 200 250 300 275 225 175 125 100 120 160 220 |
175.000 200.000 225.000 250.000 237.500 212.500 187.500 162.500 150.000 160.000 180.000 210.000 |
Berdasarkan data diatas, volume produksi
tertinggi adalah bulan April 1988 yaitu, 1.300 unit dengan biaya Rp. 250.000,
sedangkan volume produksi terendah adalah bulan September 1988 yakni 100 unit
dengan biaya Rp. 150.000.
Selanjutnya volume produksi dan biaya pada
kedua titik tertinggi dan terendah tersebut dianalisis dengan cara menghitung
selisih diantara keduanya.
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Bulan |
Volume
Produksi |
Biaya
Reparasi & Pemeliharaan (Rp) |
Keterangan |
April 1988 Sept. 1988 |
300 Unit 100 Unit |
250.000 150.000 |
Tertinggi Terendah |
200 Unit |
100.000 |
Selisih |
Selisih tersebut merupakan unsure variable
dari biaya yang bersangkutan. Selisih per unit yakni dengan membagi selisih
biaya dengan selisih volume merupakan biaya variable per unit atau dalam fungsi
biaya tersebut diatas dinyatakan dalam symbol b. dengan demikian dapat
dirumuskan sbb :
Untuk a (biaya tetap total) dihitung
dengan cara menghitung selisih antara total biaya dengan total biaya variable,
sebagai contoh untuk biaya pada bulan April 1988 :
Total biaya
(Y) = Rp. 250.000
Total biaya variable = Rp. 500.000 x
300
= Rp.
150.000
Total biaya tetap
a) = Rp. 100.000
Dengan demikian fungsi biaya reparasi dan
pemeliharaan dapat dinyatakan sebagai berikut :
Y
= 100.000 + 500 . x
Dari perhitungan diatas dapat diketahui
bahwa dalam metode titik tertinggi dan titik terendah yang pertama kali
ditentukan adalah biaya variable. Setelah biaya variable per unit dapat
ditentukan baru ditentukan biaya tetapnya.
2) Metode
Biaya Cadangan
Analisis perilaku biaya dalam
metode ini adalah dengan terlebih dahulu menentukan unsure biaya tetap dari
biaya yang bersangkutan. Hal ini berbeda dengan metode pertama yang menentukan
unsure variable terlebih dahulu.
Penentuan unsure biaya tetap
dilakukan dengan cara menghentikan kegiatan perusahaan untuk sementara waktu.
Dengan cara ini diketahui besarnya biaya yang terjadi jika perusahaan berhenti
kegiatannya. Biaya yang timbul selama kegiatan perusahaan dihentikan disebut
biaya cadangan (standby cost), yang merupakan unsure biaya tetap dari biaya
yang dianalisis. Selisih antara biaya cadangan dengan biaya yang terjadi selama
kegiatan perusahaan berjalan merupakan unsure biaya variable.
Contoh :
Biaya listrik pada tingkat produksi
100.000 unit adalah Rp. 1.200.000 sedangkan biaya listrik yang harus dibayar
pada saat kegiatan produksi dihentikan (produksi sama dengan nol) adalah
sebesar Rp. 800.000. dari data tersebut diatas penentuan pola perilaku biaya
listrik adalah sbb :
Volume
Produksi |
Biaya |
Keterangan |
100.000 0 |
Rp. 1.200.000 Rp. 800.000 |
Total Biaya Total Biaya
Tetap (Biaya
Cadangan) Selisih (Total
Biaya Variabel) |
100.000 |
Rp. 400.000 |
(a) Biaya tetap =
Rp. 800.000
(b) Biaya variable
per unit = Rp. 400.000
Rp. 100.000
= Rp. 4.00
dengan demikian fungsi biaya listrik adalah
:
Y = 800.000
+ 4 . x
3)
Metode Kuadrat Terkecil
Penentuan pola perilaku biaya
menurut metode ini adalah dengan menentukan total biaya tetap dan biaya
variable per unit dengan menggunakan rumus sbb :
C.
PENUTUP
1. Kegiatan
Perkuliahan
a.Kegiatan Dosen
1) Dengan metode ceramah bervariasi
menjelaskan topic 8.
2) Mengarahkan presentase dan diskusi.
3) Memberi dan
menagih penugasan individu untuk tugas.
b.Kegiatan Mahasiswa
1) Memperhatikan dan mengkaji penjelasan
materi topic 8.
2) Melaksanakan diskusi dan presentase
3) Menyelesaikan dan menyerahkan tugas
kelompok dan individu 1.
2. Evaluasi
a. Jenis Evaluasi:
Pre test dan post test, serta partisipasi
kegiatan pembelajaran.
b.Alat Evaluasi:
Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi
pokok bahasan 8
c.Materi Evaluasi:
1) Menjelaskan konsep biaya-biaya.
2) Menjelaskan fungsi biaya jangka pendek.
3) Menjelaskan fungsi biaya jangka panjang.
4) Menjelaskan kurva pembelajaran
5) Menjelaskan manajemen logistic atau
penawaran berantai
6) Menjelaskan pola perilaku dan fungsi biaya.
BAB IX
PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA
A.
PENDAHULUAN
Secara umum
materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman
kepada mahasiswa tentang penaksiran dan permalan biaya pada ekonomi manajerial,
sehingga setelah mempelajari materi dalam bab IX ini, diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami penaksiran dan permalan biaya pada ekonomi manajerial.
Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:
1) Menjelaskan konsep penaksiran dan peramalan.
2) Menjelaskan penaksiran biaya jangka pendek.
3) Menjelaskan peaksiran biaya jangka panjang.
4) Menjelaskan permalan biaya.
B.
PENYAJIAN MATERI
1.
Konsep Penaksiran dan
Peramalan
Pengaruh tentang fungsi biaya jangka pendek, biaya jangka panjang, maupun
peramalan biaya, memainkan peranan penting didalam pengambilan keputusan
manajerial. Oleh karena itu suatu perusahaan harus memiliki informasi
penaksiran dan peramalan yang baik untuk mempertemukan dan posisi kurva biaya
dari perusahaan yang berkaitan dengan sejumlah faktor penting baik dari dalam
maupun luar pengendalian perusahaan.
Fungsi biaya jangka pendek memberikan informasi yang berguna dalam
pengambilan keputusan-keputusan operasional khususnya dalam menilai
optimalisasi tingkat output sekarang seta memecahkan masalah pengambilan
keputusan dengan menggunakan analisis distribusi, sedangkan fungsi biaya jangka
panjang berguna dalam memberikan informasi tentang proses perencanaan jangka
panjang terutama apabila perusahaan akan melakukan ekspansi atau kontraksi
perusahaan serta untuk meyakinkan bahwa ukuran perusahaan yang ada sudah
optimal untuk tingkat output yang diproduksi. Untuk menaksir biaya masa
mendatang perusahaan perlu meramalkan perubahan teknologi dan perubahan rasio
harga faktor produksi serta mengisolasinya dari pengaruh inflasi pada waktu yang
akan datang.
Adapun tujuan dari bahan atau materi ini adalah untuk memahami tentang
konsep penaksiran biaya jangka pendek dan penaksiran biaya jangka panjang pada
suatu perusahaan serta untuk mengetahui konsep peramalan biaya suatu
perusahaan.
2.
Penaksiran Biaya Jangka
Pendek
Penaksiran Biaya Jangka Pendek dapat dilakukan dengan beberapa macam cara
antara lain:
a.
Ekstrapolasi Sederhana
Metode paling sederhana
dari penaksiran biaya adalah dengan mengekstraplasikan tingkat MC atau AVC saat
ini dengan tingkat output masa lalu atau yang akan datang. Seringkali
perusahaan menganggap bahwa Biaya Marjinal (MC) atau AVC selalu konstan pada
tingkat output tertentu. Anggapan ini mengandung arti bahwa input-input
variabel menghasilkan penerimaan konstan, sehingga tidak ada increasing returns
atau deminishing returns dalam proses produksi jangka pendek. Jika keadaan
efisiensi yang konstan ini benar-benar terjadi dalam proses produksi, maka
ekstrapolasi sederhana merupakan metode yang cukup tepat untuk menaksir biaya.
Tetapi jika biaya marjinal kenyataannya meningkat dengan adanya tambahan unit
output, maka metode ini akan menghasilkan keputusan yang salah.
Apabila pembuat keputusan
beranggapan bahwa MC cenderung menuru jika outputnya meningkat atau biaya
marjinal tidak mungkin naik turun, sehingga penaksiran terbaik adalah dengan
mengasumskan bahwa MC konstan. Pendekatan terbaik untuk memecahkan masalah
tersebut adalah dengan mengasumsikan bahwa MC konstan untuk tujuan ekstrapolasi
dan kemudian meneliti sensitivitas keputusan yang dibuat berdasarkan asumsi
tersebut.
Contoh:
Perusahaan pakaian dalam
memperoleh pesanan tambahan 500 lusin pakaian dalam. Perusahaan menetapkan
harga rata-rata Rp. 7.000,- per lusin. Namun secara tiba-tiba di dalam
perusahaan tersebut ada perganian manajer produksi, karena tidak lengkapnya
data manajer tersebut tidak dapat menaksirkan biaya incremental. Dengan bekerja
keras akhirnya manajer mengetahui bahwa produksi minggu ini sebesar 7.000 lusin
dengan TVC Rp. 42.000.000,- dan AVC Rp. 6.000,- per lusin. Guna memenuhi
pesanan tersebut, maka tingkat output harus ditingkatkan menjadi 7.500 lusin
per minggu yang masih dalam jangkauan kapasitas pabrik.
Karena informasi tak
lengkap, maka manajer produksi tersebut mengekstrapolasikan
data tunggal yang dimiikinya. Untuk mengetahui lebih jelas dari hasil
ekstrapolasi yang dilakukan lihat gambar 1 berikut:
Gambar 1. Ekstrapolasi
Berdasarkan MC yang Konstan
TVC
Output (000s of dozens)
Output (000s of dozens)
Gambar 1 menunjukkan
kurva TVC, AVC,dan MC yang diperoleh berdasarkan ekstrapolasi dari kurva
tersebut dengan anggapan MC konstan pada tingkat output 7.000 – 7.500 lusin.
Apabila tidak ada
perubahan biaya lainnya, kita dapat memperkirakan biaya incremental yaitu
sebesar Rp. 3.000.000,- untuk produksi tambahan sebesar 500 lusin dan
penerimaan incremental Rp. 3.500.000,- sehingga dari keputusan ini diharapkan
positif Rp. 500.000,- Jika TVC meninkat menjadi Rp. 45.500.000,- dan AVC juga
meningkat menjadi Rp. 6.067,- per lusin (lebih tinggi dari AVC sebelumnya), oleh
karena keputusan ini sangat sensitif terhadap asumsi MC konstan, maka lebih
baik perusahaan menolak pesanan tersebut.
b.
Analisis Gradien
Gradien kurva TC adalah
tingkat perubahan TC pada tingkat interval output tertentu. Analisis Gradien
ini dapat dihitung dengan rumus berikut:
Gradien TC tidak sama
persis dengan MC, karena MC menunjukkan perubahan TC yang hanya mengakibatkan
perubahan satu unit output, sedangkan dalam praktek output cenderung berubah
dengan loncatan yang tidak teratur, oleh karena itu kita harus menghitung
gradien tersebut dengan interval yang lebih besar dari satu unit.
Contoh:
Diketahui bahwa
perusahaan sebelumnya memproduksi 7.000 lusin dengan TVC Rp. 42.000.000,-
kemudian perusahaan memperoleh pesanan tambahan sebesar 500 lusin. Perhatikan
bahwa TVC untuk memproduksi 7500 lusin adalah Rp. 48.750.000,-
Jadi gradien TVC
dapatdihitung sebagai berikut:
= 13.500
Jadi, perubahan TVC pada
interval output 7000 – 7500 lusin adalah Rp. 13.500 per unit (nilai MC pada
tingkat utput).
c.
Analisa Regresi
Untuk menggunakan Analisa
Regresi dalam menganalisis hubungan antara biaya dengan suatu tingkat output
tertentu, haruslah memiliki jumlah observasi data biaya output yang lebih
banyak, sehingga dapat diperoleh penaksir MC. Kalau kita ingin menaksir fungsi
biaya dari suatu perusahaan tertentu, maka harus menggunakan data runtut waktu
dari perusahaan tersebut.
Penggunaan data runtut
waktu ini kadang-kadang menimbulkan masalah yaitu jika selam periode observasi
beberapa faktor mengalami perubahan, maka hasil dari analisis regresi akan
menjadi kurang dapat dipercaya. Untuk menghindari masalah ini data biaya harus
deflasi dengan sebuah indeks yang tepat dan unsur waktu harus dimasukkan
sebagai variabel bebas dalam persamaan regresi yang akan ditaksir.
Analisa dengan data
runtut waktu sangat peka terhadap masalah kesalahan pengukuran (measurement
error), jadi untuk analisa data biaya harus mencakup semua biaya yang timbul dalam
memproduksi suatu tingkat output tertentu baik yang sudah dibayar maupun yang
belum.
Tabel Catatan Tingkat Output dan Total Biaya
Variabel suatu Pabrik
AKHIR
MINGGU |
OUTPUT (GALON) |
TOTAL BIAYA VARIABEL |
7 September 14 September 21 September 28 September 5 Oktober 12 Oktober 19 Oktober 26 Oktober 2 November 9 November 16 November 23 November |
7.300 8.450 8.300 9.500 6.700 9.050 5.450 5.950 5.150 10.050 10.300 7.750 |
5.780 7.010 6.550 7.620 5.650 7.100 5.060 5.250 4.490 7.520 8.030 6.350 |
Misalkan output dan TVC
dari perusahaan telah dicatat selama tiga bulan seperti pada tabel 1 jumlah
output bervariasi dari minggu ke minggu karena pasokan bahan baku yang sulit
diramalkan.
Dari data yang ada
tampaklah bahwa TVC berubah-ubah secara positif mengikuti tingkat output
perusahaan tersebut. Tetapi bagaimanakah bentuk dari hubungan tesebut?
Spesifikasi bentuk fungsional mempunyai implikasi penting dalam penaksiran
kurva MC yang akan dihasilkan oleh suatu analisa regresi. Jika kita membuat
spesifikasi TVC sebagai fungsi linier, maka TVC = a + bQ, penaksiran MC adalah
parameter b, karena MC ekuivalen dengan turunan fungsi dari TVC pada output.
Pada gambar 2 ditunjukkan kurva AVC dan MC dari suatu kumpulan observasi data
tertentu, yang dihasilkan oleh analisa regresi yang menggunakan spesifikasi
hubungan linier. AVC adalah TVC per Q maka kurva AVC akan turun dan mendekati
kurva MC secara asimtotis
Gambar 2, Fungsi Biaya Variabel Linier
TVC = a + bQ
Alternatif lain untuk
observasi data yang sama spesifikasi fungsi pangkat dua (kuadratik), jadi TVC =
a + bQ + cQ2 maka MC tidak akan konstan tetapi menaik jika fungsi output
konstan. Pada gambar dibawah ini ditunjukkan hubungan kuadratik dari observasi
data yang sama.
Gambar Fungsi Biaya Variabel Kuadratik
Kalau kita mengangap
hubungan fungsional tersebut adalah fungsi pangkat tiga (kubik) TVC = a + bQ –
cQ2 + dQ3, maka penaksiran MC yang dihasilkan oleh analisa regresi bersifat
kurva linier dan akan meningkat secara kuadratik sesuai dengan tingkat output
(Gambar ).
Gambar Fungsi Biaya Variabel Pangkat Tiga (Kubik)
0
Dari ketiga bentuk
spesifikasi fungsi biaya tadi yang manakah yang akan kita pilih? Dalam memilih
analisa regresi yang tepat untuk pengambilan keputusan, kita harus yakin betul
bahwa kurva MC dan AVC yang dihasilkan benar-benar menunjukkan hubungan biaya
output yang paling akurat. Dengan menggambarkan data TVC dalam sebuah grafik,
akan diketahui bahwa satu dari ketiga bentuk fungsional diatas merupakan bentuk
yang terbaik yang menunjukkan hubungan antara dua variabel itu.
3.
Penaksiran Biaya Jangka
Panjang
Ø Analisis Regresi dengan menggunakan Data Seksi Silang
Pada metode ini akan
dibahas tentang usaha untuk menemukan ukuran pabrik yang berbeda pada waktu
tertentu dengan asumsi tehnologi dan harga faktor produksi tetap.
Gambar 5, Taksiran Kurva LRAC dengan
Data Seksi Silang
Dari gambar diatas dapat
dilihat kurva biaya jangka pendek aktual dari 5 pabrik yang diteliti yang
ditunjukkan oleh SRAC5. Nilai-nilai output/biaya rata-rata ditunjukkan oleh
titik pada tiap kurva biaya jangka pendek yang diberi tanda bintang (*). Dari
analisis terdahulu terlihat adanya penaksiran yang berlebihan karena adanya
economies dan diseconomies of plant size karena titik-titik observasi bagi
setiap pabrik bukan merupakan titik persinggungan dengan kurva LRAC aktual,
sehinga analisis regresi dengan data seksi silang cenderung menggambarkan hasil
yang keliru mengenai economies dan diseconomies of plant size yang mungkin
terjadi. Hal ini terjadi karena kesalahan pengukuran dengan asumsi bahwa
titik-titik data adalah titik singgung antara SRAC dan LRAC, padahal
kenyataannya titik data tersebut bukan merupakan titik singgung tersebut.
Masalah kedua ditimbulkan
oleh data seksi silang ini adalah bahwa banyak pabrik yang tidak dapat
beroperasi pada tingkat harga dan produktivitas yang sama. Hal ini disebabkan
jika pabrik tersebut beroperasi di lingkugan geografi, politis dan sosio-ekonomi
yang berbeda, maka harga dan produktivitas akan berbeda diantara pabrik-pabrik
tersebut.
4.
Peramalan Biaya
Peramalan biaya diperlukan apabila keputusan-keputusan yang diambil
mencakup tingkat biaya untuk periode-periode yang akan datang seperti dalam
keputusan-keputusan mengikat kontrak, keputusan membeli atau
keputusan-keputusan lain yang mempunyai implikasi biaya bukan hanya pada
periode sekarang.
Peramalan biaya untuk berbagai tingkat output pada periode yang akan datang
memerlukan penaksiran tentang perubahan efisiensi proses produksi secara fisik,
dan perubahan harga faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.
Peramalan biaya dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a.
Perubahan Produktivitas
Faktor Produksi
Jika kita perhatikan efisiensi
fisik dari proses produksi pada periode yang akan datang, maka kita harus
memperkirakan bahwa produktivitas faktor produksi tersebut akan berubah
sepanjang waktu. Contohnya mesin dan peralatan lain, diharapkan untuk lebih
efisien jika diukur dari output per jam yang dihasilkannya (berdasar kriteria
yang lain) karena penerapan kemajuan teknologi pada mesin-mesin tersebut.
Meningkatnya penggunaan
mesin dan peralatan yang dikendalikan dengan komputer telah menyebabkan
meningkatnya produktivitas peralatan modal secara cukup besar pada waktu
belakangan ini. Seperti halnya produktivitas modal, produktivitas tenaga kerja
juga juga diharapkan meningkat dengan berjalannya waktu, karena tingkat
pendidikan karyawan yang lebih tinggi dan semakin berpengalamannya para
karyawan dengan proses produksi mekanis.
Produktivitas tenaga
kerja biasanya dinyatakan sebagai unit output per unit tenaga kerja, dan karena
itu memberikan sumbangan pula bagi kenaikan produktivitas faktor-faktor modal
seperti mesin dan peralatan. Dengan demkian produktivitas tenaga kerja
merupakan gabungan antara produktivitas modal dan tenaga kerja.
b.
Perubahan Harga Faktor
Produksi
Jika biaya dari semua
input meningkat dengan proporsi yang sama, maka kombinasi faktor produksi yang
optimal tidak akan berubah pada tingkat output tertentu, meskipun akan
menimbulkan biaya yang lebih besar. Jika semua harga input tersebut akan tetap
sama dan tidak akan ada insentif untuk mensubtitusikan satu input dengan input
yang lainnya. Ini berarti bahwa proporsi input yang optimal (rasio modal tenaga
kerja pada kasus yang paling sederhana) akan tetap sama.
Dengan demikian,
biaya-biaya pada periode yang akan datang akan sama dengan biaya pada periode
sekarang ditambah dengan presentase kenaikan biaya yang diperkirakan.
Bila kekuatan pasar di
pasar faktor-faktor produksi mengakibatkan harga satu faktor produksi akan naik
dibandingkan dengan harga faktor produksi yang lain, maka perusahaan akan
mensubtitusikan dengan faktor produksi yang lebih murah sebagai akibat dari adanya
kenaikan harga tersebut. Jadi, jika biaya tenaga kerja diperkirakan akan naik
lebih cepat daripada biaya modal dimasa yang akan datang, maka perusahaan akan
mensubtitusikan dengan faktor produksi yang lebih murah sebagai akibat dari
adanya kenaikan harga tersebut.
Jadi, jika biaya tenaga
kerja diperkirakan akan naik lebih cepat daripada biaya modal dimasa yang akan
datang, maka perusahaan akan mensubtitusikan tenaga kerja dan modal dengan
maksud untuk meminimalkan biaya pada tingkat-tingkat output tertentu. Jika
proses ini berlanjut terus dimasa yang akan datang, maka perusahaan mestinya
akan menggunakan proses produksi yang padat modal pada periode-periode yang
akan datang.
c.
Penaksiran Kurva Learning
Kurva learing
menghubungkan biaya per unit dengan volume produksi kumulatif dari suatu produk
tertentu. Bahwa produktivitas input akan meningkat apabila input-input tersebut
telah mempelajari proses produksi, sehingga biaya per unit turun jika volume
produksi meningkat. Biaya per unit (pada tingkat output tertentu per periode
dalam pabrik tertentu) cenderung menurun dengan persentase yang relatif stabil
setiap kali volume produktif digandakan. Bila tingkat learning adalah sekitar
20% dengan kata lain biaya unit akan turun kira-kira 20% setiap kali tingkat output
kumulatif naik dengan faktor 2,4,8,16,32,64,128 dan seterusnya.
Untuk suatu tingkat
output yang konstan setiap periode waktu, rangkaian angka tersebut menunjukkan
jumlah periode sebelum mencapai penurunan 20% biaya unit yang dicapai, jadi
perubahan biaya per unit antara dua periode produksi yang ditimbulkan oleh efek
learning, akan sangat jelas jika proses produksi baru dilakukan dan dapat
diabaikan ketika proses produksi telah mencapai kematangan.
Gambaran mengenai
penggandaan output secara berturut-turut menunjukkan bahwa kurva learning bukan
merupakan garis lurus, tetapi biaya per unit merupakan fungsi output kumulatif
yang menurun secara eksponensial, dengan kata lain kurva learning dapat
dinyatakan sebagai fungsi pangkat atau fungsi eksponensial dengan bentuk
sebagai berikut:
SRAC = aQb
Dimana:
Q adalah tingkat volume kumulatif
a
adalah biaya produksi hipotesis dari unit pertama
b adalah merupakan tingkat dimana
SRAC akan menurun jika output dinaikkan (biasanya merupakan angka negatif)
Untuk menunjukkan SRAC
dan nilai output kumulatif yang diteliti dalam bentuk logaritma, maka digunakan
analisis regresi untuk menaksir parameter a dan b dengan rumus sebagai berikut:
Log SRAC = Log a + b Log Q
Tabel: Observasi SRAC dan Volume Kumulatif
serta Logaritmanya.
Tanggal observasi |
Biaya Per unit (srac) |
Volume Kumulatif ( q ) |
Log srac ( y ) |
Log ( x ) |
30 Sept 15
Des 1
Maret 15
Mei |
9,00 7,20 6,50 5,85 |
150 275 350 500 |
0,9542 0,8573 0,8129 0,7672 |
2,1761 2,4393 2,5441 2,6990 |
Contoh:
Suatu pabrik telah meneliti
bahwa biaya per unit dari suatu produk tertentu menurun jika output kumulatif
meningkat, seperti yang ditunjukkan pada tiga kolom pertama dari tabel 3
diatas. Logaritma dari SRAC dan Q ditunjukkan pada dua kolom terakhir. Log SRAC
sebagai variabel Y, Log Q sebagai variabel X dengan rumus:
Y = a + bX
Sedangkan perhitungan untuk
menemukan parameter a dan bditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel Perhitungan untuk Parameter Regresi Bagi Kurva Learning
Y |
X |
XY |
X2 |
0,9542 0,8573 0,8129 0,7672 |
2,1761 2,4393 2,5441 2,6990 |
2,0764 2,0912 2,0681 2,0707 |
4,7354 5,9502 7,2846 7,2846 |
3,3916 |
9,8585 |
8,3064 |
24,4426 |
0,8479
Learning curve sering
dinyatakan sebagai presentasi penurunan dalam average cost (AC) untuk setiap
kenaikan dua kali lipat volume kumulatif. Untuk menemukan presentase ini,
secara sederhana kita hanya memilih dua tingkat output (output yang satu
besarnya 2 kali yang lain) dan menghitung persentase dimana SAC menurun.
Misalnya dengan mengestimasi SAC pada output kumulatif 200 dan 400 unit dari
learning curve kita akan mendapatkan:
Untuk 200 unit:
SAC = 55,18 (200 -0,3627) = 8,076
Dan untuk 400 unit:
SAC = 55,18 (400 -0,3627)= 6,281
Jadi, SAC pada 400 unit, adalah:
Dari SAC pada 200 unit dan kita dapat
melihat sedikitnya ada penurunan 22 % dalam average
cost apabila volume kumulatif dilipatgandakan. Kita dapat memprediksi bahwa
SAC akan terus turun kira-kira 22% untuk tiap penggandaan tingkat output
kumulatif berikutnya.
C.
PENUTUP
1. Kegiatan
Perkuliahan
a. Kegiatan Dosen
1) Dengan metode ceramah bervariasi
menjelaskan topic 9.
2) Mengarahkan presentase dan diskusi.
3) Member dan
menagih penugasan individu untuk tugas.
b. Kegiatan Mahasiswa
1) Memperhatikan dan mengkaji penjelasan
materi topic 9.
2) Melaksanakan diskusi dan presentase
3) Menyelesaikan dan menyerahkan tugas
kelompok dan individu .
2. Evaluasi
a. Jenis Evaluasi:
Pre test dan post test, serta partisipasi
kegiatan pembelajaran.
b.Alat Evaluasi:
Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi
pokok bahasan 9
c. Materi Evaluasi:
1) Jelaskan konsep penaksiran dan peramalan.
2) jelaskan penaksiran biaya jangka pendek.
3) Jelaskan peaksiran biaya jangka panjang.
4) Jelaskan permalan biaya.
BAB X
MODEL-MODEL PENETAPAN
HARGA DAN PRAKTEK PENETAPAN HARGA PRODUK PERUSAHAAN
A.
PENDAHULUAN
Secara umum
materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman
kepada mahasiswa tentang penetapan haga dalam praktek pada ekonomi manajerial,
sehingga setelah mempelajari materi
dalam bab IX ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penetapan
haga dalam praktek pada ekonomi manajerial.
Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:
1) Menjelaskan ruang lingkup penetapan harga.
2) Menjelaskan Model-model Penetapan Harga.
3) Menjelaskan Penetapan Harga jual dengan
menggunakan Pendekatan Marginal.
4) Menjelaskan penetapan Harga Jual
dengan Rule' of Thumb (Markup Pricing).
5) Menjelaskan manfaat penetapan harga dalam
perusahaan.
B.
PENYAJIAN MATERI
1.
Ruang Lingkup Penetapan Harga
Para ekonom telah
melakukan pengembangan secara luas macam-macam model penetapan harga produk
perusahaan. Model-model tersebut secara khusus mencoba menjelaskan kepada
manajer-manajer perusahaan dalam pemilihan harga yang dikaitkan dengan tingkat
output, dasar memaksimumkan laba atau pencapaian sesuatu tujuan lainnya.
Model-model harga ini mengkaji bersama-sama kurva permintaan (yang diarnbil
dari model perilaku konsumen) dengan kurva biaya (yang diambil dari model-model
proses produksi produk perusahaan) .
Model-model penetapan
harga produk perusahaan dapat dicirikan oleh asumsi-asumi yang mendasarinya.
Masing-masing model memiliki asumsi-asumsi struktural dan asumsi-asumsi
perilaku. Asumsi-asumsi struktural menentukan pcrmintaan dan kondisi biaya yang
ditunjukkan perusahaan, sedangkan asumsi-
asumsi perilaku menentukan bagaimana perusahaan berperilaku dalam
situasi pasar.
Pembahasan asumsi-asumsi
yang mendasari beberapa model penetapan harga produk perusahaan di kaji dalam
model-model persaingan murni atau persaingan sempurna, monopoli, kompetisi
monopolistik, dan oligopoli.
Adapun tujuan yang ingin
dicapai dari pembahasan makalah ini adalah:
a) Asumsi-Asumsi Yang Mendasari Model
Dalam penetapan harga
produk perusahaan, tidak hanya ditentukan oleh biaya produksi dan permintaan,
tetapi juga tergantung pada bentuk pasar. Teori harga tradisional menggambarkan
4 dasar bentuk pasar yaitu; .(1) Kompetisi murni, (2) Kompetisi monopolistik,
(3) Monopoli dan (4) Oligopoli. Masing-masing bentuk pasar memiliki asumsi-asumsi
yang mendasarinya.
Setiap bentuk pasar memiliki
7 asumsi yang mendasarinya yaitu terdiri dari 4 asumsi struktural dan 3 asumsi
perilaku. Asumsi-asumsi struktural dilihat dari aspek:
(1) Jumlah penjual,
(2) Kondisi biaya
produksi,
(3) Jumlah pembeli dan
(4) Kondisi permintaan.
Asumsi perilaku yang
mendasari masing-masing bentuk pasar dapat dilihat dari aspek: (1) Tujuan, (2)
Strategi dan (3) Harapan reaksi pesaing.
a.
Asumsi Struktural
· Jumlah Penjual
Jumlah penjual dalam
pasar persaingan murni dan
persaingan monopolistik adalah
banyak. Sedangkan dalam pasar oligopoli terdapat sedikit penjual dan dalam
monopoli hanya ada satu penjual. Yang
mendasari asumsi ini adalah ditentukan pada hambatan menjual untuk masuk dalam pasar. Dengan tidak
adanya hambatan bagi
perusahaan baru untuk memasuki
pasar berarti perusahaan akan banyak yang ada dalam pasar (ini
terjadi dalam bentuk pasar persaingan murni dan persaingan monopo1istik). Hambatan
secara substansial untuk masuk ke
dalam pasar oligopoli akan membatasi
pesaing sehingga Jumlah perusahaan dalam
pasar oligopoli adalah sedikit.
· Kondisi Biaya Produksi
Da1am semua bentuk pasar
diasumsikan bahwa dalam jangka pendek
terjadi penurunan hasil
produksi yang disebabkan karena adanya kenaikan MC. Namun asumsi ini
tidak penting dalam oligopoli dan monopoli dimana MC berkemungkinan bisa tetap atau juga bisa berkurang.
· Jumlah Pembeli
Untuk semua
model diasumsikan banyak
pembeli, jadi kekuatan utama dalam penetapan harga tidak ditentukan oleh
satu pembeli atau sedikit pembeli atau pembeli yang kuat.
· Kondisi Permintaan
Dalam bentuk pasar persaingan murni diasumsikan terdapat substitusi
yang identik (identical substitutes). Dalam bentuk persaingan monopolistik
terdapat substltusi.yang sangat mirip (very similar substitutes).
Sedangkan dalam oligopoli terdapat
substitusi yang bersifat
mendekati (close
substitutes), dan dalam monopoli tidak ada substitusi (no substitutes).
b.
Asumsi Perilaku
· Fungsi Tujuan
Untuk semua
model, pada awalnya
diasumsikan bahwa dalam jangka
pendek perusahaan akan memaksimumkan laba.
Tetapi mungkin hal ini tidak tepat untuk oligopoli, dimana tidak
memaksimumkan laba agar
tidak menyebabkan pesaing baru masuk
ke pasar yang
mengakibatkan persaingan pasar
semakin ketat.
· Variabel Strategi
Dalam semua model diasumsikan
bahwa perusahaan dapat menyesuaikan
harga dan jumlah
produk, meskipun harga dalam keseimbangan kompetitor dalam persaingan
murni hanya akan menyesuaikan kuantitas atau jumlah
produk. Sedangkan perusahaan-perusahaan dalam bentuk lainnya mungkin juga melakukan penyesuaian
usaha-usaha promosinya, desain
produknya dan sa1uran-sa1uran distribusinya.
· Harapan Akan Reaksi Pesaing
Dalam bentuk pasar
persaingan murni dan pcrsaingan monopolistik
tidak ada harapan akan
reaksi dari pesaing. Hal
ini dikarenakan perusahaan hanya
merupakan bagian yang
relatif kecil dibandingkan
dengan keseluruhan pasar,
sehingga aksinya tidak akan diperhatikan oleh pesalngnya. Dalam oligopoli pesaing mungkin
mengabaikan atau beraksi terhadap aksi-aksi perusahaan
pesaing tergantung dari
apa tujuan yang
pesaing lakukan. Dalam monopoli
jelas tak ada harapan reaksi dari
pesaing, sebab dalam monopoli tidak ada perusahaan pesaing.
2.
Model Penetapan Harga
Dalam Pasar Persaingan Murni
Dalam persaingan murni harga keseimbangan ditentukan oleh kekuatan pasar
yaitu interaksi penawaran dan permintaan. Dalam pasar ini terdapat banyak pcmbeli
dan banyak penjual, masing-masing merupakan bagian yang relatif kecil dalam
mempengaruhl tingkat harga. Penetapan
penawaran dan permintaan bergantung pada keseimbangan pasar. Kurva
permintaan(demand) memiliki slope (kemiringan) yang negatif sedangkan kurva
penawaran pasar (supply) memiliki slope yang positif.
Penentuan harga dan output dalam persaingan murni dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar Penentuan Harga & Output dalam Persaingan Murni
Dari gambar menunjukkan bahwa,
misalnya harga pada P1 maka akan terjadi pemasaran melebihi
permintaan (excess supply). Keadaan ini akan .mendorong penurunan harga yang
disebabkan karena perusahaan ingin mengurangi persediaan menuju pada tingkat
yang diinginkan. Saat perusahaan mengurangi harga untuk mengatasi kelebihan
persediaan, maka harga cenderung akan menurun sampai pada titik keseimbangan
(pada harga P*).
Jika terjadi permintaan yang berlebih (excess demand), misalnya terjadi
pada harga P2, akan terjadi kenaikan harga disebabkan karena
keinginan beberapa pembeli untuk membeli dengan harga yang lebih tinggi
daripada tidak mendapatkan produk. Hal ini akan mendorong harga naik, dan
akhirnya berhenti pada harga keseimbangan pasar (pada harga P *). Dengan demikian harga keseimbangan pasar ditentukan oleh
kekuatan D dan S.
Pada pasar persaingan murni, perusahaan secara individual hanya bertindak
sebagai penerima harga (price takes) sebab harga pasar sudah ditentukan oleh
kekuatan pasar, sehingga perusahaan tinggal menerima saja. Karena perusahaan
bertindak sebagai penerima harga, maka kurva D bagi perusahaan secara
individual akan membentuk garis horisontal, artinya berapapun output yang ditawarkan
oleh perusahaan harganya tetap sebesar P*.
Untuk memaksimumkan laba, perusahaan akan memilih tungkat output saat
terjadi MC = MR , yaltu sebesar Q *. Pada saat perusahaan memasarkan
produk sebesar Q* maka perusahaan
akan memperoleh laba maksimal sebesar P* ABC.
a) Model Penetapan Harga
Dalam Pasar Monopoli
Monopoli terjadi karena
hanya ada satu penjual barang yang mempunyai substitusi di suatu pasar. Mereka
bertahan cukup lama jlka masuknya perusahaan baru dihambat oleh faktor
penghalang (entry barriers) . Faktor-faktor penghalang tersebut misalnya hak paten,
hak monopoli, skala produksi yang ekonomis, penguasaan sumber daya yang digunakan
untuk memproduksi suatu barang.
Dalam pasar monopoli,
kurve permintaan pasar identik dengan kurve permintaan perusahaan. Karena kurve
permintaan pasar berslope menurun, maka monopolis Juga menghadapi kurve permintaan
yang berslope menurun atau negatif. MR yang diperoleh perusahaan lebih rendah
daripada tingkat harga. Pendapatan rata-rata juga merupakan kurve permintaan.
Keadaan ini dapat digambarkan dalam gambar dibawah ini.
Gambar: Kurva D dan MR pada monopoli.
Beberapa monopolis
merupakan monopolis alamiah (natural monopolies) artinya pasar
tidak terelakkan dari monopoli. Situasi ini terjadi bila kapasitas output monopoli
relatif besar te.rhadap permintaan pasar. Keadaan ini terjadi bila suatu unit
usaha yang tingkat output yang memaksimumkan labanya terjadi dimana LRAC masih
menurun. Suatu perusahaan monopolis akan memaksimumkan keuntungan diperoleh
saat MC = MR. Agar dapat diperoleh laba yang maksimum maka tingkat harga dan
output ditetapkan seperti dalam gambar dibawah ini.
Gambar: Penentuan harga
dan output dalam monopoli
Dari gambar di atas,
menunjukkan bahwa untuk memaksimumkan laba, perusahaan menetapkan harga dan
tingkat output pada saat terjadi MC=MR. Hal ini terjadi pada harga sebesar Pm
dengan tingkat output sebesar Qm, saat Qm dan Pm laba
yang diperoleh perusahaan sebesar Pm ABC.
b) Penetapan Harga Dalam
Pasar Persaingan Monoplistik
Pasar suatu produk
dikatakan dalam keadaan persaingan monopolistis apabila dalam persaingan
tersebut terdapat ciri-ciri persaingan murni dan ciri-ciri monopoli. Produk
yang dijual dipasar tidak homogen, tetapi masing-masing produk mempunyai daya
substitusi satu sama lainnya.
Struktur pasar persaingan
monopolistik pada dasarnya sama dengan persaingan murni, kecuali bahwa di
dalamnya terdapat pengertian diferensiasi produk. Model ini mengakui adanya
derajat kekuasaan monopoli tertentu yang timbul dari penggunaan merek tertentu.
Oleh sebab itu dalam pasar persaingan monopolistik dapat dikatakan pasar
monopoli yang bersaing.
Kurva permintaan bagi
perusahaan yang menghasilkan produk yang bentuk pasarnya kompetisi monopolistik
merupakan peralihan dari kurva permintaan produk persaingan murni dengan kurva
permintaan monopoli. Perbedaan kurva permintaan ketiga bentuk pasar tersebut
dapat digambarkan dalam gambar dibawah
ini.
Gambar: Kurva Permintaan
Dalam Persaingan Sempurna, Persaingan Monopolistik Dan Monopoli
Dari gambar diatas
terlihat bahwa elastlsitas kurva permintaan (kurva D)
dalam persaingan monopolistik berada
diantara persaingan sempurna
dan monopoli. Dimana kurva D
dalam persaingan monopolistik memlliki elastisitas yang kurang elastis bila dibandingkan dengan elastisitas
kurva D dalam monopoli.
Dalam pasar persaingan
monoplistik, harga produk suatu perusahaan tidak sama dengan harga semua produk
dipasar tetapl berbeda-beda sesuai dengan.kehendak penjual yang berbeda-beda
pula. Penetapan harga dan output oleh perusahaan yang berada dalam pasar
persaingan mohopolistik dapat dijelaskan dalam gambar dibawah ini.
Gambar: Penentuan Harga
Dan Output Suatu Perusahaan Dalam Kompetisi Monopolistik
Dari gambar diatas terlihat bahwa selama kurva D
memlliki slope yang negatif, maka kurve MR pasti terletak di bawah kurva D yang
memliki slope yang sama. Dalam persaingan monopolistik perusahaan memaksimumkan laba saat
harga dan output berada pada saat MC = MR. Saat harga sebesar P1
dan kuantltas Q1, laba
menunjukkan sebesar P1 ABC.
c) Model Penetapan Harga
Dalam Pasar Oligopoli
Dalam pasar ologopoli
terdapat sedikit penjual produk yang memiliki sifat yang saling mengganti
(subtitusi), karena produk yang dijual saling maka dalam oligopoli memiliki
kurva permintaan dengan elastisitas silang(cross elasticities of demand) yang
tinggi.
Karena dalam oligopoli
peruisahaan hanya sedikit, maka terdapat rintangan untuk memasuki pasar
tersebut. Dan karena penjual yang sedikit inilah maka perusahaan saling
pengaruh antara mereka dalam pemantauan harga dan output. Reaksi para pesaing
terhadap keputusan harga dan output menjadi hal yang penting dalam model
oligopoli. Tindakan yang diambil suatu perusahaan pasti akan menimbulkan reaksi
perusahaan lainnya, oleh sebab itu tidak ada satupun perusahaan yang bisa
bertindak secara bebas. Jika suatu perusahaan merubah harga yang ditetapkan
maka perusahaan lain akan bereaksi pula dengan cara merubah harga mereka.
Oligopolis berusaha menaksir adanya reaksi dari kegiiatan pesaing. Perusahaan
berharap dapat mengetahui reaksi pesaing sebagai”conjectural variation”
· Model Kurva Permintaan
Patah Pada Oligopoli
Dalam menelaah model kurva permintaan
oligopoli yang patah, didasarkan atas asumsi-asumsi tertentu dan hanya berlaku
apabila asumsi ini dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah:
1. Apabila suatu perusahaan
menurunkan harga maka perusahaan-perusahaan lainnya dalam pasar akan mengikuti
dan menandingi penurunahn harga tersebut.
2. Apabila perusahaan
menaikan harga, maka perusahaan dalam pasar tidak akan mengikutinya.
Dalam analisis ini diasumsikan
bahwa conjectural variation akan dua kali lipat, sedangkan untuk kenaikan harga
perusahaan tidak ada reaksi dari pesaing.
Sejak conjectural
variation tidak ada
tambahan (tambahan harga 0) tampaknya ceteris paribus kurva D pada kurva
di atas adalah tingkat harga yang berlaku. Kurva akan menjadi lebih atau kurang
elastis tergantung pada daya subtitusi diantara produk pesaing. Bagaimanapun
berbedanya kurva permintaan sebagai "mutatis mutandis" kurva
permintaan, artinya semua reaksi disebabkan
oleh persetujuan bersama dalam penyesuaian harga perusahaan. Semua perusahaan
harganya akan berubah (meningkat atau berkurang), harga relatifnya akan
meninggalkan pada tempat yang sama dan karena itu harapan mereka untuk
mempertahankan market share atau pangsa pasar dapat dicapai.
Kurva permintaan patah dalam
oligopoli digambar dibawah ini:
Gambar: Model Kurva
Permintaan Patah Dalam Oligopoli
Dari gambar terlihat bahwa kurva permintaan yang dihadapi
oligopolis yang patah. Kurve ini patah pada P, yang merupakan harga equilibrium
awal. Jika perusahaan menurunkan harga, diharapkan bahwa kurva D yang dihadapi olehnya
menjadi agak in elastis. Sebab berdasarkan asumsi di atas bahwa perusahaan akan
menandingi dengan menurunkan harga juga. Jadi kuantitas permintaan produk
perusahaan akan naik apabila harga turun, tetapl yang pasti tidak sebanyak
seperti yang akan diperolehnya apabila perusahaan lain tidak menurunkan
harganya. Sebaliknya jika perusahaan menaikkan harga diatas P, maka penjualan
merosot lebih tajam, sebab berdasarkan asumsi ke 2 diatas, perusahaan lain
tidak ikut menaikkan harga. Akibatnya, kurva permintaan yang dihadapi oligopolis
akan menjadi sangat elastis pada harga-harga diatas harga equilibrium semula
dan kurva permintaan akan patah pada equilibrium semula.
·
Conscious Parallelism
Penyesuaian secara
simultan dari harga dengan harapan pesaing akan melakukan hal yang sama. Hal
ini terjadi apabila kenaikan ongkos pada semua perusahaan, seperti kenaikan
upah dasar atau kenaikan bahan baku, maka perusahaan secara individu berharap
seluruh perusahaan akan mempertahankan profit marjin dengan membebankan pada
konsumen.
Kurva permintaan yang
relevan untuk kenaikan harga secara conciously paralel adalah adalah kurva
permintaan matatis mutandis pada tingkat harga baru yang dipilih dimana tingkat
yang dilalui kenaikan harga tidak diikuti oleh pesaing.
Perusahaan berdasar atas
pengalamannya akan menggeser kurva MC ke MC’ dengan harapan perusahaan bersaing
juga mengalami kenaikan ongkos yang sama juga menaikkan harganya. Perusahaan
menaikkan harga dari P ke P’ dengan tujuan menggeser kenaikan ongkos pada
kunsumen dan menghubungkan koprdinat harga dan kuantitas yang baru juga
bergeser dari A ke A’ sepanjang kurva mutatis mutandis.
Jika harapan pesaing akan
bertindak sama menaikan harga maka
koordinat yang baru adalah A’, kurva permintaan patah yang baru D’A’D
dan kurva MR baru adalah D’ B’ C’ MR. Karena nsemua perusahaan mengharapkan
untuk mempertahankan bagian pangsa pasarnya. Setiap perusahaan mengharapkan
dapat mempertahankan profit margin per unit.
Gambar : Conscious Parallelism Dalam Kurva D
Patah Model Oligopoli
·
Model Kepemimpinan Harga (Price Leadership Model)
Model kepemimpinan harga
dipergunakan untuk menjelaskan penyesuaian kenaikan harga dalam oligopoli.
Dalam model ini hanya satu perusahaan mengambil inisiatif lebih dahulu dan pada
waktu yang relatif singkat akan diikuti oleh semua atau sebagian perusahaan
yang ada dipasar untuk menyesuaiakan harga pada tingkat yang sama.
Ada tiga model
kepemimpinan harga yaitu kepemimpinan harga barometris, kepemimpinan harga
dengan struktur ongkos rendah dan kepemimpinan harga oleh perusahaan dominan.
1.
Kepemimpinan harga barometris
Kepemimpinan harga
barometris memiliki kemampuan akurat untuk memprediksi kapan situasi yang tepat
untuk merubah harga. Mengikuti kenaikan umum upah tenaga kerja, dan input-input
yang lain atau kenaikan permintaan. Perusahaan barometris menduga semua
perusahaan siap untuk merubah harga dan mengambil resiko dengan mempelopori
menyesuaikan harga.
Jika perusahaan
perusahaan lain percaya pada dugaan tersebut mengenai kondisi pasar, tentulah
mereka akan menyesuaikan. Namun bila terlalu tinggi penentuan harga perusahaan price
leader maka ia akan menyesuaikan harga dengan tingkat yang lebih rendah.
Jika perusahaan lain
tidak menyetujui perubahan harga tersebut maka penyesuaian harga dapat diganti
dengan perusahaan lainnya, sehingga perusahaan barometris merupakan perusahaan
yang dipandang mempunyai reputasi baik oleh perusahaan lain dalam menetapkan
harga pada setiap kondisi pasar yang berubah.
2.
Kepemimpinan harga oleh perusahaan dengan struktur ongkos
rendah
Perusahaan dengan
struktur ongkos rendah memiliki keuntungan ongkos dibanding dengan pesaingnya.
Perusahaan tersebut menjadi pemimpin harga karna karna perusahaan tersebut
mempunyai kekuatan untuk melakukan perang harga karena mempunyai struktur biaya
yang rendah. Perusahaan lain diam-diam setuju dengan penyesuaian harga oleh
perusahaan tersebut.
Gambar: Low Cost Firm
Price Leadership:Simple Two Firm, IdenticalProducts Case
Penjelasan :
·
Kurva MC dari dua perusahaan yang ditunjukkan MCa
perusahaan A dan dengan biaya yang lebih rendah dan MCb untuk perusahaan B yang mempunyai biaya
yang lebih tinggi.
·
Perusahaan A memaksimumkan keuntungan atas bagian pasar
yang dikuasai dengan harga P dan output Q dan perusahaan B pun menetapkan harga
mengikuti sebesar P.
Perusahaan B menentukan
ongkos output sebesar Q karena dibawah jumlah itu MC akan lebih besar dan pada
tingkat MC lebih besar daripada MR perusahaan B akan memilih tingkat harga sama
dengan perusahaan A dan pangsa pasar dibagi dengan jumlah yang sama besar.
3.
Kepemimpinan harga oleh perusahaan dominan.
Perusahaan dominan yaitu
perusahaan yang mempunyai bagian yang lebih besar dibanding pesaingnya dalam
pasar maka perusahaan kecil menerima kepemimpinan pasar oleh perusahaan yang
dominan. Dengan demikian perusahaan kecil mudah menyesuaikan output yang memaksimumkan
keuntungan (MC=MR).
Perusahaan dominan
mengetahui beberapa besar perusahaan kecil mensuplay barang kepasar pada setiap
tingkat harga karena perusahaan kecil akan mensuplay barang sampai pada tingkat
MC=MR. Karena MR=P maka posisi perusahaan kecil secara individu sangat kecil
dan tidak mempengaruhi harga pasar. Sehingga perusahaan kecil menganggap kurva
MC merupakan kurva penawaran.
Dengan mengetahui berapa
besar barang yang akan disuplay perusahaan kecil pada setiap tingkart harga
maka perusahaan dominan akan mengetahui permintaan pasar yang belum dapat
dipenuhi pada setiap harga. Resedual permintaan ini dapat diukur dari periode
MC dengan kurva permintaan pasar D pada setiap tingkat harga.
Dari pembahasan di muka
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1) Model penecapan harga
produk perusahaan bergantung pada bencuk pasar di mana perusahaan berada.
Masfng-masing model didasrkan atas asumsi siruktural dan asumsi perilaku
mas1ng-masing bencuk pasar.
2) Penetapan harga produk
perusahaan pada persaingan murni didasarkan atas kekuatan pasar (mekanisme, D
dan S). Dengan demikian perusahaan hanya bertindak sebagai pengambil harga (price takers) yang
terjadi di pasar.
3) Dalam bentuk pasar
monopoli, persaingan monopolistik dan oligopoli
perusahaan bertindak sebagai
pembuat harga (price makers), sebab perusahaan memlliki kontribusi yang
cukup besar dalam penentuan harga pasar. Dalam pasar monopoli, hanya terdapat
satu penjua oleh sebab itu perusahaan monopolis yang menetapkan harga dipasar.
Monopolis akan menetapkan harga saat dapat dicapai laba yang maksimum, yaitu
saat MC = MR.
4) Dalam bentuk pasar persaingan
monopolistik produk yang dijual tidak homogen, tetapi satu sama lain mempunyai
daya substitusi dengan produk lainnya. Harga produk setiap perusahaan tidak
sama ata harga produk di pasar adalah berbeda. Untuk memaksimumkan laba tingkat
harga dan output yang ditawarkan adalah saat MC = MR.
5) Penetapan harga dalam
oligopoli dapat dilihat melalul tiga bentuk yaitu;
§ Model kurva permintaan
patah
§ Model concious parallelism
§ Model kepemlmpinan harga
Penetapan harga jual produk merupakan salah satu jenis pengambilan
keputusan manajemen yang penting. Bagi nanajemen petapan harga jual produk
bukan hanya nenyangkut kebijakan bidang
pemasaran atau bidang keuangan, tetapi merupakan kebijakan yang berkaitan
dengan seluruh aspek kegiatan perusahaan. Penetapan harga jual produk selain
mempengaruhi volume .penjualan juga akan mempengaruhi jumlah keuntungan
perusahaan.
Masalah penetapan harga
jual produk banyak dijumpai terutama bagi produk baru yang dihasilkan oleh
perusahaan. Untuk jenis produk baru yang belum pernah ada di pasar, faktor
ketidakpastian permintaan terhadap produk tersebut pada pada umumnya
menimbuIkan masalah dalan penetapan harga jual. Sedangkan jenis produk baru
yang sebelumnya sudah ada di pasar, faktor ketidakpastian di pasar akan semakin
berkurang. Masalah yang dihadapi adalah apakah produk baru tersebut mampu
menjadi produk penganti (subsitusi) bagi produk yang lebih dulu beredar di
pasar.
Dalam pasar persaingan
(tidak sempurna) permintaan suatu barang akan sangat dipengaruhi oleh harga
jual produk. Pada prinsipnya harga jual harus dapat menutup biaya dan laba yang
diharapkan. Manajer harus bisa menetapkan harga jual yang dapat memaksimalkan
laba.
Dalam tulisan ini akan dijelaskan dua metode
yang dapat digunakan dalam menetapkan harga jual suatu produk. Kedua metode
yang dimaksud adalah penetapan harga jual dengan pendekatan marginal dan
pendekatan Markup. Lebih jauh dalam makalah ini akan dibahas tentang rekonsiliasi
penetapan harga dalam pasar yang sudah mapan.
Adapun tujuaan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara menetapkan:
· Harga jual dengan
menggunakan pendekatan marginal
· Harga jual dengan
menggunakan pendekatan markup
· Harga jual dengan
rekonsiliasi Marginal dan Markup
· Harga jual produk di
pasar Mapan
3.
Penetapan Harga jual
dengan menggunakan Pendekatan Marginal
Untuk menetapkan harga jual produk dengan menggunakan pendekatan Marginal
dalam kondisi ketidakpastian dapat digunakan 3 metode, antara lain sebagai
berikut:
a. Penggunaan Taksiran Kurva Permintaan dan MC.
Setelah perusahaan
mendapatkan taksiran kurva permintaan, perusahaan dapat menbuat fungsi MR.
Dengan asumsi MC konstan, pada kisaran output tertentu, kita dapat menetapkan
MR = MC sehingga dapat diperoleh. Tingkat kuantitas dan harga yang dapat
memaksimumkan laba.
b. Penggunaan Taksiran
Elastisitas Harga dan MC
Untuk mendapatkan nilai
taksiran elastisitas harga. dari
suatu produk di sekitar
harga tertentu, dapat digunakan rumus elastisitas (e = dQ/dP
x P/Q) sehinga dapat dihitung
slope kurva permintaan (b = dP/dQ). Selanjutnya dari
nilai e, P dan Q
dapat dihitung titik potong
a dalam kurva
permintaan tersebut (P = a + bQ), setelah dapat diketahui nilai P, b, Q
dapat diketahui MR. Dengan menetapkan MC
= MR dapat diketahui harga dan kuantitas
yang optimum.
c. Penggunaan Taksiran Biaya dan penerimaan Inkremental
Pendekatan Inkremental
dan pendekatan kontriusi tersebut merupakan pendekatan
Marginalis, karena pendekatan tersebut memperhatikan
perubahan-perubahan baik perubahan TR
maupun TC. Namun pendekatan
inkremental tidak mensyaratkan penyesuaian output sebesar 1 unit setiap
waktu. Oleh karena itu masalah
indivisibi1itas dan diskontinuitas permintaan
dapat diselesaikan dengan
menggunakan pendekatan inkremental.
Jika permintaan mengandung indivisibi1itas atau diskontinuitas fungsi MR tidak dapat dibuat,
karena kurva TR tidak kontinue,
Sebagai gantinya dapat dibandingkan
biaya dengan penerimaan
inkremental pada setiap tingkat
harga dan memilih harga yang memberikan kontribusi yang maksimum.
Metode metode penetapan
harga di atas hanya berdasarkan informasi saja. Untuk lebih meyakinkan bahwa
informasi harga tersebut benar, maka harus yakin pula bahwa hasil penaksiran
permintaan dan biayanya betul-betui menunjukkan yang aktual dengan asumsi
ceteris paribus. Oleh karena data permintaan dan biaya hanya merupakan hasil
penaksiran, sehingga hasil yang aktual bisa sangat berbeda dengan hasil yang
diharapkan. Inilah sifat dari proses pengambilan keputusan dalam keadaan yang
tidak pasti. Jika ada informasi baru yang datang belakangan, maka informasi
baru tersebut akan merupakan dasar bagi keputusan berikutnya.
4.
penetapan Harga Jual dengan Rule'
of Thumb (Markup Pricing)
Cara rule of thumb pricing atau sering dianggap sebagai Markup Pricing ini
dianggap sebagai metode jalan pintas dalarn pembuatan keputusan agar menghemat
biaya dan waktu si pembuat keputusan. Inefisiensi pembuatan keputusan dengan
cara ini timbul karena
adanya profitabilitas yang hilang sebagai akibat dari keputusan yang optimum
untuk keadaan-keadaan tertentu tidak di ambil.
Pada keadaan tertentu penetapan cara Markup pricing akan lebih
menguntungkan bagi suatu perusahaan dari pada metode marginalis pricing. Namun
demikian prinsip-prinsip yang terkandung dalam marginalist pricing tetap
diperlukan untuk menetapkan cara Markup pricing yang optimum. Selain itu perusahaan tersebut secara
periodik harus mencari data biaya dan permintaan untuk memastikan bahwa
harganya berada pada tingkat yang terbaik dalam mencapai tujuan perusahaan
tersebut.
Markup Pricing juga dikenal sebagai cost plus pricing
adalah cara penetapan
harga nelalui penambahan suatu prosentase tertentu pada biaya langsung.
Rumusnya adalah :
P= AVC + x
% (AVC)
Dimana X adalah prosentase markup yang merupakan kontribusi per unit
terhadap biaya overhead dan laba, oleh karena itu penentuan nilai markup berarti juga penentuan marginal kontribusi
(CM), maka persamaannya dapat diubiah
menjadi:
P = AVC +
CM
Besarnya Markup tersebut tergantung pada kemauan konsumen apakah mereka mau
membeli pada tingkat harga yang lebih tinggi sebagai akibat dari suatu tingkat
Markup yang lebih tinggi. Bahkan Sebuah perusahaan yang bertindak sebagai
monopolis harus mengakui bahwa pada tingkat harga yang lebih tinggi, konsumen
secara agregatif akan membeli jumlah barang yang lebih sedikit. Demikian juga
dengan oligopolis harus nemperhatikan perbandingan antara harga produknya
dengan harga pesaingnya. Faktor-faktor utama yang menentukan prosentase Mark Up
adalah biaya tetap rata-rata dan 1aba yang diharapkan. Rekonsiliasi Markup dan
Marginalist Pricing.
Untuk setiap tingkat harga yang ditentukan dengan cara marginalist yaitu MC
= MR, telah terkandung prosentase Markup didalamnya. Misalnya jika tingkat
harga yang menghasilkan laba maksimum Rp 600,00 dan AVC adalah Rp 400,00 maka
Markup yang terkandung adalah 50% karena Rp 600,00 adalah 150 % dari Rp 400,00.
Dalam hal ini ditunjukkan perbedaan kurva Marginalist dan Markup di bawah
ini :
Gambar: Marginalist
Pricing Markup Pricing
Keterangan:
Pada gambar (a) penentuan harga secara
marginalist MC = MR pada tingkat output QO dan harga yang memaksimalkan laba
sebesar P. Pada gambar (b) dengan
pendekatan Markup tersebut tanpa
bantuan kurva permintaan dan MR, perusahaan dapat menetapkan Markup sebesar 50 % diatas AVC
sehingga diperoleh tingkat
harga yang sama
yaitu sebesar P dan tingkat kuantitas sebesar QO. Perusahaan hanya mengetahui
satu titik pada kurve
permintaannya yaitu titik A,
dimana konsumen meminta sebanyak QO unit
pada tingkat harga P.
Penetapan harga dengan metode Markup pricing
pada contoh tersabut sangat
menguntungkan karena perusahaan
dapat menentukan harga yang memaks
imalkan labanya tanpa mengeluarkan biaya (search cost) untuk menaksir
bentuk dan letak kurva permintaannya.
Dalan dunia bisnis biaya variabel rata-rata
(AVC) seringkaili konstan atau dianggap konstan pada
kisaran output tertentu sehingga dalam keadaan seperti ini MC =
AVC.
Rumus persamaan
rekonsiliasi antara Markup Pricing dan
Marginalis adalan sebagai berikut ;
P = AVC + () AVC
Misalnya :
Nilai
elastisitas harga tertentu adalah -5,
maka akan diperoleh perhitungan
sebagai berikut :
P = AVC +
(-1/-4) AVC
=
AVC + 25 X AVC
Pada Tabel di bawah, ditunjukkan
tingkat Mark Up yang memaksimumkan
Iaba untuk berbagai
nilai elastisitas. Perhatikan bahwa tingkat Mark Up yang optimal
berubah-ubah secara berbalikan
dengan nilai elastisitas harga. Oleh
karena itu, produk-produk
yang mempunyai nilai elastisitas
(harga) permintaan yang lebih tinggi seyogya mempunnyai prosentase Markup yang lebih rendah untuk menghasikan kontribusi
total yang maksimum terhadap
biaya overhead dan laba.
Didalam praktek,
penetapan markup jarang memperhatikan tingkat elatisitas harga. Perusahaan lebih cenderung menetapkan besarnya markup
dengan cara;
(1) Mencoba-coba,
(2) Menetapkan tingkat markup
yang sama dengan yang ditetapkan oleh perusahaan-perusahaan lainya, atau
(3) Menetapkan markup yang
membuat harganya sesuai dengan tingkat harga yang ditetapkan oleh pemimpin
harga di pasar.
Oleh karena perusahaan tersebut menetapkan besarnya markup dengan melihat
keadaan pasar dan ingin memaksimalkan kontribusi terhadap biaya overhead dan
laba, maka tingkat harga markup akan mendekati tingkat harga yang ditunjukkan
oleh cara marginalis. Nilai markup yang memaksimumkan laba dengan elastisitas
tertentu ditunjukkan pada tabel di bawah ini
Tabel: Tingkat
markup yang memaksimumkan laba
dengan nilai elastisitas tertentu
Elemen
value |
Markup
Rate % |
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 |
∞ 100 50 33,3 25 20 16,7 14,3 12,5 11,1 |
a. Kisaran tingkat markup
yang bisa diterima
Karena cara markup
pricing ini menghindari search cost yaitu biaya untuk penaksiran kurva
permintaan, maka tingkat Markup tersebut bisa bervariasi dalam batas-batas
tertentu dan masih bisa diterima.
Artinya, perusahaan
tersebut biasa mendapatkan laba paling tidak sama besarnya dengan laba yang
akan diperolehnya jika perusahaan tersebut
mengeluarkan search cost untuk menentukan kurva permintaan dan harga
dimana MC = MR.
Gambar
dibawah ini menunjukkan kisaran markup yang bisa diterima untuk perusahaan yang
memaksimumkan laba.
Gambar : Kisaran markup yang bisa diterima untuk perusahaan yang
memaksimumkan
Keterangan :
Laba ditunjukkan oleh
jarak vertikal antara TR dan TC pada setiap output,(kurva π). Jika perusahaan
mengeluarkan search cost maka TFC akan naik, demikian juga TC.
Akibatnya, laba akan bergeser turun
dengan jarak vertikal yang sama.
Harga yang memaksimalkan
laba, ditunjukkan oleh P* dimana MC = MR. Jika perusahaan
tersebut mengeluarakan search cost, maka titik E merupakan tingkat laba terbaik
yang bisa tercapai. Jika perusahaan tersebut tidak mengeluarkan search cost,
maka perusahaan menetapkan harga P* dan memaksimumkan laba pada titik A. Tetapi
perhatikan bahwa setiap titik pada kurva laba π antara B dan .C
menghasilkan laba yang lebih banyak daripada di titik E. Berkaitan dengan kurva
permintaan dari. ganbar tersebut, setiap harga antara P1 dan P2. menghasilkan laba yang
lebih banyak (tanpa search cost) dari pada harga P (setelah search cost
dikeluarkan).
Besarnya tingkat markup
yang ditambahkan pada AVC biasanya terjadi antara tingkat yang rendah (P1-AVC)/AVC dan tingkat
yang tinggi (P2 – AVC)/AVC, dan perusahaan tersebut akan memperoleh
laba yang lebih banyak tanpa melakukan penaiksiran untuk memastikan kurva
permintaannya. Dalara gambar, kita bisa mencatat bahwa dalam contoh ini setiap
markup antara 50 - 100 % akan menghasilkan laba yang lebih banyak dibandingkan
dengan alternatif mengeluarkan Search Cost untuk menetapkan harga yang tepat.
b. Markup Pricing dan
Pergeseran Permintaan yang iso elastis
Jika sebuah perusahaan
telah menentukan tingkat markup yang memaksimumkan labanya, maka perusahaan
tersebut akan terus mempertahankan tingkat markup itu walaupun terjadi pergeseran kurva permintaannya.
Markup yang konstan ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar markup yang konstan
Keterangan :
Situasi permintaan awal
ditunjukkan dengan kurva permintaan D dan kurva MR. Mengingat MC = AVC harga
yang memaksimuinkan laba adalah P, yang menunjukkan tingkat maarkup sekitar 70
% di atas AVC dan tingkat output yang memaksimumkan laba sebesar Qo.
Peningkatan 40 % dalam
kuantitas yang diminta di setiap tingkat harga ditunjukkan oleh pergeseran
kurva permintan ke D'. Pergeseran ini disebut pergeseran kurva permintaan iso
elastis, karena pergeseran tersebut tidak mengubah elastisitas harga
permintaan. Misalkan tingkat elastisitas pada titik A dan B adalah -2,4 pada
masing-masing titik tersebut.
Markup tetap 70 % dapat
ditambah pada AVC meskipun kurva permintaan bergeser, sepanjang pergeseran
tersebut bersifat iso elastis dan MC tetap.
c. Markup Pricing dalam
Keadaan inf lasioner
Markup Pricing yang
diterapkan pada AVC yang semakin meningkat akan mengakibatkan kenaikan tingkat
harga yang sebanding. Untuk mengetahui perbandingan tersebut kita, dapat
melihat pada tabel di bawah ini ;
Tabel Markup Pricing
dalan Keadaan Inflasioner
Jan. I Dec. 31 Change
(S) (S) r%;
Avcraet variable cosis 6.00 6.60 10
'40% markup
2.40 2.64 10
Price 8.40 9.24 10
Markup pricing dalam
keadaan inflasi cenderung meningkatkan biaya produksi, yang ditanggung oleh
konsumen , Jika pendapatan konsumen naik 10 %. maka produk tersebut
tetap memerlukan proporsi. pendapatan yang sama seperti keadaan sebelum terjadi
inflasi.
Oleh karena itu perubahan
tingkat harga sebesar 10 %.bukanlah perubahan harga riil, dalam arti bahwa
kenaikan harga tersebut tidak mengakibatkan daya beli masyarakat menurun.
Gambar:
konstan markup dalam keadaan inflasioner
Oleh karena itu
menentukan tingkat markup dalam kondisi inflasioner perusahaan harus
menyesuaikan dengnn perubahan pendapatan konsumen.
d. Markup Pricing sebagai suatu alat
Koordinasi.
Permasalahan yang paling
sulit bagi pembuat keputusan khususnya dalam pasar oligopoli adalah penetapan
harga. Penetapan harga sangat tergantung pada perusahaan-perusahaan saingannya,
sehingga perlu diadakan koordinasi diantara perusahaan dalam menetapkan harga
agar tidak kehilangan pangsa pasarnya.
Pada kondisi concious
parallelism, apabila terjadii perubahan biaya, suatu .perusahaan nengharapkan
perusahaan-perusahaan lain meningkatkan harga-harga produknya dengan proporsi
markup yang wajar.
e. Penetapan Harga Jual
Produk dalan Pasar Mapan
Dalam pasar produk yang
sudah mapan, tingkat harga umum telah terbentuk untuk waktu yang cukup lama,
dimana tingkat harga tersebut merupakan tingkat harga yang memenuhi tujuan
pemimpin harga atau perusahaan secara umum. Tingkat harga umum bisa dirubah
oleh pemimpin harga atau Perusahaan secara umum dengan cara merubah tingkat
markup terhadap biaya langsung yang baru.
a)
Positioning harga
Harga suatu produk akan
ditetapkan lebih tinggi atau lebih rendah dari harga produk pesaing tergantung
dari ada tidaknya atribut-atribut dari produk tersebut yang dinginkan oleh
konsumen secara umum, Sebagai contoh, di pasar komputer (PC) ada berbagai macam
komputer dengan berbagai variasi dalam berbagai tingkat harga. Penambahan atau
pengurangan harga akan tergantung pada nilai paket keseluruhan dari atribut-atribut
yang terkandung dalam produk tersebut (misalnya: memory, disk drive, dll).
Penentuan harga produk. beserta atribut-atributnya dapat diketahui melalui
riset pasar.
Perusahaan seharusnya
mengetahui harga reservasi konsumen, yaitu jumlah maksimun yang akan dibayar
oleh konsumen untuk suatu produk tertentu. Seorang konsunen akan membeli sebuah
produk jika harga reservasinya lebih besar dari harga yang diminta penjual,
Riset pasar yang dilakukan dengan cermat akan membantu perusahaan untuk memperoleh
harga-harga reservasi untuk suatu produk dan untuk setiap atribut didalamnya.
Penyusunan harga-harga reservasi
tersebut dengan urutan yang semakin menurun, pada hakekatnya sama dengan
menggambarkan kurva permintaan suatu produk dengan atribut-atributnya.
b)
Penetapan Harga Jual Lini Produk
Pada hampir semua kasus
penetapan harga, pembuat keputusan tidak hanya memperhatikan harga satu produk
saja, tetapi juga harga-harga lini produk substitut dan komplementer yang
dihasilkan oleh perusahaan.
Rekonsiliasi penentuan
harga dengan cara markup dan marginalis menunjukkan bahwa produk dengan
elastisitas harga yang lebih rendah seyogyanya dapat memberikan kontribusi dalam jumlah yang relatif lebih besar
daripada produk dengan elastisitas harga yang lebih tinggi. Elastisitas harga
yang lebih tinggi merupakan akibat dari produk yang mempunyai banyak substitut
atau relatif mahal oleh karana itu, pengambil keputusan seyogyanya menetapkan
harga setiap produk
berdasarkan biaya absolutnya dan ada tidaknya barang pengganti sebelum
menetapkan tingkat Markup yang tepat di atas AVC-nya.
Pada kasus lini produk,
perusahaan harus memperhatikan interdependensi permintaan antar produk. Sebagai
contoh; kenaikan harga suatu produk akan meninbulkan penjualan barang-barang
substitusinya dan akan menurunkan penjualan barang-barang komplemennya pada
lini produk tersebut. Kontribusi total terhadap biaya overhead dan laba akan
maksimum jika kontribusi dari setiap produk dalam suatu lini produk ditetapkan
berdasarkan letak maupun fungsinya pada lini produk tersebut, dan tingkat
persaingan yang dihadapi di pasar. Apabila produk-produk dalam lini itu
bersifat komplementer, seperti kamera, perlengkapan kamera, film, mungkin akan
lebih baik jika perusahaan menentukan harga untuk produk dasar dengan Markup
yang relatif rendah untuk mencapai terobosan sasar yang luas. Jika
produk-produk komple-menternya harus dibeli dari perusahaan yang sama maka pada
masa yang akan datang penjualan produk-produk komplenenter tersebut akan
tergantung oleh penjualan produk dasarnya. Pada beberapa kasus, kontribusi
total dari suatu lini produk dapat dimaksimumkan dengan mene-tapkan produk
dasarnya sebagai " pemimpin rugi" (loss leader) atau produk promosi
yaitu dengan cara menetapkan harganya lebih rendah daripada yang seharusnya.
Jika dua produk atau
lebih pada lini tersebut bersifat substitusi, maka harga produk yang berada
pada lini dasar harus ditetapkan dengan sangat hati-hati, Sebagai contoh, pada
industri mobil, konsumen potensial tampaknya lebih tertarik
pada produk-produk yang
diiklankan dengan harga yang relatif rendah. Di ruang peragaan, konsunen dapat
diyakinkan oleh tenaga marketing untuk membeli model yang lebih mewah dengan
sejumlah pilihan barang tambahan (asesory) sehingga menghasilkan markup yang
lebih tinggi. Pada lini Substitusi, harga produk lini dasar atau entry level
ditetapkan lebih dahulu dengan melihat harga-harga pesaing untuk produk yang
sama. Jika kualitasnya lebih baik atau lebih rendah dibandingkan dengan
produk-produk pesaing pada skala kualitas yang sama, maka harganya dapat
ditetapkan sedikit lebih tinggi atau sedikit lebih rendah dari pada produk
produk pesaing tersebut, Positioning harga yang sederhana ini dapat
dimodifikasi seperlunya jika perusahaan memperhitungkan interdependensi
permintaan. Perusahaan tersebut dapat menetapkan harga dibawah harga pesaingnya
untuk produk yang sama dengan harapan bahwa citra "nilai lebih baik"
ini diasosiasikan dengan merknya sehingga menggeser kurva permintaan semua
produk pada lini itu ke kanan dan pada akhirnya meningkatkan penjualan
produk-produk lini tersebut.
Interdependensi
permintaan yang lain muncul bila konsumen mempunyai kecenderungan untuk menjadi
pelanggan karena kepuasan yang didapat ketika membeli suatu produk pada waktu
sebelumnya. Pada kasus dimana penjual memperkirakan pembeli menggeser
permintaannya ke produk yang berkualitas lebih tinggi di masa yang akan datang,
maka sebaiknya perusahaan menetapkan harga produk entry level tersebut dengan
tingkat Markup yang lebih rendah. Dealer nobil cenderung mengikuti pola ini.
Pada puncak lini
substitusi terdapat produk "pemimpin"
(flag ship item). Permintaan akan produk ini mungkin akan sangat
terbatas sebab harganya relatif mahal. Para pembeli akan memilih barang
substitusi yang menberikan surplus konsumen yang lebih tinggi, atau perbedaan
terbesar antara harga reservasi dan harga yang ditetapkan oleh penjual.
c)
Penentuan Harga Produk Dalam Satu Paket
Pembundelan produk adalah
cara penjualan satu produk atau lebih secara bersama-sama sebagai satu paket
dengan harga tunggal. Sebagai contoh, rumah makan menyajikan menu-menu
tertentu: sop pembuka, makanan utama, makanan penutup serta minuaan dengan satu
harga tunggal.
Berdasarkan penelitian,
perusahaan mempunyai insentif laba untuk menbundel produknya jika tindakan itu
memungkinkan penarikan surplus konsumen dengan jumlah yang lebih besar dari
konsumen potensial. Biasanya penjual akan menawarkan produk secara bundelan
dalam satu paket dengan harga yang lebih rendah. Jika pembeli hanya menginginkan
satu atau beberapa elemen dari produk-produk dalam bundel itu harus membayar
lebih mahal daripada yang seharusnya. Penjualan dengan cara bundei dapat
memberikan laba lebih besar karena hasil penjualan secara keseluruhan lebih
tinggi daripada jika produk-produk ditetapkan secara terpisah.
Beberapa perusahaan
menawarkan produk tertentu dalam beberapa ukuran yang berbeda seperti
botol-botol aqua ada yang kecil, sedang dan besar. Ukuran-ukuran yang lebih
besar dapat dipandang sebagai bundelan atau penggandaan dari ukuran-ukuran yang
lebih kecil untuk produk yang sama.
Dengan demikian
Pembundelan dapat berbentuk pemaketan produk-produk yang berbeda secara
bersama-sama, dan penawaran produk yang sama dalam wadah-wadah yang berbeda
ukuran.
Perusahaan harus mempertimbangkan penawaran produk dengan sebaik-baiknya
dalam bundelan maupun secara terpisah. Dalam praktek perusahaan harus
mengadakan riset pasar untuk memperkirakan produk-produk nana yang dijual
secara bundelan ataupun secara individu. Perusahaan harus mengetahui
distribusi harga reservasi konsumen.
Dalan pasar oligopoli
sebuah perusahaan dapat ditekan oleh tindakan lawan-lawannya untuk mengadakan
pembundelan sebagai strategi penetuan harga. Semakin besar derajat kesamaan
dengan produk-produk lawan dan semakin mudah konsumen mengevaluasi
atribut-atribut produk tersebut di pasar, maka semakin berkurang laba yang
diharapkan dari pembundelan produk.
d)
penetapan Harga Promosi
Penetapan harga promosi (dealing),
merupakan penawaran potongan harga kepada konsumen dengan cara mengobral produk
(on sale) selama periode tertentu, Beberapa alasan yang menyebabkan
perusahaan melakukan penjualan dengan harga promosi, antara lain: (1)
perusahaan ingin memiliki kelebihan persediaan dan ingin mengurangi biaya
penyimpanan, (2), pemasok perusahaan tertentu memberikan diskon dari harga
grosir, (3) perusahaan ingin memperluas jaringan distribusinya dengan
menawarkan potongan harga sebagai perkenalan atas produknya, (4) perusahaan
menurunkan harga sebagai strategi untuk mengimbangi perusahaan-perusahaan
pesaingnya yang sedang mengobral produknya, (5) perusahaan mengobral beberapa
produknya sebagai loss leaders
untuk meningkatkan permintaan
konsumen terhadap produk-produk lain yang dihasilkan perusahaan.
Penetapan harga promosi
selain membawa beberapa keuntungan bagi perusahaan, juga membawa beberapa
kerugian yaitu;
(1) jika permintaan tidak
seelastis seperti yang diharapkan maka hasil penjualan dan laba dari produk
yang diobral bisa jatuh,
(2) beberapa pembeli mungkin
tidak akan membeli pada tingkat harga yang normal dan menunggu sampai produk
diobral lagi,
(3) penjualan dengan harga
promosi dapat menghancurkan persepsi konsumen tentang kualitas produk yang
diobral dan menyebabkan jumlah permintaan pada tingkat harga biasa jatuh.
Perusahaan harus
mengetahui kelompok masyarakat yang suka meinbeli produk dengan harga pronosi
tersebut. Hasil penelitian (Blattberg .'1978) menunjukkan bahwa orang-orang
berpendapatan tinggi, pasangan keluarga yang sama-sama bekerja. atau dengan
anak-anak yang belum seko1ah,
cenderung kurang berminat
dengan cara "obralan".
masyarakat yang memi1iki rumah dan kendaraan sendiri cenderung lebih berminat
belanja dengan cara tersebut. Dengan kata lain konsunen yang membeli pada harga
promosi cenderung memiliki cost opportunity yang relatif rendan dari
waktu mereka, kemampuan untuk berkeliling,dan rumah untuk menyimpan
barang-barang ini sebagai persediaan pribadi. Oleh karena itu, advertensi perusahaan Iebih menguntungkan
bila ditujukan kepada keluarga berpendapatan rendah sampai menengah dan
konsumen yang memiliki kendaraan.
Penetapan harga promosi
sering ditujukan untuk jenis barang makanan dan barang-barang keperluan rumah
tangga. Jenis barang-barang tersebut pada umumnya mempunyai tingkat elastisitas
relatif besar, Teori permintaan mengatakan bahwa pada umumnya produk-produk
yang elastisitas permintaannya relatif besar lebih cocok untuk diberikan
potongan harga. Salah satu faktor yang mempengaruhi elastisitas harga suatu
barang adalah jumlah dan tersedianya subtitusi dari barang tersebut. Makanan
dan barang-barang keperluan rumah tangga khususnya mempunyai substitut dekat,
sehingga menyebabkan permintaan akan setiap merek menjadi relatif elastis.
Philip Nelson (1970)
membagi produk menjadi 2 jenis, yakni produk-produk yang mengandung
"atribut riset" dan "atribut pengalaman". Produk yang
mengandung "atribut riset"
dengan mudah dapat dievaluasi dan diukur seperti besar dan berat dari
produk-produk makanan, model pakaian, dan ketepatan waktu berangkat pesawat
terbang. Barang-barang yang mengandung atribut pengalaman hanya dapat
dievaluasi sesudah pembelian, dan sesudah dievaluasi akan diputuskan untuk tidak
atau membeli produk tersebut di masa yang akan datang berdasarkan pengalaman
konsunen. Rasa anggur tertentu, efektivitas detergen dan deodoran, dan kualitas
cat termasuk dalam atribut pengalaman. Dengan demikian produk-produk yang
mempunyai atribut pengalaman Secara efektif memiliki lebih sedikit substitut
yang disadari oleh konsumen, dibandingkan dengan barang-barang yang memiliki
atribut riset.
Oleh karena itu,
penetapan harga promosi lebih sering digunakan di pasar-pasar produk riset,
dimana penurunan harga akan membawa lebih banyak respons permintaan yang sangat
drastis.
5.
Kesimpulan
1) Penetapan harga jua1
dengan pendekatan marginal dapat digunakan tiga metode, yaitu (a) menggunakan
taksiran kurva permintaan dan MC, (b) Menggunakan taksiran elastisitas harga
dan MC, dan (3) membandingkan antara taksiran biaya dan penerimaan inkrenental.
2) Penetapan harga dengan
pendekatan markup adalah cara menetapkan harga dengan menambahkan prosentase
tertentu pada biaya langsung. Besarnya tingkat prosentase markup akan
tergantung pada besarnya biaya tetap rata-rata dan laba yang diharapkan.
3) Penetapan harga dengan
rekonsi1iasi markup dan marginalis dapat dilakukan dengan cara memasukkan
aturan marginalis (MC = MR) dalan markup pricing sehingga diperoleh laba
yang maksinun. Dalam praktek, besarnya tingkat markup dapat dibuat dalam
kisaran tertentu. Tingkat markup dengan prosentsse tetap akan memaksimumkan
laba selama kurva permintaan bersifat iso elastis, Dalam keadaan
inflasioner tingkat markup harus disesuaikan dengan tingkat perubahan
pendapatan masyarakat. khusus dalam pasar oligopolis tingkat markup dipakai
sebagai alat koordinasi dalam penetapan harga.
4) Dalam pasar produk yang
telah mapan pada dasarnya harga umum telah terbentuk. Harga tersebut dapat
dinaikkan atau diturunkan dengan melihat atribut yang terkandung dalam produk, sifat produk baik dalam lini maupun bundelan
serta untuk tujuan promosi.
C.
PENUTUP
1. Kegiatan
Perkuliahan
c. Kegiatan Dosen
1) Dengan metode ceramah bervariasi
menjelaskan topic 10.
2) Mengarahkan presentase dan diskusi.
3) Member dan
menagih penugasan individu untuk tugas.
d. Kegiatan Mahasiswa
1) Memperhatikan dan mengkaji penjelasan
materi topic 10.
2) Melaksanakan diskusi dan presentase
3) Menyelesaikan dan menyerahkan tugas
kelompok dan individu .
2. Evaluasi
a. Jenis Evaluasi:
Pre test dan post test, serta partisipasi
kegiatan pembelajaran.
b.Alat Evaluasi:
Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi
pokok bahasan 10
c.Materi Evaluasi:
1) Jelaskan ruang lingkup penetapan harga.
2) Jelaskan model-model penetapan harga.
3) Menjelaskan Penetapan Harga jual dengan
menggunakan Pendekatan Marginal.
4) Menjelaskan penetapan Harga Jual
dengan Rule' of Thumb (Markup Pricing).
5) Menjelaskan manfaat penetapan harga dalam
perusahaan.
BAB
XI
PENGGANGGARAN
MODAL DAN KEPUTUSAN INVESTASI
A.
PENDAHULUAN
Secara umum
materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman
kepada mahasiswa tentang penganggaran modal dan keputusan investasi pada
ekonomi manajerial, sehingga setelah mempelajari materi dalam bab XI ini, diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami penganggaran modal dan keputusan investasi pada ekonomi
manajerial.
Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:
1) Menjelaskan ruang lingkup penganggaran
modal dan keputusan investasi
2) Menjelaskan investasi yang bersifat
mutually exclusive.
3) Menjelaskan hubungan antara penganggaran
modal dan keputusan investasi.
B.
PENYAJIAN MATERI
1.
Pengganggaran Modal Dengan Ketersediaan
Dana Yang Tidak Terbatas
Jika dana tidak terbatas, keputusan penganggaran
modal dalam menerima atau menolak setiap proyek investasi tergantung pada
bagaimana setiap proyek investasi memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan
perusahaan. Tujuan perusahaan disini adalah untuk memaksimalkan profitabilitas
jangka panjang atau nilai kekayaan sekarang. Pada suatu kasus, contohnya, suatu
proyek yang mendapatkan keuntungan sedikit, inventasi tetap dilakukan karena
dianggap memiliki payback periode
singkat, maka perusahaan lebih memilih proyek tersebut dibanding dengan proyek
yang lebih menguntungkan tetapi
membutuhkan waktu yang panjang dalam memiliki pengembalian.
a. Net Present Value (NPV)
Nilai bersih sekarang (Net present value) menunjukkan angka
dari nilai yang didiskontokan atas aliran kas mendatang dari pendapatan dan
biaya suatu proyek. Jika NPV dari suatu proyek bernilai positif maka proyek
dapat diterima. Dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
= Kontribsusi untuk biaya overhead dan laba dari
masing-masing periode mendatang. R juga menunjukkan arus kas bersih sesuadah
pajak dari proyek setiap tahun (net
cash flow after taxes).
Net cash flow after taxes = (penambahan
pendapatan)-(pertambahan biaya overhead + (pakak yang disimpan/tax saving)).
= Biaya awal
proyek
= Periode pada
saat kas diharapkan
= Tingkat
bunga bunga
Tabel NPV
Tahun |
Kontribusi ($) |
Depresiasi ($) |
Tax saving |
Cash flow after taxes ($) |
Disc factors |
Net present Value ($) |
0 |
10.000 |
- |
- |
-10.000 |
1.000 |
-10.000,00 |
1 |
5.000 |
3.000 |
$
1.440 |
6.440 |
0.909 |
5.853,96 |
2 |
3.000 |
3.000 |
1.440 |
4.440 |
0.826 |
3.667,44 |
3 |
2.000 |
3.000 |
1.440 |
3.440 |
0.751 |
2.583,44 |
|
$
2.104,84 |
Contoh :
Investasi proyek dengan initial
cash outlay sebesar $10.000 dan akan menghasilkan pendapatan selama tiga
tahun, dengan nilai sisa $1.000. Nilai
Depresiasi dari investasi proyek selama tiga tahun adalah $ 9.000, dan
dengan metode garis lurus, nilai depresiasi dialokasikan sebesar $3.000 per
tahun. Kita asumsikan tax rate 48%,
maka diperoleh tax saving sebesar $1.440 pertahun. Diasumsikan discount factor sebesar 10%. Dari data diatas perhitungan NPV
dari aliran kas sesudah pajak dapat dilihat pada tabel berikut:
Dari tabel diatas terlihat bahwa NPV dari proyek tersebut bernilai $
2.104,84. Karena proyek memiliki NPV positif maka perusahaan seharusnya
menerima proyek tersebut. Bila terdapat lebih dari satu usulan alternatif
proyek berdasarkan kriteria NPV, maka proyek yang dipilih adalah proyek yang
yang memiliki angka NPV paling besar.
b. Metode Depresiasi lainnya
Metode pada soal diatas
adalah metode garis lurus, dimana selisih initial
cost dan nilai sisa dialokasikan sama
besar tiap tahunnya. Alternatif
metode depresiasi lain adalah sum years
digits method dan double declining
balance methode.
1)
Sum Years Didits Method,
Penjumlahan angka tahun hingga tahun terakhir dan tiap tahun
terdepresiasi sebesar proporsi rasio antara nilai tahun dengan jumlah nilai
tahun. Misalnya depresiasi selama 3 tahun. Jumlah angka tahun adalah 1+2+3=6.
Tahun pertama ter depresiadi sebesar 3/6, tahun kedua terdepresiasi sebesar 2/6
dan tahun ketiga (tahun terakhir) terdepresiasi sebesar 1/6. V
2)
Double Declining Balance,
Metode yang menggunakan dua kali depresiasi seperti pada metode
garis lurus, tetapi depresiasi tiap tahunnya tidak sama. Misalnyta tahun
pertama 2/3 dari $9.000 (yaitu $6.000-), tahun kedua 2/3 sari $3000 (yaitu
$2.000) dan tahun terakhir $1000.
Contoh:
Perhitungan
depresiasi dengan menggunakan Sum Years
Didits Method. Tabel 2 memperlihatkan bahwa pada tahun pertama depresiasi
terjadi sebesar ½ ($4.500), pada tahun
kedua sebesar 1/3, dan pada tahun ketiga sebesar 1/6.
Tabel Metode Depresiasi
Tahun |
Kontribusi
($) |
Depresiasi |
Tax
saving |
Cash
flow after taxes ($) |
Discount
factors |
Net
present Value($) |
0 |
-10.000 |
- |
- |
-10.000 |
1.000 |
-10.000,00 |
1 |
5.000 |
$ 4.500 |
$ 2.160 |
7.160 |
0.909 |
6.508,44 |
2 |
3.000 |
3.000 |
1.440 |
4.440 |
0.826 |
3.667,44 |
3 |
2.000 |
1.500 |
1.440 |
2.720 |
0.751 |
2.042,72 |
|
$ 2.218,60 |
c. The Internal Rate of
return (IRR)
IRR (internal rate of return) merupakan
tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari arus pendapatan kas bersih
dengan biaya awal proyek, dirumuskan:
IRR menyebabkan
present value sama dengan 0. Bila nilai present
value 10% maka IRR proyek tersebut adalah 10%. IRR dapat dicari melalui trial and error
Contoh
Tabel
3 memperlihatkan nilai present value pada berbagai discounte rate. Bila NPV didiskontokan 20%, maka nilai NPV yang
diperoleh sebesar $ 437,64, hal ini menunjukkan bahwa membutuhkan tingkat
diskonto yang lebih besar hingga NPV sama dengan 0. Bila discount rate 25%, NPV bernilai negatif, berarti IRR terletak
antara 20-25%. Jika discount rate 23%,
NPV sebesar $17,84. Pada kolom terakhir discount
rate 23,2% dan NPV yang diperoleh sebesar $ -7,88.
Tabel
IRR
Tahun |
CFAT |
NPV
@20% |
NPV
@25% |
NPV
@23% |
NPV
@23,2% |
0 |
$-10.000 |
$-10.000,00 |
$-10.000,00 |
$-10.000,00 |
$-10.000,00 |
1 |
6.440 |
5.364,52 |
5.152,00 |
5.235,72 |
5.227,27 |
2 |
4.440 |
3.081,36 |
2,841,60 |
2.934,84 |
2.925,24 |
3 |
3.440 |
1.991,76 |
1.761,00 |
1.847,28 |
1.839,61 |
|
|
$
437.64 |
$
-245,12 |
$
17,84 |
$
-7,88 |
Pedoman :
Jika IRR yang diperoleh lebih besar dari
pada tingkat suku bunga maka proyek dapat
dilaksanakan. Pengambilan keputusan ini hanya bisa digunakan bila NPV
berada dibawah 0.
Gambar :Penentuan Tingkat
pengeluaran Investasi
Gambar ini menunjukkan proyek investasi A,
B, C, D, E, F. Proyek investasi ini dirangking berdasarkan IRR, yang
ditunjukkan dengan ketinggian masing-masing balok. Sedangkan lebar balok
menunjukkan jumlah modal setiap proyek.
Pada permulaan, perusahaan dapat
menggunakan dana internal (keuntungan yang tidak dibagi), dan biaya dana ini
disebut opportunity cost. Dana ini
dapat diinvestasikan pada berbagai tingkat resiko dan perusahaan berharap
memperoleh tingkat manfaat sesuai dengan tujuan investasi. Pada satu titik,
dana internal ini akan habis dan perusahaan akan meminjam dana dari pasar
keuangan. Tingkat pinjaman ini melebihi opportunity
cost dari penggunaan dana internal, karena pasar berpendapat bahwa perusahaan menghadapi
resiko yang hampir sama. Pada gambar 1 Opportunity
rate dari dana internal sekitar 8% dan perusahaan dapat meminjam dana
dengan tingkat 12%. Pada gambar terlihat bahwa
tingkat bunga tertinggi sekitar 15%. Proyek A, B, C, dan D memiliki IRR
lebih tinggi dibanding dengan biaya modalnya, sedangkan proyek E dan F IRR
tidak dapat menganti kerugian dari biaya modal. Berdasarkan hal ini, perusahaan
disarankan mengambil hanya proyek A hingga D.
d.
Hubungan antara NPV dan IRR
NPV akan bernilai positif bila IRR
melebihi oportunity rate of interest. Gambar.2 memperlihatkan ploting NPV suatu
proyek terhadap discount rate. Kurva
NPV merupakan kurva yang menggambarkan NPV, pada berbagai tingkat discount
antara 0 dan IRR. Kurva ini berbentuk konkaf dari titik origin.
Gambar :Kurva NPV
Pada titik A, saat discount rate 0% maka NPV sebesar $ 4,320. Pada
titik B discount rate 10%. Pada titik C saat discount rate 23,14%
maka NPV sama dengan 0.
e. Profitability Index (PI)
Indeks profitabilitas (profitability index) adalah rasio NPV dari aliran kas masa depan terhadap
biaya initial proyek investasi. Dirumuskan:
Profitability index disebut juga dengan istilah Benefit Cost Ratio, mengukur present value untuk setiap dollar yang
diinvestasikan. Jika r=10
maka profitability index dapat
dihitung:
PI>1 maka proyek diterima. Sebab penerimaan
lebih besar daripada biaya. Jika
proyek berada pada satu kriteria maka tidak terdapat perbedaan antara NPV, IRR
dan PI. Untuk memutuskan menerima atau menolak proyek dengan ksumber daya yang
tidak terbatas, salah satu kriteria ini dapat dgunakan.
f. Payback Periode
Payback periode didefinisikan jangka waktu atau periode pembayaran kembali atas
initial investment. Pada gambar 3 Biaya investasi konstan yaitu sebesar $
10.000. Pada akhir tahun pertama, penerimaan kas bersih yang tidak
didiskontokan sebesar $ 6.440, pada akhir tahun kedua sebesar $ 10.880 dan pada
akhir tahun ketiga sebesar $ 14.320. Setelah terbentuk kurva, terlihat bahwa
kurva melewati garis biaya investasi pada 1,8 tahun yang merupakan payback periodenya.
Kelemahan dari Payback periode tidak mempertimbangkan nilai waktu
dari uang dan tidak memperhitungkan penerimaan yang diperoleh setelah payback periode.
Gambar : Kriteria Pay-Back
Periode Investasi
Payback periode cocok digunakan oleh pembuat keputusan atau perusahaan
yang lebih mementingkan keuntungan jangka pendek.
g. Average Rate of Return
Average rate of return didefinisikan
sebagai rata-rata penerimaan tahunan (tanpa didiskontokan) dibagi dengan biaya
invstasi. Dirumuskan:
Contoh
Penerimaan total proyek (tanpa
didiskontokan) $ 14.320. Rata-rata penerimaan total $ 4.773, maka
ARR tidak mempertimbangkan nilai waktu
dari uang dan oleh karena itu, tidak digunakan utntuk membedakan 2 proyek yang
memiliki biaya investasi dan pendapatan total yang sama. Modifikasi ARR yang
memperhatikan Nilai sekarang pernerimaan kas yang didiskontokan sebagai
berikut:
Hasilnya merupakan Profitability index yang dibagi 3 yaitu:
Hasil ini tidak mengejutkan, perbedaan ARR dan PI hanya
terletak pada PI dibagi dengan masa waktu
proyek.
2.
Investasi yang bersifat mutually
exclusive
Pada banyak kasus, sebuah
perusahaan akan dihadapkan pada proyek investasi yang bersifat mutually exclusive. Ketika proyek
bersifat mutually exclusive maka perusahaan perlu merangking proyek sesuai
dengan yang mereka kehendaki. Proyek yang dipilih memiliki kontribusi yang
lebih terhadap tujuan perusahaan.
Contoh:
Sebuah
perusahaan merencanakan untuk mengeluarkan sebuah produk terbaru, dan utnuk
menghasilkan produk perusahaan berencana membangunan pabrik dan fasilitas lain
(sebut saja pabrik A dan pabrik B). Bila dibandingkan dengan pabrik B, pabrik A
lebih mahal tetapi lebih effisien dalam hal cost per unit dan perawatan
perlengkapan. Cash flow dan NPV dapat dilihat pada tabel 4. Pada saat discount rate 15%, Pabrik A memberikan NPV lebih tinggi.
Jika tujuan perusahaan untuk
memaksimalkam present value dari profitabilitas jangka panjang, maka perusahaan
hendaknya memilih pabrik A.
Tabel: Perbandingan biaya dan pendapatan 2
alternatif proyek investasi
|
Pabrik A |
Pabrik B |
||
|
Cash Flow |
Cash Flow |
Cash Flow |
Cash Flow |
Initial Cost |
-100.000 |
-100.000 |
-60.000 |
-60.000 |
Tahun 1 |
45.000 |
39.150 |
30.000 |
26.100 |
Tahun 2 |
55.000 |
41.580 |
37.000 |
27.972 |
Tahun 3 |
50.000 |
32.900 |
28.000 |
18.424 |
Net cash flow |
50.000 |
13.630 |
35.000 |
12.496 |
a. Keunggulan NPV dibanding
dengan IRR pada mutually investment
Tabel di bawah ini menunjukan IRR pabrik A
dengan discount rate kurang dari 22,8% sedangkan tabel 6 menunjukkan IRR pabrik
B dengan discount rate kurang dari 27,2%.
Berdasarkan IRR, pabrik B lebih dipilih
dibanding pabrik A, hasil ini berbeda dibanding dengan menggunakan NPV.
Tabel:
Kalkulasi IRR pabrik A
Tahun |
CFAT |
NPV @25% |
NPV @20% |
NPV @23% |
NPV @22,8% |
0 |
$ -100.000 |
-100.000 |
-100.000 |
-100.0000 |
$ -100.000 |
1 |
45.000 |
36.000 |
37.485 |
36.585 |
36.644 |
2 |
55.000 |
35.200 |
38.170 |
36.355 |
36.471 |
3 |
50.000 |
25.600 |
28.950 |
26.850 |
27.000 |
|
|
$ -3.200 |
$ 4.605 |
$ -210 |
$ 114 |
Tabel:
Kalkulasi IRR pabrik B
Tahun |
CFAT |
NPV @25% |
NPV @20% |
NPV @23% |
NPV @22,8% |
0 |
$ -60.000 |
$ -60.0000 |
$ -60.000 |
$ -60.000 |
$ -60.000 |
1 |
30.000 |
24.000 |
23.430 |
23.622 |
23.580 |
2 |
37.000 |
23.680 |
22.570 |
22.940 |
22.866 |
3 |
28.000 |
14.336 |
13.356 |
13.670 |
13.608 |
|
|
$ 2.026 |
$ -644 |
$ 232 |
$ 54 |
Gambar dibawah ini memperlihatkan plot NPV pabrik
A dan pabrik B.
Gambar Kurva NPV
Nilai NPV pabrik A saat discount rate
0% akan dijumlahan dengan penerimaan
bersih yaitu sebesar $50.000. Pada tabel
15.4, dNPV pabrik A saat discount rate 15% adalah $ 13.360.Tingkat discount
rate yang mengurangi NPV sampai dengan 0 adalah sekitar 22,8%. Pada awal investasi, pabrik B
memiliki NPV sebesar $ 35.000 pada discount rate 0%. Saat discount rate 15%,
NPV pabrik B sebesar $12.496. NPV pabrikj B bernilai 0 saat discount rate
27,2%. NPV kedua proyek besarnya sama saat discount rate sebesar 18%. Saat
discount rate dibawah 18% maka proyek yang disarankan adalah pabrik A, tetapi bila discount rate diatas
18% maka pabrik B disarankan.
b. Keunggulan NPV dibanding
dengan Profitability index
Tabel : Kalkulasi PI
|
Plant A |
Plant B |
PV of
Revenue |
113.363 |
72.496 |
Initial Cost |
100.000 |
60.000 |
Profitability
Index |
1.13363 |
1,20826 |
Dengan
menggunakan kriteria PI, proyek B lebih baik dibanding dengan proyek A. Bila
menggunakan NPV proyek A lebih baik dibanding dengan proyek B
C.
PENUTUP
1. Kegiatan
Perkuliahan
a. Kegiatan Dosen
1) Dengan metode ceramah bervariasi
menjelaskan topic 11.
2) Mengarahkan presentase dan diskusi.
3) Memberi dan
menagih penugasan individu untuk tugas.
b.Kegiatan Mahasiswa
1) Memperhatikan dan mengkaji penjelasan
materi topic 11.
2) Melaksanakan diskusi dan presentase
3) Menyelesaikan dan menyerahkan tugas
kelompok dan individu .
2. Evaluasi
a.Jenis Evaluasi:
Pre test dan post test, serta partisipasi
kegiatan pembelajaran.
b.Alat Evaluasi:
Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi
pokok bahasan 11
c.Materi Evaluasi:
1) Menjelaskan ruang lingkup penganggaran
modal dan keputusan investasi
2) Menjelaskan investasi yang bersifat
mutually exclusive.
3) Menjelaskan hubungan antara penganggaran
modal dan keputusan investasi.
BAB XII
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
A.
PENDAHULUAN
Secara umum
materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman
kepada mahasiswa tentang analisa laporan keuangan pada ekonomi manajerial,
sehingga setelah mempelajari materi
dalam bab IX ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami analisa
laporan keuangan pada ekonomi manajerial.
Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:
1) Menjelaskan Konsep
Analisis Laporan Keuangan
2) Menjelaskan analisis ratio laporan
keuangan
3) Menjelaskan rasio likuiditas dalam laporan
keuangan
4) Menjelaskan rasio manajemen aktiva dalam
laporan keuangan
5) Menjelaskan rasio manajemen hutang dalam
laporan keuangan
6) Menjelaskan rasio profitabilitas dalam
laporan keuangan
7) Menjelaskan rasio nilai pasar dalam laporan
keuangan
8) Menjelaskan analisis tren dalam laporan
keuangan
B.
PENYAJIAN MATERI
1.
Konsep Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan
menjelaskan bagaimana penggunaannya oleh
manajer untuk meningkatkan kinerja, oleh pada kreditor digunakan untuk
mengevaluasi kemungkinan pinjamannya dapat ditagih kembali dan oleh para pemegang
saham digunakan untuk meramalkan keuntungan yang akan diterima, deviden dan
harga saham. Analisis laporan keuangan melibatkan (1)
membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja perusahaan lain dalam bidang
yang sama, (2) mengevaluasi tren posisi keuangan perusahaan dari waktu ke
waktu. Dua kegiatan diatas akan membantu manajemen mengidentifikasi berbagai
kekurangan yang mereka memiliki kemudian mengevaluasi dan mengambil tindakan
untuk memperbaikinya.
Analisis keuangan akan
melaporkan posisi perusahaan pada waktu tertentu maupun operasinya selama suatu
periode dimasa lalu. Nilai sebenarnya dari laporan keuangan adalah bahwa
laporan keungan tersebut dapat digunakan untuk membantu meramalkan keuntungan
dan deviden dimasa yang akan datang.
2.
Analisis Rasio
Analisis rasio adalah suatu
cara yang digunakan untuk membandingkan prestasi sebuah perusahaan dengan
perusahaan lain dengan melihat laporan keuangannya. Sebagai contoh perusahaan A
memiliki hutang sebesar 5.248.760 dan beban bungan sebesar 419.900 sedangkan
perusahaan B memiliki hutang sebesar 52.647.980 dan beban bunga 3.948.600. Dari
data ini bisa dinilai perusahaan mana yang lebih kuat dengan membandingkan
utang masing-masing perusahaan dengan aktivanya dan beban yang harus dibayar
dengan laba yang tersedia.
3.
Rasio Likuditas
Rasio likuiditas adalah rasio
yang menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah
perusahaan dengan kewajiban lancarnya. Aktiva lancar adalah aktiva yang
diperdagangkan dalam pasar yang aktif dan dapat dengan mudah diuangkan atau
diubah menjadi kas. Hal ini akan selalu berhubungan dengan pertanyaan apakah
perusahaan akan mampu membayar hutang-hutangnya pada jangka waktu jatuh tempo.
Kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dirumuskan sebagai berikut :
Rasio lancar =
Aktiva lancar meliputi kas,
sekuritas, piutang usaha dan persediaan. Kewajiban lancar terdiri atas utang
usaha, wesel, tagihan jangka pendek, utang jatuh tempo kurang dari 1 tahun,
akrual pajak dan beban akrual lainnya.
4.
Rasio Manajemen Aktiva
Adalah serangkaian rasio yang
mengukur seberapa efektif perusahaan telah mengelola aktiva-aktivanya. Rasio
ini digunakan untuk menjawab apakah jumlah total dari tiap jenis aktiva seperti
dalam neraca terlihat wajar, terlalu tinggi atau rendah dibanding tingkat penjualan.
a. Mengevaluasi Persediaan dengan Rasio Perputaran Persediaan
Rasio perputaran persediaan adalah perbandingan
antara penjualan dan persediaan dan dirumuskan sebagai berikut :
Rasio perputaran persediaan =
=
Nilai hasil dari rasio ini kemudian dibandingkan
dengan nilai rata-rata rasio yang sama pada perusahaan lain, jika angkanya
lebih kecil dari rata-rata maka rasio perusahaan tersebut dikatan tidak efektif
karena terlalu banyak persediaan.
b. Mengevaluasi Piutang dengan Jumlah Hari Penjualan Belum Tertagih
Jumlah hari penjualan belum tertagih (days sales outstanding – DSO) digunakan
untuk menilai piutang dihitung dengan membagi piutang dengan hari penjualan
rata-rata untuk menemukan beberapa hari penjualan masih dicatat dalam piutang.
Angka ini akan menggambarkan lamanya waktu menunggu bagi perusahaan untuk
menerima kas setelah ada penjualan, dan dirumuskan sebagai berikut :
DSO =
=
c. Mengevaluasi
Aktiva Tetap : Rasio Perputaran Aktiva Tetap
Digunakan untuk
mengukur seberapa efektif perusahaan mempergunakan pabrik dan peralatannya.
Ditunjukkan dengan rasio dari penjualan terhadap aktiva tetap bersih,
dirumuskan sebagai berikut :
Rasio perputaran aktiva
tetap =
=
d. Mengevaluasi Total Aktiva : Rasio
Perputaran Total Aktiva
Digunakan untuk mengukur perputaran dari seluruh
aktiva perusahaan, dihitung dengan membagi penjualan dengan total aktiva.
Rasio perputaran total aktiva=
=
5.
Rasio Manajemen Hutang
Jika
perusahaaan menggunakan pendanaan melalui hutang atau leverage ada tiga
implikasi penting yang harus diperhatikan, yaitu (1) dengan penggunaan dana
dari hutang para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas
perusahaan dengan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan, (2)
kreditor akan melihat pada ekuitas atau dana yang diperoleh sendiri sebagai
suatu batasan keamanan, sehingga jika semakin tinggi proporsi dari jumlah modal
yang diberikan oleh pemegang saham, maka makin kecil resiko yang dihadapi
kreditor, (3) jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai
dengan dana hasil pinjaman lebih besar dari bunga yang dibayarkan maka
pengembalian modal dari pemilik akan diperbesar (leveraged).
Ada
dua alasan tentang leveraged ini yaitu :
(1)
karena beban menjadi pengurang pajak, penggunaan
hutang akan menurunkan tagihan pajak dan memberikan lebih banyak laba operasi
perusahaan yang tersedia pada investornya,
a. jika laba
operasi yang dinyatakan sebegai presentase dari aktiva tetap ternyata melebihi
tigkat bunga, maka perusahaan dapat menggunakan hutang untuk memperoleh aktiva,
membayar bunga atas hutang dan sisa bagi pemegang sahamnya.
b. Bagaimana perusahaan didanai : Total
hutang terhadap total aktiva
Umumnya disebut sebagai
rasio hutang, akan mengukur persentase dari dana yang diberikan oleh para
kreditor, dirumuskan sebagai berikut
Rasio hutang =
=
Total
hutang meliputi kewajiban lancar dan hutang jangka panjang. Kreditor lebih
menyukai rasio hutang yang lebih rendah karena semakin rendah rasionya maka
akan semakin besar peredaman dari kerugian jika terjadi likuidasi.
c. Kemampuan untuk membayar bunga : Rasio kelipatan pembayaran bunga
Rasio ini dihitung dengan membagi laba sebelum
beban bunga dan pajak dengan beban bunga, disebut juga dengan times interest earned (TIE), dirumuskan
sebagai berikut :
Rasio
kelipatan pembayaran bunga =
=
Rasio
ini mengukur sejauh mana laba operasi dapat menurun sebelum perusahaan tidak
mampu lagi membayar biaya bungan tahunannya. Kegagalan dalam memenuhi kewajiban
ini akan mengakibatkan kebangkrutan.
Rasio
ini memiliki kelemahan:
(1)
bunga bukanlah satu-satunya
beban keuangan yang bersifat tetap, perusahaan juga harus mengurangi hutangnya
sesuai jadwal dan banyak perusahaan yang menyewa aktiva sehingga harus membayar
sewa aktiva,
(2)
EBIT tidak mencerminkan seluruh
arus kas yang tersedia untuk melayani hutang, terutama bagi perusahaan yang
memiliki beban depresiasi dan amortisi yang tinggi
d. Kemampuan untuk melayani hutang : Rasio cakupan EBITDA
Adalah sebuah rasio dimana pembilangnya meliputi
seluruh arus kas yang tersedia untuk memenuhi beban keuangan tetap dan
penyebutnya meliputi beban keuangan
tetap. Rasio ini digunakan untuk mengatasi kelemahan pada rasio TIE, dirumuskan
sebagai berikut :
Rasio cakupan EBITDA =
6.
Rasio Profitabilitas
Adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan
efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang pada hasil operasi.
Rasio profitabilitas terdiri dari :
a. Margin laba atas penjualan
Dihitung
dengan membagi laba bersih penjualan dan akan menunjukkan laba per nilai mata
uang dari penjualan, dirumuskan sebagai berikut :
Margin laba atas
penjualan =
b. Kemampuan dasar untuk
menghasilkan laba (BEP)
Rasio
ini menggambarkan kemampuan dari aktiva-aktiva perusahaan untuk menghasilkan
laba operasi yang dihitung dengan membagi EBIT dengan total aktiva.
BEP =
Laba yang dimaksud disini adalah laba sebelum pengaruh pajak dan
leverage, angka-angka ini akan bermanfat dalam membandingkan perusahaan dengan
berbagai situasi pajak dan tingkat leverage keuangan.
c.
Tingkat pengembalian
total aktiva
Adalah rasio antara laba bersih terhadap
aktiva. Tingkat pengembalian total aktiva (return
on total assets – ROA) setelah beban bunga dan pajak dirumuskan sebagai
berikut:
ROA=
Jika nilainya lebih rendah dari rata-rata industri yang hal ini
disebabkan (1) kemampuan untuk menghasilkan laba perusahaan rendah, dan (2)
biaya bunga yang tinggi akibat hutang.
d.
Tingkat pengembalian
ekuitas saham biasa
Adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas
saham biasa, digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian atas investasi dari
pemegang saham biasa (return on common
equity – ROE) dirumuskan sebagai berikut :
ROE=
Angka
ini akan sangat berguna bagi pemegang saham yang berinvestasi dalam perusahaan
karena menunjukkan tingkat pengembalian oleh perusahaan.
7.
Rasio Nilai Pasar
Adalah sekelompok rasio yang
menghubungkan harga saham perusahaan pada laba, arus kas dan nilai buku per
sahamnya. Rasio-rasio ini dapat memberikan indikasi kepada manajemen mengenai
apa yang dipikirkan oleh investor tentang kinerja masa lalu dan prospek perusahan
dimasa yang akan datang.
a. Rasio harga/laba
Rasio harga/laba (price/earning – P/E) menunjukkan berapa banyak jumlah uang
yang rela dikeluarkan oleh investor
untuk membayar setiap dolar laba yang dilaporkan. Dirumuskan sebagai berikut :
Rasio harga/laba (P/E) =
Rasio ini akan bernilai lebih tinggi pada perusahaan yang memiliki
prospek pertumbuhan yang kuat dan lebih rendah pada perusahaan yang lebih
beresiko.
b.
Rasio harga/arus kas
Rasio harga per lembar saham dengan dibagi
oleh arus kas per lembar saham, dimana hal ini menunjukkan jumlah uang yang
bersedia dibayar oleh investor untuk setiap satu nilai uang arus kas. Rasio ini
diperhatikan oleh para investor karena pada beberapa industri harga saham akan
lebih terikat pada arus kas daripada laba bersih. Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut :
Rasio harga/arus kas =
Arus kas per lembar
saham dihitung dengan membagi laba bersih dan depresiasi serta amortisasi
dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
c. Rasio nilai pasar/nilai
buku
Rasio
atas harga pasar saham terhadap nilai bukunya juga akan memberikan indikasi
yang lain tentang bagaimana investor memandang perusahaan. Perusahaan dengan
tingkat pengembalian ekuitas yang relatif tinggi biasanya menjual dengan perkalian
nilai buku yang lebih besar jika dibanding dengan perusahaan yang
pengembaliannya rendah
Nilai buku per lembar
saham=
Rasio nilai pasar/nilai buku =
8.
Analisis Tren
Perusahaan X Rata-rata industri
Tren
akan memberikan petunjuk mengenai apakah kondisi keuangan sebuah perusahaan
akan mengalami peningkatan atau penurunan, menganalisis tren dalam rasio sama
pentingnya dengan dengan tingkat absolutnya. Analisis ini di dilakukan dengan
memetakan rasio perusahaan selama beberapa waktu dalam sebuah grafik dibanding
rasio rata-rata perusahaan yang lain. Misalnya seperti grafik tingkat
pengembalian ekuitas saham biasa dibawah ini :
a. Menyatukan Semua Rasio : Persamaan Du Pont
Adalah rumus yang
menunjukkan bahwa tingkat pengembalian atas aktiva dapat diperoleh dengan
mengalikan margin laba dengan perputaran total aktiva, hasil merupakan tingkat
pengembalian atas aktiva (rate of return
on assets – ROA) dirumuskan sebagai berikut :
ROA = Margin laba x Perputaran total
aktiva
= x …(A)
jika
perusahaan hanya didanai oleh ekuitas saham biasa maka tingkat pengembalian
atas aktiva (ROA) dan tingkat pengembalian atas ekuitas (ROE) akan sama karena
total aktivanya sama dengan total ekuitas saham biasa atau dirumuskan sebagai
berikut:
ROA = x = ROE
Kesamaan ini akan tetap terjadi jika dan hanya
jika total aktiva = ekuitas saham biasa, jika perusahaan tidak menggunakan
hutang. Jika menggunakan hutang maka nilai ROE harus lebih besar dar ROA. Lebih
spesifik lagi tingkat pengembalian atas aktiva (ROA) dapat dikalikan dengan
pengganda ekuitas (equity multiplier),
yang merupakan rasio dari total aktiva terhadap ekuitas saham biasa.
Pengganda
ekuitas =
Bagi perusahaan yang banyak menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan
akan memiliki penggandaan ekuitas yang lebih tinggi, semakin besar hutang,
semakin kecil ekuitas sehingga penggandaan ekuitasnya semakin tinggi. Tingkat pengembalian ROE akan bergantung pada ROA dirumuskan sebagai
berikut :
ROE =
ROA x Pengganda ekuitas
= x = ROE ..(B)
Jika
persamaan A dan B digabung maka menjadi persamaan Du Pont yang diperluas yang
menunjukkan bagaimana margin laba, rasio perputaran total aktiva, dan pengganda
ekuitas bersama-sama menentukan ROE :
ROE = (margin laba) (perputaran aktiva) (pengganda
ekuitas)
= x x
b. Rasio Komparatif Dan Benchmarking
Analisis rasio akan
melibatkan perbandingan-perbandingan rasio sebuah perusahaan dengan rasio dari
perusahaan lain dalam industri yang sama. Teknik ini disebut ”penentuan tolok
ukur/patokan” atau benchmarking dan perusahaan yang dijadikan tolok ukur disebut
perusahaan benchmark. Dengan teknik ini akan dengan mudah diketahui posisi
perusahaan secara relatif terhadap kompetitornya.
c. Penggunaan Dan Keterbatasan Analisis Rasio
Analisis rasio digunakan
untuk berbagai tujuan tergantung sudut pandang dari pihak yang membutuhkan.
Bagi manajer berguna untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian
meningkatkan operasi perusahaan. Analis kredit memanfaatkan analisis rasio
untuk membantu memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya.
Analis saham yang tertarik pada efisiensi, resiko dan prospek pertumbuhan
perusahaan memanfaatkan analisis ini untuk membantu mengambil keputusan dalam
penanaman sahamnya.
Meskipun analisis rasio
dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi manajer, analis kredit dan
analis saham, analisis ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain :
1. bagi industri
besar yang mengoperasikan perusahaan dengan banyak divisi yang berbeda-beda
akan sulit untuk mengembangkan sekumpulan angka rata-rata industri yang
bermakna, atau analisis ini cocok untuk perusahaan kecil yang ruang lingkupnya
tidak terlalu kompleks
2. kebanyakan
perusahaan ingin mendapat rasio yang lebih tinggi daripada rata-rata industri,
padahal pencapaian kinerja rata-rata saja tidak dapat diartikan sebagai suatu hal
yang bagus
3. sangat
dipengaruhi oleh inflasi, sehingga analisis rasio untuk perusahaan selama
beberapa waktu atau analisis komparatifnya harus diartikan dengan menyertakan
pertimbangan inflasi
4. faktor-faktor
musiman dapat membuat nilai rasio bias. Masalah ini dapat diminimalisir dengan
menggunakan rata-rata bulanan untuk persediaan (dan piutang) ketika menghitung
rasio perputaran
5. perusahaan dapat
menggunakan teknik ”window dressing”
untuk membuat kesan laporan keuangan mereka menjadi lebih kuat, padahal angka-angka
yang ditampilkan adalah angka semu
6. pengertian-pengertian
akuntansi bisa membuat angka rasio menjadi bias sehingga perlu dilakukan
langkah-langkah antisipasi oleh akuntan
7. nilai rasio bisa
bermakna ganda. Sebagai contoh, rasio lancar yang tinggi dapat mengindikasikan
posisi likuiditas yang kuat dan hal ini dipandang sebagai hal yang baik, bisa
juga bermakna adanya kas yang berlebihan dan ini bernilai buruk, karena kas
yang berlebihan sebagai aktiva tidak menghasilkan laba
8. sebuah
perusahaan mungkin memiliki beberapa rasio yang terlihat bagus dan rasio-rasio
yang terlihat buruk, yang menjadikannya sulit untuk menentukan apakah menurut
neraca perusahaan tersebut kuat atau lemah. Hal ini dapat diatasi dengan prosedur
statistik untuk menganalisis efek bersih (net
effect) dari seluruh rasio.
9. penggunaan yang
efektif dari rasio keuangan mensyaratkan adanya laporan keuangan yang
didasarkan pada akurasi sesuai kenyataan. Beberapa manipulasi yang dilakukan
perusahaan besar menjadikan rasio-rasio yang ditampilkan tidak sesuai dengan
kenyataan.
d. Masalah Dengan Roe
ROE banyak digunakan
sebagai parameter keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan kekayaan pemegang
saham, meskipun ROE digunakan secara luas sebagai tolok ukur dan sering
berkorelasi positif terhadap kekayaan pemegang saham namun beberapa masalah
akan timbul jika perusahaan hanya menggunakan ROE sebagai satu-satunya tolok
ukur kinerja. Hal ini disebabkan karena :
1. ROE tidak
mempertimbangkan resiko. Padahal pemegang saham selain memperhatikan tingkat
pengembalian juga memperhatikan resiko
2. ROE tidak
memperhatikan modal yang diinvestasikan.
e. Melihat Dibalik Angka
Suatu analisis keuangan
yang baik mensyaratkan tidak hanya melibatkan penghitungan angka-angka.
Analisis yang baik mensyaratkan dipertimbangkannya beberapa faktor kualitatif
tertentu ketika mengevaluasi sebuah perusahaan.
Faktor-faktor tersebut
adalah :
1) Apakah
pendapatan perusahaan terkait pada satu pelanggan kunci
2) Sampai sejauah
mana pendapatan perusahaan terkait pada satu produk utama
3) Sampai sejauh
mana perusahaan bergantung pada satu pemasok saja
4) Berapa besar
persentase dari bisnis perusahaan yang dihasilkan dari luar negeri
5) Adanya kompetisi
6) Prospek dimasa
depan, dan
7) Lingkungan hukum
dan perundang-undangan
9.
Kesimpulan
Dari
berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
v Analisis laporan
keuangan umumnya dimulai dengan berbagai rasio keuangan yang dibuat untuk
menyatakan kekuatan dan kelemahan perusahaan dibanding perusahaan lain yang
sejenis, sehingga dapat dilihat kondisi keuangannya membaik atau memburuk
v Rasio likuiditas
menunjukkan hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar, dimaksudkan
untuk menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang yang jatuh
tempo
v Rasio manajemen
aktiva digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan telah mengelola
aktivanya
v Rasio manajemen
hutang digunakan untuk melihat sejauh mana perusahaan didanai dengan hutang dan
sejauh mana kemungkinan mengalami gagal bayar atas kewajiban hutangnya
v Rasio
profitabilitas menunjukkan gabungan pengaruh dari kebijakan likuiditas,
manajemen aktiva, dan manajemen hutang pada hasil-hasil operasional
v Rasio nilai
pasar menghubungkan harga saham perusahaan terhadap laba, arus kas dan nilai
buku per lembar saham yang dapat memberikan gambaran bagi investor tentang prospek
masa depan
v Analisis tren,
dengan memetakan rasio-rasio selama beberapa waktu kita bisa melihat
kecenderungan perkembangan perusahaan
v Persamaan Du-Pont
yang diperluas dirancang untuk menghubungkan margin laba atas penjualan, rasio
perputaran total aktiva, dan penggunan hutang akan saling berinteraksi untuk
menentukan tingkat pengembalian atas ekuitas
v Benchmarking
digunakan untuk membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahan lain yang
sejenis
v ROE memiliki
kelemahan karena tidak mempertimbangkan resiko dan jumlah investasi
C.
PENUTUP
1. Kegiatan Perkuliahan
a. Kegiatan Dosen
1) Dengan metode ceramah bervariasi
menjelaskan topic 12.
2) Mengarahkan presentase dan diskusi.
3) Member dan
menagih penugasan individu untuk tugas.
b.Kegiatan Mahasiswa
1) Memperhatikan dan mengkaji penjelasan
materi topic 12.
2) Melaksanakan diskusi dan presentase
3) Menyelesaikan dan menyerahkan tugas
kelompok dan individu .
2.Evaluasi
a. Jenis Evaluasi:
Pre test dan post test, serta partisipasi
kegiatan pembelajaran.
b. Alat Evaluasi:
Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi
pokok bahasan 12
c. Materi Evaluasi:
1) Menjelaskan Konsep
Analisis Laporan Keuangan
2) Menjelaskan analisis ratio laporan
keuangan
3) Menjelaskan rasio likuiditas dalam laporan
keuangan
4) Menjelaskan rasio manajemen aktiva dalam
laporan keuangan
5) Menjelaskan rasio manajemen hutang dalam
laporan keuangan
6) Menjelaskan rasio profitabilitas dalam
laporan keuangan
7) Menjelaskan rasio nilai pasar dalam laporan
keuangan
8) Menjelaskan analisis tren dalam laporan
keuangan
BAB XIII
STRATEGI BERSAING DAN
KUALITAS PRODUK
A.
PENDAHULUAN
Secara umum
materi pembelajaran ini bertujuan memberikan pengertian dan pemahaman
kepada mahasiswa tentang strategi bersaing dan kualitas produk pada ekonomi
manajerial, sehingga setelah mempelajari materi
dalam bab XIII ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami strategi
bersaing dan kualitas produk pada ekonomi manajerial.
Secara khusus, diharapkan mahasiswa dapat:
1)
Menjelaskan konsep strategi
bersaing.
2) Menjelaskan
Strategi Kepemimpinan Biaya dan Desain Produk
3)
Menjelaskan strategi diferensiasi
dan desain produk
4)
Strategi focus dan desain produk
B.
PENYAJIAN
MATERI
1.
Konsep Strategi Bersaing
Usaha
memasarkan produknya, perusahaan menggunakan strategi pemasaran berorientasi
pasar dengan menerapkan empat “P” ; Price (harga), Promotion (Promosi),
Product quality (Kualitas produk) dan Place (tempat). Keempat
P ini, merupakan variabel utama dalam strategi perusahaan. Namun ada satu hal
lain yang tidak kalah pentingnya dalam kegiatan pemasaran yaitu strategi
bersaing (Compettive strategy).
Strategi
bersaing digunakan perusahaan untuk dapat meraih keuntungan persaingan berupa
pendapatan atau keuntungan yang lebih dibanding dengan perusahaan dalam
industri sejenis.
Strategi
bersaing melibatkan keputusan secara simultan atas desain (yang menyangkut
kualitas), harga, promosi dan tempat penjualan produk. Oleh karena itu dalam
paper ini akan dibahas mengenai strategi bersaing dalam kaitannya dengan empat
P di atas, khususnya untuk tiga P pertama. Perlu dikemukakan bahwa kualitas
produk mencakup bentuk, daya tahan, kegunaan dan sebagainya.
Seperti telah
dinyatakan diatas bahwa strategi bersaing merupakan suatu strategi dari suatu
perusahaan untuk dapat menguasai pasar agar perusahaan dapat memperoleh
pendapatan dan atau keuntugan yang lebih dari perusahaan sejenis.
Secara umum
ada tiga jenis strategi bersaing, yaitu ; strategi kepemimpinan biaya,
diferensiasi dan strategi fokus. Dimana masing-masing mempunyai karakteristik
sendiri-sendiri. Perbedaan tersebut antara lain :
Ø Strategi kepemimpinan biaya yaitu strategi
dimana perusahaan berusaha untuk menjadi pemasok dengan biaya terendah.
Keuntungan persaingan yang diperoleh dari strategi ini berupa keuntungan
tertinggi dari batas harga pokok rata-rata industri.
Ø Strategi diferensiasi yaitu strategi dimana
perusahaan berusaha untuk membedakan produknya dari produk-produk perusahaan
lain. Keuntungan persaingan yang diperoleh berupa keuntungan yang tinggi yang
didapat dari harga yang lebih dari pada biaya pembedaan.
Ø Strategi fokus yaitu strategi dimana
perusahaan mengkonsentrasikan pada bagian tertentu dari pasarnya. Disini
diterapkan baik strategi kepemimpinan biaya maupun diferensiasi.
Untuk lebih
rinci perbedaan diantara ketiga strategi bersaing tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel
Perbedaan antara 3 Strategi Bersaing
(Kepemimpinan
Biaya, Diferensiasi dan Strategi Fokus)
Jenis Perbedaan |
Strategi Bersaing |
||||||
Kepemimpinan Biaya |
Diferensiasi
|
Fokus |
|||||
1 |
2 |
3 |
4 |
||||
Target
Strategi |
Perluasan
pasar secara cross-section |
Perluasan
pasar secara cross-section |
Segmen pasar
yang sempit dimana kebutuhan dan preferensi pembeli dapat dibedakan, dan
mengambil yang tidak dilayani pesaing |
||||
Basis
keuntungan persaingan |
Biaya yang
lebih rendah daripada pesaing |
Kemampuan
untuk menawarkan kepada pembeli sesuatu yang berbeda dari pesaing |
Harga yang
rendah untuk sebagian pasar atau kemampuan menawarkan sesuai selera dan
kebutuhan pembeli |
||||
Lini Produk |
Produk dasar
yang baik dengan sedikit hiasan tambahan (pilihan yang terbatas dan kualitas
yang dapat diterima konsumen) |
Beberapa
variasi produk, pilihan yang banyak, penekanan pada segi-segi perbedaan
produk. |
Menemukan
kebutuhan-kebutuhan pelanggan yang cocok di dalam target pasar |
||||
Penekanan
Produksi |
Penyelidikan
yang terus menerus untuk mengurangi biaya tanpa menghilangkan kualitas dan
ciri-ciri pokok yang dapat diterima konsumen. |
Mencari jalan
untuk menciptakan nilai-nilai bagi pembeli. |
Produk yang
bersifat pesanan |
||||
Penekanan
Pasar |
Mencoba untuk
membuat sifat-sifat pokok dari ciri-ciri produk untuk mendapatkan biaya
rendah |
-
Memenuhi ciri-ciri yang
bersedia dibayar pembeli. -
Mengenakan harga premium
untuk menutup biaya tambahan bagi pembeda produk |
Mengkomunikasikan
kemampuan yang unik untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan khusus pembeli |
||||
Kelanjutan Strategi |
-
Harga yang ekonomis dan atau
nilai yang baik -
Seluruh unsur dari strategi
ditunjukan pada kontribusi keuntungan biaya yang terus-menerus dalam setiap
area bisnis |
-
Mengkomunikasikan inti
perbeaan dalam cara yang dapat dipercaya -
Menekankan pengembangan yang
konstan dan menggunakan pembaruan untuk meninggalkan pesaing tiruan. -
Mengkonsentrasikan pada
sejumlah kecil ciri-ciri perbedaan, dan menggunakannya untuk menciptakan
reputasi dan image merek |
Menerapkan loyalitas secara total untuk melayani yang lebih baik
daripada pesaing. Jangan merusak image perusahaan dan berusaha dengan
memasuki segmen pasar yang lain menambahkan jenis produk yang lain untuk
memperluas pasar. |
|
|||
Penerapan
strategi bersaing yang dikaitkan dengan desain produk, perlu melihat kategori
produk berdasarkan kesulitan dan biaya yang dihadapi konsumen ketika berusaha
mengevaluasi kualitas produk. Berdasarkan hal itu, produk dapat dikategorikan
menjadi tiga yaitu research product (produk penyelidikan), experience
product (produk pengalaman), dan crederence product (produk
kepercayaan).
Produk
penyelidikan adalah produk yang atributnya mudah dilihat oleh
konsumen melalui kegiatan penyelidikan ataupun pencarian informasi, dan atribut
tersebut menjadi dasar bagi keputusan pembelian oleh konsumen. Produk
pengalaman adalah produk yang sifatnya hanya dapat dievaluasi oleh
konsumen setelah pembelian; sedangkan produk kepercayaan adalah
produk yang dibeli oleh konsumen atas dasar kredibilitas tertentu; produk ini
dapat dievaluasi secara tidak sempurna sekalipun telah dibeli ulang.
2.
Strategi Kepemimpinan
Biaya dan Desain Produk
Strategi kepemimpinan biaya mengharuskan perusahaan untuk
dapat mencapai posisi perusahaan dengan biaya terendah dalam pasar atau
setidak-tidaknya sebagai salah satu dari produsen dengan biaya rendah. Untuk
mencapai biaya minimum perusahaan perlu :
·
Terus
menerus menerapkan teknologi mutakhir dalam proses produksinya
·
Meningkatkan
promosi penjualan secara gencar untuk memperoleh manfaat dari kurva belajar,
·
Ukuran
pabrik yang ekonomis, atau
·
Keuangan
yang ekonomis.
Promosi tersebut dapat dilakukan melalui
promosi harga dan periklanan; oleh karenanya strategi kepemimpinan biaya akan
berkaitan dengan strategi penetapan harga dan periklanan. Keterkaitannya dengan
penetapan harga juga mengimplikasikan bahwa strategi kepemimpinan biaya
berkaitan dengan desain (kualitas) produk. Disamping itu strategi kepemimpinan
biaya memungkinkan untuk menjadi strategi bersaing yang optimal bagi
perusahaan. Optimalisasi tersebut dapat dilihat dari dua hal yaitu pada produk
penyelidikan dan pada saat pemimpin biaya mengalami kekosongan (tidak ada) atau
diperebutkan.
a. Produk Penyelidikan (Search Product)
dan Strategi Kepemimpinan Biaya (Cost Leadership Strategy)
Produk penyelidikan adalah produk yang
atributnya mudah dilihat oleh konsumen melalui kegiatan penyelidikan ataupun
pencarian informasi, dan atribut tersebut menjadi dasar bagi keputusan
pembelian oleh konsumen. Olehnya maka produk ini akan mudah dievaluasi oleh
konsumen, sehingga konsumen akan membandingkan produk tersebut. Sebagai
akibatnya, jika produk perusahaan tidak memiliki atribut-atribut yang
dikehendaki dalam persaingannya produk tersebut tidak akan dapat mempertahankan
pangsa pasarnya pada tingkat harga yang sama. Untuk itu perusahaan perlu
mengkompensasikan kekurangan atribut yang diinginkan dengan jalan mengurangi harga, atau merencanakn lagi
produk tersebut sehingga lebih kompetitif atas dasar kualitas. Sebagai
akibatnya perusahaan akan dipaksa untuk menyamai atau bahkan melebihi penjualan
terbaik produk pesaing, untuk menghasilkan produk yang memiliki sifat sama atau
bahkan lebih dan melakukan semua hal yang ada dalam produk pesaing. Hal itu
untuk mengatasi turunnya penjualan karena suatu produk yang kualitasnya rendah
akan mudah diidentifikasi oleh konsumen dan dengan cepat akan mengurangi
penjualan.
Elastisitas iklan terhadap permintaan
bagi produk penyelidikan relatif rendah, dan iklan yang persuasif tidak akan
efektif karena konsumen dapat dengan mudah mengevaluasi perbedaan produk
perusahaan dengan produk pesaing. Sebaliknya untuk elastisitas harga relatif
tinggi karena konsumen tahu pasti apa yang sedang didapati, sehingga mudah
sekali untuk berpindah pada produk yang harganya lebih rendah. Oleh karenanya
promosi harga merupakan strategi yang cukup baik untuk produk penyelidikan,
walaupun penurunan harga tersebut diikuti pesaing (akan terjadi persaingan
harga).
Dalam kondisi iklan yang persuasif
tidak efektif dan persaingan harga yang akan membuat harga tetap rendah mendekati
biaya perunit perusahaan, keuntungan persaingan hanya akan dapat diperoleh
dengan membuat struktur biaya yang lebih rendah dari pesaing. Perusahaan tidak
perlu takut pada pesaing yang melakukan pemotongan harga di bawah biayanya,
karena biaya perusahaan lebih rendah dari pesaing (terkecuali dalam posisi
pemimpin rugi). Dengan demikian strategi kepemimpinan biaya merupakan strategi
terbaik untuk produk penyelidikan.
b. Saat posisi pemimpin biaya kosong
Tidak adanya kepemimpinan biaya di
pasar disebabkan karena semua perusahaan pesaing mengejar strategi
diferensiasi, dimana produk-produk mereka akan cenderung menyebar ke seluruh
atribut. Kemungkinan besar keadaan ini
akan menyulitkan perusahaan untuk bersaing atas dasar atribut pengalaman
dan kepercayaan. Oleh sebab itu perusahaan harus mempertimbangkan strategi
kepemimpinan biaya.
Jika perusahaan sudah mencapai
tingkat biaya yang lebih rendah, maka perusahaan akan mengikuti kepemimpinan
harga perusahaan lain, atau perusahaan mengambil peranan pemimpin harga.
Perusahaan dapat mencapai tingkat biaya lebih rendah karena adanya efek
belajar, ukuran pabrik yang ekonomis serta keuangan yang ekonomis yang dapat
meningkatkan volume penjualan. Dengan demikian perusahaan akan menjadi pemimpin biaya.
Usaha untuk menjadi pemimpin
biaya akan sangat beresiko, karena harus
berhadapan dengan pemimpin biaya yang lebih mapan. Usaha menggantikan posisi
pemimpin biaya bisa menyebabkan harga jatuh di bawah tingkat keuntungan
maksimum, dan dengan demikian keuntungan akan lebih kecil. Hal itu terjadi
terutama pada produk pengalaman dan kepercayaan yang relatif kurang elastis.
Dalam usaha menjadi pemimpin biaya, perusahaan harus berhati-hati, kecuali jika
perusahaan yang biayanya rendah, pemimpin biaya tidak ada atau pemimpin biaya
berada pada posisi yang mudah diserang. Pemimpin biaya yang ada dapat diserang
bila pemimpin biaya tersebut tidak memasukan sebagian besar perlengkapan
penghematan biaya, dan tidak dapat melakukannya karena keterbatasan biaya.
c. Implikasi Kepemimpinan biaya bagi desain
produk.
Ada 3 implikasi utama strategi
bersaing biaya dalam desain produk yaitu :
Pertama; Produk perusahaan harus “Cover the
bases” yang dapat ditutup oleh produk lain yang ditawarkan dalam suatu
pasar pada harga yang sama. Perusahaan harus berusaha menyamai atau bahkan
melebihi produk lain pada setiap tingkat harga-kualitas. Pada lini-produk harus
ada produk dasar yang mempunyai kualitas dan harga yang lebih rendah. Produk
dasar tersebut diperlukan karena adanya permintaan yang lebih terbatas terhadap
produk yang memiliki kualitas dan harga yang lebih tinggi. Permintaan yang
terbatas akan menyebabkan kurangnya kesempatan untuk mengurangi biaya melalui
proses belajar, ukuran pabrik yang ekonomis, maupun keuangan yang ekonomis.
Kedua; Untuk mengurangi biaya-biaya, pemimpin
biaya sebaiknya memotong kelebihan dari produk-produknya. Sehingga hal-hal
pokok saja yang diperlukan pada masing-masing tingkat kualitas harga dan tidak
memberikan pasokan yang berlebihan pada atribut-atribut masing-masing kualitas.
Keuntungan persaingan bagi pemimpin biaya paling baik dicapai dengan hanya
memenuhi persyaratan minimal atas produknya.
Ketiga; Pemimpin biaya dapat melakukan pengembangan
produk yang bersaing di bawah merek yang berbeda. Strategi ini mengikuti
kecenderungan dari produk penyelidikan yang cenderung beraneka ragam.
Peningkatan dalam segmen pasar yang lebih banyak akan dapat memberikan
keuntungan perusahaan yang diperoleh dari ukuran pabrik yang ekonomis, keuangan
yang ekonomis, pengaruh kurva belajar, pencapaian biaya per unit yang lebih
rendah, dan pemasarannya.
d. Penetapan Harga Promosi dan Periklanan untuk Melengkapi Strategi
Kepemimpinan Biaya
Strategi kepemimpinan biaya sebaiknya
dilengkapi dengan strategi penetapan harga promosi dan perikalanan informatif
secara berkala. Strategi harga promosi merupakan penawaran potongan harga
kepada konsumen. Strategi ini sangat memungkinkan karena batas keuntungan masih
dapat diterima pada harga jualnya. Strategi ini diharapkan akan meningkatkan
permintaan, sehingga keuntungan total
dapat lebih tinggi atau setidaknya sama dengan pada harga umum.
Strategi harga promosi dapat
dilakukan dengan cara mengobral produk (on sale) selama periode
tertentu. Ada beberapa alasan, mengapa cara penjualan obral dilakukan oleh
perusahaan.
o Pertama; perusahaan memiliki
kelebihan persediaan dan ingin mengurangi biaya penyimpanan.
o Kedua; untuk memperluas pangsa
pasar.
o Ketiga; untuk memotivasi pengecer
dalam menjual produk perusahaannya.
o Keempat; untuk lebih bersaing,
apabila para pesaingnya juga mengobral produknya.
o Kelima; sebagai loss leaders, agar pembeli
tertarik pada perusahaan tersebut, sehingga akan meningkatkan permintaan
konsumen pada produk-produk berikut.
Bila dilihat dari sudut pandang
perusahaan, penetapan harga promosi memiliki kerugian-kerugian.
o Pertama; hasil penjualan dan laba
dari produk bisa jatuh, bila permintaan tidak seelastis yang diharapkan.
o Kedua; pembeli mungkin tak
membeli pada harga normal dan menunggu sampai produk diobral lagi.
o Ketiga; harga promosi dapat
meningkat kesadaran konsumen akan harga, misalnya menuntut harga produk seperti
harga semula.
o Keempat; dapat menghancurkan
persepsi konsumen tentang kualitas produk yang diobral.
Periklanan penting sekali dalam menginformasikan kepada
para pembeli bahwa produknya sedang dijual dan harga jualnya. Disamping itu
juga untuk mengingatkan para pembeli tentang kualitas dari produk. Periklanan
yang persuasif akan lebih efektif untuk produk-produk pengalaman dan
kepercayaan, tetapi sifat persuasif itu hanya mendapatkan bobot yang sedikit
bagi keputusan pembeli terhadap produk penyelidikan. Produk penyelidikan cocok
dengan menggunakan periklanan yang cukup pendek dan hanya membutuhkan fakta
tetapi informatif. Pengeluaran untuk iklan produk penyelidikan akan lebih
sedikit dibanding untuk produk pengalaman maupun produk kepercayaan.
3.
Strategi Diferensiasi dan
Desain Produk
Inti dari strategi diferensiasi adalah untuk menaikan nilai
produk kepada konsumen dengan biaya produksi yang lebih tinggi dan harga jual
yang dinaikkan. Nilai bagi pembeli
kemungkinan dicapai dengan produk yang diproduksi dengan bahan dasar yang baik
dengan biaya yang rendah dan dijual dengan harga yang mahal tetapi lebih rendah
dari harga reservasi konsumen. Disamping itu, strategi diferensiasi juga
mengacu pada usaha untuk memberikan perhatian yang khusus kepada konsumen
melalui pelayanan dan kualitas produk yang lebih baik.
Langkah pertama yang harus
dilakukan dalam strategi diferensiasi adalah riset pasar dalam rangka menetukan
nilai-nilai atribut dari suatu produk termasuk (yang terutama) kualitas produk.
Riset pasar tersebut dapat dilakukan melalui penjualan (pramuniaga/salesman),
pelayanan jaminan garansi ataupun langsung dari konsumen.
a.
Kepemimpinan Kualitas
Strategi diferensiasi dapat
berkompetisi secara efektif atas dasar kualitas, dimana kualitas digunakan
sebagai sinonim atas adanya sifat yang diinginkan. Untuk menciptakan penjualan
pada konsumen tertentu maka harus menawarkan kualitas produk yang lebih tinggi
dengan harga tertentu. Disamping itu, diperlukan pelayanan yang lebih baik,
baik pada waktu penjualan maupun setelah penjualan.
Strategi diferensiasi digunakan
perusahaan untuk menjadi pemimpin dalam kualitas dimata konsumen. Perusahaan
berusaha untuk menawarkan produk berkualitas dengan harga tertentu, walaupun
perusahaan lain juga menawarkan produk yang baik. Dalam rentangan kualitas –
harga dari pembeli, produk yang akan dipilih adalah produk yang menawarkan
kualitas yang paling bagus untuk harganya. Walaupun sudah ada pemimpin dalam
kualitas yang sudah diakui dalam pasar, namun masing-masing perusahaan
sama-sama berlomba untuk menjadi pemimpin dalam kualitas pada segmen pasar tertentu.
b. Diferensiasi Atas Dasar Penelitian,
Pengalaman dan Kepercayaan Produk
Diferensiasi
akan efektif bila minimal terdapat beberapa pembeli yang yakin bahwa ada
perbedaan yang berarti antara produk perusahaan dengan produk perusahaan lain.
Perbedaan tersebut berhubungan dengan persepsi terhadap kualitas produk.
Untuk produk
penyelidikan, produk haruslah memiliki perbedaan yang pasti terhadap produk
saingannya dalam hal atribut yang dicari konsumen. Sehingga konsumen akan
segera mengenalinya dan akan mengalihkan kesetiaannya pada pemimpin kualitas.
Dalam produk
pengalaman dan kepercayaan diperlukan adanya usaha untuk dapat meningkatkan
perbedaan sifat-sifat pengalaman dan kepercayaan dalam produk sesuai kebutuhan
konsumen. Sifat-sifat itu antara lain; rasa, daya tahan, kualitas musik dan
sejenisnya. Dengan adanya sifat yang berbeda/khas, konsumen akan yakin terhadap
produk tersebut setelah mencoba atau membelinya, sehingga selanjutnya akan
menjadi dasar bagi pembeli.
c. Keuntungan Merek
Produk-produk yang memiliki atribut
pengalaman dan kepercayaan merupakan hal penting dalam keputusan pembelian.
Konsumen selalu melihat merek sebagai jaminan kualitas. Merek perusahaan dapat
dipandang sebagai “stock of information” yang telah dibentuk sejak lama.
Didalamnya tercakup informasi yang berhubungan dengan atribut pengalaman dan
kepercayaan atas produk yang dibeli.
Apabila merek perusahaan telah
diyakini mempunyai keunggulan, akan mudah untuk perusahaan memperkenalkan
produk baru atau versi baru dari produk yang lama. Dalam keadaan ini konsumen
akan merasa yakin tentang kualitas produknya dan akan memilih membeli produk
tersebut daripada produk perusahaan lain. Disinilah terdapat keuntungan merek.
Keuntungan merek merupakan peningkatan kemungkinan pembelian konsumen atas
produk karena merek.
Untuk mendapatkan keuntungan merek,
perusahaan harus mengusahakan kualitas dan harga yang lebih tinggi dari
pesaingnya. Jika perusahaan dapat menaikan harga dengan nilai yang lebih tinggi
dari kenaikan biaya diferensiasi, maka akan diperoleh keuntungan bersaing dalam
merek.
d. Implikasi Kepemimpinan Kualitas bagi Desain
Produk
Ada tiga implikasi kepemimpinan kualitas bagi desain produk
yaitu :
o Untuk menerapkan diferensiasi, perusahaan
harus mendesain produk yang melayani pembeli secara lebih baik dalam rentang
harga pembeli. Karena permintaan pembeli atas dasar selera dan kualitas
berbeda, perusahaan dapat melayani pembeli dengan cara memberikan lini produk
dengan menempatkan produk-produknya secara strategis pada sepanjang interval
kualitas-harga. Lini produk tersebut dapat berupa produk yang sifatnya
pengganti maupun pelengkap. Disamping itu, perusahaan dapat juga melayani
pembeli.
o Pemimpin harga harus berusaha sebagai yang
pertama menampilkan ciri-ciri baru dalam produk yang akan membedakan produknya
dari produk pesaing. Hal ini penting terutama sebagai atribut penyelidikan
dalam produk penyelidikan.
o Konsistensi kualitas produk yang standar
sangat penting untuk dipertahankan. Hal ini mengingat merek produk menjadi “stock
information” yang akan ditransfer
oleh konsumen terhadap pembelian produk yang baru.
e. Penetapan Harga dan Periklanan untuk
Melengkapi Kepemimpinan. Kualitas.
Produk yang memuaskan kebutuhan pelanggan, akan
menimbulkan permintaan yang kurang elastis atau lebih tidak elastis, dibanding
produk yang kurang cocok dengan kebutuhan pembeli. Elastisitas harga yang lebih
rendah berarti lebih meninggikan keuntungan. Pada kondisi demikian, maka
penetapan harga promosi ataupun persaingan harga tidak tepat. Oleh karenanya
perusahaan dapat menentukan harga tinggi dan bersaing dalam kualitas daripada
bersaing harga. Bila sebagai pemimpin kualitas, perusahaan dapat menarik harga
premium dari pembeli yang percaya bahwa hal itu merupakan biaya ekstra baginya.
Strategi periklanan perusahaan harus dapat meningkatkan
kepercayaan pelanggan yang ada bahwa produk-produk perusahaan adalah lebih
baik, sekaligus untuk menyebarkan kepercayaan tersebut kepada pembeli
potensial. Atribut-atribut penyelidikan
perlu diungkap dengan iklan yang informatif, sedangkan untuk atribut-atribut
pengalaman dan kepercayaan perlu diungkap dengan iklan persuasif. Strategi
periklanan yang cocok untuk melengkapi strategi diferensiasi adalah bila dalam
menggunakan periklanan rasio penjualan – iklan sama dengan rasio elastisitas
periklanan terhadap elastisitas harga.
6.
Strategi Fokus dan Desain
Produk
Strategi fokus merupakan strategi dimana perusahaan
mengkonsentrasikan pada segmen pasar tertentu bukan seluruh pasarnya, dan
menerapkan strategi kepemimpinan biaya maupun strategi diferensiasi.
a. Strategi Fokus – Biaya
Dalam segmen pasar tertentu kita akan
berhadapan dengan pembeli yang beraneka ragam dalam jumlah permintaannya, mulai
dari yang sedikit sampai yang besar. Beberapa atau mungkin sebagian besar
perusahaan akan mencari bisnis dari pembeli dalam jumlah yang lebih besar
karena dari satu transaksi penjualan saja memberikan volume penjualan dan laba
yang lebih banyak daripada transaksi dengan pembeli dalam jumlah yang kecil.
Pembeli dalam jumlah kecil atas pesanan khusus mungkin saja diabaikan oleh
perusahaan besar, atau mungkin dilayani dengan harga yang tinggi. Dalam kasus
pembeli dalam jumlah kecil, perusahaan mungkin saja memfokuskan pada strategi
kepemimpinan biaya jika dapat melayaninya dengan harga yang lebih rendah
daripada perusahaan lain.
Dengan demikin strategi fokus-biaya melibatkan
seleksi segmen pasar yang kecil dan spesialisasi dalam produksi barang atau
jasa yang diminta pelanggan. Dalam pasar yang permintaannya berbeda dalam
ukuran dan kompleksitasnya, seperti percetakan, pakaian dan reparasi mobil,
pilihan terbaik perusahaan adalah memfokuskan pada pemenuhan barang dan jasa
yang biayanya rendah terhadap pembeli jumlah kecil dan khusus, daripada
berusaha bersaing ketat untuk permintaan besar dengan perusahaan besar.
b. Strategi Fokus – Kualitas
Strategi ini memfokuskan pada
kualitas produk pada segmen pasar tertentu. Hal ini dapat diterapkan bila
perusahaan lain menempati pasar yang luas dan mengkonsentrasikan pada
produk-produk standard dan menjadi pemimpin biaya yang kuat. Disamping itu juga
dapat diterapkan bila perusahaan lain sukses dalam strategi diferensiasi.
Penerapannya yaitu terhadap pembeli yang menginginkan produk yang bersifat distinctly
different seperti pembeli yang menginginkan selera khusus (keinginan
untuk dibedakan dari yang lain, keinginan untuk pelayanan yang sangat cepat,
keinginan untuk memamerkan kekayaan) yang bersedia membayar lebih untuk produk
yang mencerminkan seleranya. Perusahaan yang menganut strategi fokus – kualitas
harus berusaha keras untuk memenuhi produk tersebut dengan harga premium yang
melebihi biaya diferensiasi produk.
Contoh; mobil Roll Royce adalah
mobil terbaik di dunia dan bergengsi. Mobil ini diproduksi dengan rancangan
tangan dan sangat memperhatikan komponen secara detail. Harganya sangat mahal
atau bisa sepuluh sampai limabelas kali lipat dari harga mobil biasa. Karena
itu mobil ini dapat menarik perhatian dan memberikan kesan eksklusif bagi
pemiliknya.
c. Desain Produk, Penetapan Harga dan
Periklanan untuk Strategi Fokus
Ahli strategi fokus – biaya
akan mendesain produknya dengan biaya produksi rendah dengan target pasar
terbatas dan jumlah yang kecil.
Sedangkan untuk ahli strategi fokus – kualitas akan menambahkan
keistimewaan-keistimewaan produknya dimana dengan keistimewaan tersebut akan
dapat ditambahkan harga yang lebih besar dari biaya untuk itu. Pada produk
penyelidikan akan lebih cocok menerapkan strategi fokus – biaya sedangkan untuk
produk pengalaman dan kepercayaan, strategis fokus – kualitas kemungkinan akan
optimal.
Bagi perusahaan yang berusaha
memasuki suatu pasar, strategi fokus dipandang cocok untuk diterapkan. Untuk
mendapatkan kedudukan dan menghindari persaingan langsung atas sejumlah
perusahaan, perusahaan perlu memfokuskan pada permintaan yang kecil dan
hendaknya lebih mengkhususkan pada segmen pasar yang relatif diabaikan oleh
sejumlah perusahaan pada saat itu. Bila sukses dalam segmen pasar yang dipilih,
perusahaan dapat memperluas pasarnya.
Kepemimpinan harga dalam
segmen pasar tertentu, memungkinkan untuk memaksimumkan laba jangka pendek.
Tetapi hal ini hanya cocok jika perusahaan merencanakan untuk jangka pendek,
atau jika rintangan untuk masuknya perusahaan lain tidak dapat diatasi, ataupun
juga jika strategi yang memaksimumkan EVP digunakan untuk mengikuti masuknya
beberapa perusahaan baru dan kemudian untuk membatasi masuknya lebih lanjut.
Penetapan harga promosi lebih tepat diterapkan untuk produk-produk
penyelidikan. Penetapan harga dalam strategi fokus – kualitas melibatkan
penetapan harga dalam lini-produk, pemaketan (pembundelan) produk, peranan
terbaik penetapan harga jangka pendek bagi tujuan perusahaan.
Perusahaan yang menganut
strategi fokus-biaya sebaiknya menerapkan strategi periklanan informatif yang
menekankan pada harga untuk produk penyelidikannya. Bila strateginya fokus –
kualitas, penerapan strategi iklan yang persuasif bagi produk pengalaman dan
kepercayaan akan cenderung optimal.
7.
Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat diambil
beberapa simpulan sebagai berikut :
1) Ada tiga jenis strategi bersaing yaitu ;
kepemimpinan biaya, diferensiasi dan strategi fokus.
2) Perbedaan umum diantara tiga jenis strategi
bersaing yaitu : strategi kepemimpinan biaya mendasarkan biaya terendah,
strategi diferensiasi mendasarkan perbedaan kualitas produk, dan strategi fokus
perusahaan berdasarkan pada segmen pasar tertentu dengan menerapkan strategi
kepemimpinan biaya maupun strategi diferensiasi.
3) Secara khusus perbedaan diantara tiga jenis
strategi bersaing dapat dilihat dari : target strateginya, basis yang dijadikan
keuntungan persaingan, lini produk, penekanan produksi, penekanan pasar, dan
kelanjutan strategisnya.
4) Strategi kepemimpinan biaya dapat menjadi
strategi yang optimal bagi perusahaan baik untuk produk penyelidikan, produk
pengalaman, maupun produk kepercayaannya. Hal ini dikarenakan struktur biaya
yang lebih rendah dari pesaing atau karena adanya kekosongan pemimpin biaya.
5) Implikasi strategi kepemimpinan biaya
terhadap desain produk ada tiga yaitu :
1. Produk perusahaan harus “cover the bases”
yang dapat ditutup oleh produk lain yang ditawarkan pada harga yang sama. Pada
lini-produk harus ada produk dasar yang mempunyai kualitas dan harga yang lebih
rendah.
2. Untuk mengurangi biaya-biaya, pemimpin
biaya sebaiknya memberikan dalam produknya unsur pokok saja.
3. Pemimpin biaya dapat melakukan pengembangan
produk dengan merek yang berbeda untuk mengikuti kecenderungan dari produk
penyelidikan yang beraneka ragam
6) Dalam strategi kepemimpinan biaya penetapan
harga promosi sangat memungkinkan karena batas keuntungan penetapan harga promosi sangat memungkinkan
karena batas keuntungan masih dapat diterima pada harga jualnya. Mengenai
periklanan, periklanan yang persuasif akan lebih efektif untuk produk-produk
pengalaman dan kepercayaan. Sedangkan untuk produk penyelidikan cocok
menggunakan periklanan yang informatif.
7) Strategi diferensiasi mengacu pada usaha
untuk memberikan perhatian yang khusus kepada konsumen melalui pelayanan dan
kualitas produk yang lebih baik. Perusahaan harus berusaha untuk menjadi
pemimpin dalam kualitas, paling tidak di mata konsumen.
8) Diferensiasi hanya akan efektif bila
minimal ada beberapa pembeli yakin bahwa ada perbedaan (kualitas) yang berarti.
Bagi produk penyelidikan, haruslah memiliki perbedaan yang pasti terhadap produk
saingannya. Dalam produk pengalaman dan kepercayaan perlu meningkatkan
perbedaan atribut pengalaman dan atribut yang dapat dipercaya dalam produk
sesuai kebutuhan konsumen.
9) Bila perusahaan memiliki merek yang telah
diyakini unggul, dapat untuk memperkenalkan produk baru atau versi baru dari
produk yang lama.
10) Implikasi strategi diferensiasi bagi desain
produk meliputi ;
o Perusahaan harus mendesain produk yang
melayani pembeli secara lebih baik dalam rentang harga dan kualitas yang
diinginkan pembeli.
o Pemimpin kualitas harus berusaha sebagai
yang pertama menampilkan ciri-ciri baru dalam produk yang akan membedakan
produknya dari produk pesaing.
o Konsistensi kualitas produk yang standar
sangat penting untuk dipertahankan, mengingat merek produk menjadi “stock
information” yang akan ditransfer oleh konsumen terhadap pembelian produk
yang lain.
11) Perusahaan lebih baik bersaing dalam
kualitas dari pada bersaing harga untuk produk yang kurang/tidak elastis. Bila
sebagai pemimpin kualitas, perusahaan dapat menghilangkan harga premium.
Periklanan perusahaan harus dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan bahwa produk perusahaan adalah yang lebih baik.
12) Strategi fokus-biaya melibatkan selesksi
segmen pasar kecil dan spesialisasi dalam produk. Dalam pasar yang permintaannya
berbeda dalam ukuran dan kompleksitasnya, pilihan terbaik perusahaan adalah
memfokuskan pada pemenuhan barang dan jasa yang biayanya rendah terhadap
pembeli jumlah kecil dan spesialis.
13) Strategis fokus-kualitas dapat diterapkan
bila perusahaan lain menempati pasar yang luas dengan produk-produk standard
dan menjadi pemimpin biaya yang kuat. Dapat juga diterapkan bila perusahaan
lain sukses dalam strategi diferensiasi.
14) Penetapan harga promosi dalam strategi
fokus-biaya lebih tepat diterapkan untuk produk – penyelidikan. Penetapan
haraga dalam strategi fokus-kualitas
melibatkan penetapan harga dalam lini-produk, pemaketan (pembundelan)
produk, peranan terbaik penetapan harga jangka pendek bagi tujuan perusahaan.
Perusahaan yang menganut strategi periklanan informatif. Bila strateginya
fokus-kualitas, penerapan strategi iklan yang persuasif akan cenderung optimal.
C.
PENUTUP
1. Kegiatan Perkuliahan
a. Kegiatan Dosen
1) Dengan metode ceramah bervariasi
menjelaskan topic 12.
2) Mengarahkan presentase dan diskusi.
3) Member dan
menagih penugasan individu untuk tugas.
b.Kegiatan Mahasiswa
1) Memperhatikan dan mengkaji penjelasan
materi topic 12.
2) Melaksanakan diskusi dan presentase
3) Menyelesaikan dan menyerahkan tugas
kelompok dan individu .
2.
Evaluasi
a. Jenis Evaluasi:
Pre test dan post test, serta partisipasi
kegiatan pembelajaran.
b. Alat Evaluasi:
Tes Tertulis, bahan hasil penemuan materi
pokok bahasan 12
c. Materi Evaluasi:
1)
Menjelaskan konsep strategi
bersaing.
2)
Menjelaskan Strategi Kepemimpinan Biaya dan Desain
Produk
3)
Menjelaskan strategi diferensiasi
dan desain produk
4)
Strategi focus dan desain produk
DAFTAR RUJUKAN
Ahman, Eeng dan Rohmana, Yana. (2007). “Pengantar Teori Ekonmi Mikro”. LAB EKOP dan KOPERASI UPI
Arsyad,
Lincolin. 2000. Ekonomi Manajerial “Ekonomi Mikro Terapan
Untuk Manajemen Bisnis”. Yogyakarta:BPFE Yogyakarta
Asfia
Murni, S.E., M. Pd, Ekonomika Makro, PT Refika Aditama, Bandung
Dominick
Salvatore, Ekonomi Manajerial dalam perekonomian Global ( Edisi 5), Salemba
empat,2005.
Gaspersz,Vincent.2005.
EKONOMI MANAJERIAL” Pembuatan Keputusan Bisnis”. Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama
Henry
Faizal Noor, Ekonomi Manajerial, Rajawali Pers, 2007
Paul
A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Mikro Ekonomi, Erlangga
Prof.
Dr. Soeharno, TS, TU, SU, Ekonomi Manajerial, Penerbit Andi, Yogyakarta
Samuelson dan Nordhaus.
(2004). “Ilmu Makro Ekonmi. Jakarta:
PT. Media Global Edukasi.
Soeharno, 2007. Ekonomi
Manajerial, Penerbit Andi, Yogyakarta
GLOSARIUM
Komentar
Posting Komentar